Bab 135 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 135
![]() |
Situasi di rumah mbok asi semakin tegang, tidak ada canda
tawa yang terukir di wajah mereka, sekarang terpapar kecemasan keselamatan satu
sama lain, terutama keselamatan Aqila incaran para penjahat.
Arka terus menggenggam erat tangan Aqila, ia enggan
melepaskan. Begitu pun dengan yang lain, Bian menggenggam tangan Dewi dan Farel
menggenggam tangan Tiara.
Ketiga pria tersebut melindungi masing-masing pasangannya.
"Cuih, jangan besar kepala sekarang kalian tidak
memegang senjata, tidak sulit bagi kami membasmi tikus got seperti
kalian." Ejek ketua pimpinan penjahat.
"Tikus got adalah julukan yang cocok untuk kalian, mau
tau kenapa? tikus got adalah hewan pengecut dan menjijikkan, sama halnya dengan
kalian pengecut. Apa kalian takut berhadapan dengan kami, hingga mengunakan
senjata? ish... ish... ish... sangat memalukan, pria macam apa kalian? Sana
balik ganti jenis kelamin kalian hanya bisa melalukan kami kaum pria."
Balas Arka mengejek balik.
"Kurang ajar." Marah ketua pimpinan Penjahat tidak
terima dengan ejekan Arka.
Dor...
Satu tembakan membidik pada Arka, namun meleset.
Arka sudah menduga hal tersebut akan terjadi untuk itu ia
sudah waspada. Adanya Aqila di samping dengan keadaan hamil membuat dirinya
lebih waspada ekstra.
"Menembak sudah seperti bocah yang baru belajar
mengunakan pistol, sungguh memalukan. Apa kalian ingin di ajarkan cara membidik
yang benar?" Tanya Arka menawarkan diri dengan senyum devil.
Bian dan Farel saling pandang melempar senyum, kedua tidak
menyangka Arka bisa mengatasinya. Sekarang giliran mereka merampas senjata dari
penjahat, dari perhitungan Bian secara detail ada 13 orang kumpulan penjahat
berseragam hitam dan mengunakan penutup wajah yaitu topeng.
Bian mencari celah agar bisa merebut salah satu senjata
mereka untuk di jadikan tameng. Tidak mungkin di kondisi seperti ini mereka
melawan 13 orang tanpa senjata.
Aqila terdiam cemas dengan keadaan menegangkan seperti ini.
Ia akan menyalahkan dirinya jika terjadi sesuatu sama keluarga dan sahabatnya.
"Apa yang harus ku perbuat sekarang? aku tidak ingin
ada yang celaka karena ku, Ya Tuhan tunjukkan jalan terbaik mu, agar hamba
tidak mengambil langkah yang salah yang dapat merugikan atau mencelakai
siapapun." Batin Aqila berdoa.
"Sayang nya mommy di dalam jangan takut, mommy janji
akan selalu melindungi kalian. Tidak akan mommy biarkan kalian terluka."
Sambung Aqila mengelus perut buncit nya.
"Kau pria yang pemberani, tapi sangat di sayang kan,
nyawa mu hari ini akan berakhir. Kau salah berbicara seperti itu, sudah dalam
keadaan mendesak masih saja sombong. Dasar orang kaya belagu." Ucap nya
geram dengan kesombongan Arka.
"Benarkah? bagaimana saya akan berakhir jika bidikan
senjata kalian saja sudah seperti bocah ingusan. Saya jadi bingung apa yang di
lihat bos kalian hingga bisa mempercayai orang bodoh seperti ini? apakah saat
itu bos kalian buta? atau.... " Arka menggantungkan perkataan nya menatap
ejek ketua pimpinan penjahat yang terlihat kesal dengan nya.
Arka sengaja memancing amarah mereka agar bian dan farel
dapat mengambil salah satu senjata mereka saat fokus penjahat menatap kesal
pada satu titik yaitu dirinya.
Saat fokus mereka hanya pada dirinya, mereka tidak akan
melihat pada yang lain, disaat itu bian dan farel dapat mengambil celah
melumpuhkan salah satu lawan dan mengambil senjata.
"Jangan banyak bicara kau pria sombong! rasakan
ini." Mengarahkan pistol membidik arah Arka.
Dor...
