Bab 136 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 136
![]() |
Dari penglihatan Arka dan lainnya, di antara 13 orang
tersebut tidak ada sosok yang menunjukkan bos dari otak dalang rencana ini.
Seperti nya rencana mereka sedikit meleset, tapi tidak
masalah bagi Arka dan kedua kakak aqila, karena mereka sudah menyiapkan rencana
B, jika rencana A gagal seperti ini.
Aqila bingung melihat suaminya saling pandang bergantian
dengan kedua kakaknya seperti memberi kode.
"Apa mereka sudah mengetahui akan terjadi seperti
ini?" Batin Aqila bertanya tak lepas memandang ketiga pria yang berarti
dalam hidup nya.
Berbeda dengan Tiara dan Dewi tidak tau apa yang terjadi,
keduanya takut dan cemas terjadi sesuatu pada pria yang di cintai.
"Yan, aku mohon jangan melakukan hal yang dapat
mencelakai dirimu. Aku tau kamu sangat menyayangi qila sama seperti aku, tapi
aku mohon kali ini jangan korbankan nyawa mu, aku tidak sanggup kehilangan
kamu." Pinta Dewi tidak ingin Bian celaka, ia sadar saat ini begitu egois,
tapi apa yang bisa ia lakukan selain memohon pada Bian untuk memikirkan
keselamatan nya.
Bian tidak menyangka Dewi bisa berkata seperti ini, di
situasi menegangkan masih bisa meminta nya untuk memilih. Bukannya Dewi dapat
mengetahui jawaban dari apa yang di lihat, betapa besar rasa sayang ia pada
aqila begitu juga dengan Farel dan Arka.
Bagi mereka nyawa keluarga adalah prioritas nomor satu,
selagi Dewi masih berstatus pacar atau calon istri, dia tidak berhak memilih
siapa yang harus ia prioritas kan, meski niat nya baik mengkhawatirkan
keselamatan nya.
Bian kecewa wanita yang berhasil membuat nya jatuh cinta,
tega berkata seperti ini. Ia mencintai dewi bukan berarti ia akan mengikuti
permintaan nya. Aqila adalah princess satu-satu milik keluarga Adijaya yang
akan dilindungi meski nyawa taruhannya.
"Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan sekarang?
Qila princess Adijaya, aku tidak akan membiarkan qila terluka sekecil apapun
itu. Bukan nya kamu tau itu Wi? aku sangat menyayangi qila lebih dari nyawaku
sendiri." Jelas Bian dengan tatapan kecewa menatap dewi.
"Bukan seperti itu Yan, aku tau kalian keluarga Adijaya
sangat menyayangi Qila, tapi kali ini keadaan nya berbeda. Lihatlah mereka
semua mengepung kita dengan senjata, dan dalam hitungan detik kita bisa tiada
jika salah bertindak. Jadi aku sangat memohon padamu Yan, jangan bersikap
gegabah atau pernikahan kita hanya akan menjadi sebuah janji yang tidak bisa di
laksanakan." Kata Dewi.
Aqila memandang bian dan dewi yang terus berbincang serius
dengan keadaan menegangkan seperti ini menjadi khawatir.
Rencana yang sudah mereka rancang sebelum kesini berantakan
karena Bian meladeni perkataan dewi.
Farel melihat sang adik tidak melakukan seperti apa yang
mereka rencana kan, langsung turun tangan mengambil alih. Satu gerakan Farel
langsung melumpuhkan dua orang dan merampas cepat senjata yang berada di tangan
mereka.
Saat itu juga penjahat lainnya sadar kalau ini adalah
jebakan mereka mengalihkan titik fokusnya.
Satu pistol langsung Farel lempar pada Arka.
"Ar, tangkap." Teriak Farel.
"Makasih, Kak." Ucap Arka menangkap pistol
tersebut.
"Taktik kalian sungguh bagus, tapi sayang nya usaha
kalian hanya akan terbuang sia-sia." Ucap ketua penjahat meremehkan Arka.
"Benarkah, kita buktikan saja sekarang." Tantang
Arka.
"Sayang, bersembunyi lah di belakang ku, jangan sedetik
pun kamu pindah tanpa aba-aba ku." Pesan Arka memperingatkan Aqila.
"Iya By." Sahut Aqila sembari berpindah posisi.
Dor... dor... dor...
Tembakan pistol terdengar keras, kedua tim saling lempar
bunyian merdu hasil karyanya masing-masing.
Bidikan musuh selalu meleset mengenai Arka dan lainnya, tapi
tidak dengan bidikan Arka dan Farel beberapa kali mengenai sasaran musuh,
hingga pasukan mereka sedikit berkurang.
Sedangkan Bian hanya bisa melalukan tindakan menghindar
setiap bidikan musuh mengarah pada ia dan dewi.