Lagi dan lagi tembakan tersebut meleset, Arka tersenyum
puas. Sedang kan Aqila deg-degan setengah mati. jantung nya sudah seperti
sedang mengikuti lomba pacuan kuda.
Aqila bingung apa rencana arka, kenapa sejak tadi ia
perhatikan pria di samping nya ini terus memancing amarah para penjahat.
Aqila khawatir semakin Arka memancing, mereka akan marah dan
akan berbuat nekat dengan senjata di tangan masing-masing, sedangkan ia dan
yang lain nya tanpa senjata, sudah dapat di pasti kan akan kalah.
"By, apa yang kamu lakukan? jangan seperti ini,
bagaimana jika mereka bertambah marah, kamu akan terluka, dan aku tidak ingin
itu terjadi." Kata Aqila khawatir, ia tidak ingin pria yang baru ia temui
setelah lama 5 bulan terpisah, harus celaka.
"Kamu jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Satu
hal yang harus kamu ingat, jangan sedikit kamu menjauh dari ku, atau kita semua
akan celaka." Pesan Arka mengingatkan Aqila agar tidak melakukan hal
ceroboh yang dapat berakibat fatal pada rencana mereka.
#Flash_on.
Dalam perjalanan menuju perkampungan mencari keberadaan
Aqila, Bian merasa perjalanan mereka di ikuti orang. Begitu juga dengan Farel
dan Arka.
Ketiga pria tersebut saling pandang bergantian memberi kode
ada sesuatu yang tidak beres, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk kembali
ke dalam mobil, saat itu mereka sudah berada di luar mobil untuk memulai
menyebrangi hutan. Tapi langsung di cancel, mereka kembali ke dalam mobil.
Ketiga pria tersebut meminta dewi dan tiara tetap stay di
luar.
"Apa kalian juga merasa kan?" Tanya Farel membuka
suara saat berada di dalam mobil.
"Iya, seperti nya kita sedang di awasi." Jawab
Bian.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan kak? jika kita
membatalkan pencarian kita, maka mereka akan curiga. Dan bagaimana jika benar
Qila berada di perkampungan sebelah? mereka akan mencelakai qila lebih
mudah." Kata Arka.
Perkataan Arka benar adanya, mereka pun sama berpikir
seperti itu, tapi mereka tidak pernah memprediksi akan terjadi seperti ini.
"Kau benar, kita tidak bisa membatalkan pencarian Qila,
tapi kita bisa menggunakan ini untuk menangkap mereka, kita ikuti alur
permainan mereka." Sahut Bian.
"Ikut seperti apa yang kau maksud? apa kita harus
berlagak seperti orang bodoh yang tidak tau saat ini sedang di ikuti?"
Tanya Farel mencoba memahami maksud perkataan Bian.
"Iya, benar. Disaat mereka merasa menang karena kita
tidak mengetahui sedang di ikuti, di saat itu juga mereka akan berpikir kita
tidak ada persiapan untuk melawan, atau pun menyusun rencana menyerang
balik." Jelas Bian dengan pemikiran yang tak pernah meleset.
"Kau sungguh adik ku yang cerdas." Puji Farel
mengakui kepintaran Bian.
Sedangkan Arka masih terdiam belum kembali membuka suara, ia
sedang berpikir hal apa yang bisa terjadi jika benar adanya Aqila di sana.
Dia yakin mereka akan merebut paksa aqila, dan kedatangan
nya pun pasti membawa senjata, sedangkan mereka saat ini tidak membawa senjata
apapun. Jika ia balik atau meminta seseorang untuk membawa senjata, hal
tersebut akan membuat mereka curiga dan penangkapan orang jahat di balik
incaran nyawa aqila akan gagal.
Arka tidak menyerah untuk memutar otak agar menemukan solusi
yang tepat, ia tidak ingin nyawa istri nya terus terancam. Sekarang waktu yang
tepat menangkap dalang dari semua ini.
"Saya punya rencana, kali ini kita akan berhasil
mengetahui siapa dalang dari semua ini, dan alasan apa membuat mereka gencar
mengincar nyawa qila." Ucap Arka yakin rencana nya tidak akan gagal………(Bersambung
Bab 136 )
Posting Komentar untuk "Bab 135 Pernikahan Di Atas Kertas "