Aqila melihat musuh lebih gencar menyerang Bian yang kondisi
nya sekarang tidak menggunakan senjata, menjadi khawatir.
Aqila tidak ingin mengganggu konsentrasi Arka, hingga ia
memutuskan untuk mencari cara nya sendiri.
"Ada apa dengan Kabin? kenapa terlihat tidak fokus? apa
ada yang di pikirkan?" Batin Aqila bermonolog, memandang kakaknya dengan
keadaan genting seperti ini, mulut nya masih saja berbicara.
Aqila jadi penasaran hal apa yang di bicarakan Bian, hingga
tidak bisa berhenti dan fokus dengan situasi seperti ini.
Seketika aqila terbelalak kaget melihat bidikan penjahat
mengarah pada Bian yang tidak melihat penjahat yang mengarahkan pistol padanya.
"Kabin awas!" Teriak Aqila berlari tanpa
mempedulikan bayi yang di kandung, otaknya saat ini mencemaskan apa yang berada
di depannya.
Dor...
Satu tembakan telak mengenai lengan tangan Aqila.
"Auwh." Meringis Aqila kesakitan seraya memengang
lengan yang di tebak.
"Qila.... " Teriak Arka mencemaskan keadaan Aqila,
tanpa ampun langsung membabi buta kan penjahat yang berada di sini.
Bidikan berkali-kali selalu tepat sasaran dan tidak
berselang lama, bala bantuan dari kedua keluarga Adijaya dan Dirgantara datang.
Dan Arka langsung berlari menghampiri sang istri.
"Sayang, kenapa kamu gegabah seperti ini? bukannya
sudah aku peringkat kan untuk jangan bergerak tanpa aba-aba dari ku."
khawatir Arka tidak ingin istri nya terluka.
"By, aku melihat mereka membidik pistol tepat pada
kabin dan hal itu tidak bisa aku biarkan. Melihat dan tidak berbuat apa-apa
untuk menolong, itu sama saja aku egois memikirkan keselamatan ku
sendiri." Jelas Aqila menahan rasa sakit tebakan pistol pada lengannya, ia
tidak ingin membuat mereka khawatir.
Bian mendengar penuturan sang adik menjadi terharu. Bahkan
sang adik rela mengorbankan nyawa untuknya.
Dewi tertunduk malu semua ini terjadi karena dirinya
mengajak Bian berbicara hingga tidak fokus, bahkan ia juga berkata untuk
menyelamatkan dirinya dari pada Aqila. Namun ia baru sadar sekarang, rasa
sayang keluarga Adijaya patut di acungkan jempol.
Situasi menegangkan seperti ini, mereka masih bisa
memikirkan keselamatan orang lain tanpa memikirkan keselamatan sendiri. Ia
memang tidak bisa seperti aqila yang rela bertukar nyawa demi keselamatan orang
lain, tapi ia tidak bisa melakukan itu.
Dewi sadar ia sedikit egois, tapi itulah kekurangan nya,
tidak ada kelebihan yang ia miliki.
Bian memandang Dewi yang sejak kejadian aqila tertembak
terus tertunduk diam tanpa sepatah kata keluar dari mulut. Ia menyadari saat
ini Dewi pasti merasa malu dan bersalah.
"Bian, apa yang lo lakukan, kenapa sampai tidak fokus
dengan musuh di depan? sejak tadi gue perhatikan lo terus berbicara sama dewi,
emang apa yang kalian bicarakan? apa sebegitu penting hingga tidak bisa di
tunda? bagaimana kalau tadi qila kenapa-napa karena keteledoran kalian
berbicara di situasi seperti ini?" Marah Farel memberi tumpukan
pertanyaan, ia tidak tau apa yang akan terjadi jika tadi ia tidak cepat
menolong.
Saat mendengar teriak aqila, Farel langsung menoleh dan
melihat aqila berlari menghampiri bian, dan betapa terkejut melihat seseorang
Membidik telak pistol pada Bian, jika di prediksi bidikan tersebut tepat pada
jantung. Dan bertepatan saat itu Aqila berlari untuk bertukar posisi.
Farel tidak bisa berbuat apa-apa, jika maju akan kalah cepat
dari peluru untuk bertukar posisi melindungi kedua adiknya. Hingga ia
memutuskan untuk mencegah sang penembak tersebut.
Dan akhirnya bidikan nya meleset, dan mengenai lengan tangan
aqila. Tapi ia bersyukur, jika tidak tembakan tersebut akan mengenai perut
aqila mengingat tinggi bian dan aqila berbeda………(Bersambung Bab 137 )
Posting Komentar untuk "Bab 136 Pernikahan Di Atas Kertas "