Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 134 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 134


Mereka duduk berbincang melepas rindu. Entah kenapa Bian ingin lebih dekat dengan Aqila sekarang, hal tersebut membuat Aqila merasa aneh, perilaku dan sikap Bian seperti tidak biasa.

Entah hanya perasaan atau apapun itu namanya. Aqila merasakan akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Kabin kenapa?" Tanya Aqila membuka suara.

"Kakak tidak apa-apa, kakak hanya rindu sama kamu. Kakak ingin kamu janji apapun yang terjadi ke depan nya, jangan mengambil keputusan sendiri tanpa berdiskusi. Baik di mata kamu, belum tentu baik di mata orang lain." Nasihat Bian membelai lembut anak rambut Aqila.

"Iya Kak, aku janji gak akan ulangi lagi." Janji Aqila, seketika baru menyadari. Kedatangan kedua kakaknya berpasang-pasangan.

"Eith, kok ini aku cium tanda-tanda jadian, tapi adiknya gak di beritahu. Apa kakak- kakak tampan ku ini tidak ada yang mau cerita kan?" Tanya Aqila menaikan alis menatap bergantian pada Farel dan Bian.

"No, kakak gak ada kata jadian. Yang jadian itu Bian dan Dewi." Sela Farel cepat tidak ingin di kata jadian sama Tiara.

Tiara diam mendengar bantahan cepat dari farel, saat aqila mengatai bau jadian. Ia tidak berharap banyak, ia sadar perbedaan mereka begitu besar, bagai langit dan bumi yang tidak mungkin bisa bersatu.

Ucapan farel dapat aqila rasakan, bagaimana sakitnya tiara. Ia juga perempuan, bahkan pernah berada di posisi seperti itu.

Melihat wajah sedih tiara yang sengaja ditutupi agar tak ada yang tau dengan kondisi nya sekarang. Aqila langsung mengalihkan topik agar farel tidak melukai perasaan tiara tanpa sengaja, ia tau Farel berkata seperti itu tidak berniat menyakiti perasaan tiara. Sekarang Farel hanya belum menyadari perasaan cinta tiara untuk nya.

Mungkin terlalu dalam sakit hati Farel, hingga susah mengetuk pintu untuk masuk.

"Kabin utang penjelasan sama aku. Ayo cerita kan bagaimana bisa jadian sama Dewi? dan kamu juga Wi, kenapa gak pernah cerita sama aku, kalau kamu selama ini punya perasaan sama Kabin?" Tanya Aqila penasaran.

"Oke, kakak ceritakan." Ucap Bian mulai menceritakan semua dari awal hubungan mereka yang buruk selalu saja berantam setiap bertemu, memberi support selama 5 bulan saat terpuruk nya kehilangan Aqila. Tapi ada satu hal yang tidak ia ceritakan, yaitu ciuman.

"Percintaan kakak sungguh asyik seperti di novel. Terus kapan menikah nya? aku udah gak sabar punya kakak ipar." Senyum Aqila melirik menggoda Dewi.

"Sayang, jangan di goda seperti itu, apa kamu tidak lihat wajahnya sudah seperti kepiting rebus." Timpa Arka ikut menggoda Dewi.

Sungguh pasangan gak ada akhlak. Di situasi seperti ini masih saja bisa kompak menggoda nya.

"Qila, kamu hamil sudah berapa bulan? kenapa perut kamu terlihat seperti Ibu yang hampir melahirkan? seingat kakak baru 5 bulan kamu di sini?" Tanya Bian menatap perut buncit Aqila.

"Baru 5 bulan Kak. Mungkin bayi aku sehat makan masakan Mbok Asi tiap hari." Senyum Aqila memandang Mbok Asi.

"Nak, Qila bisa saja."

"Emang benar, masakan Mbok sangat enak. Aku bahkan sering nambah."

"Terimakasih selama ini sudah menjaga istri saya. Entah apa yang akan terjadi jika tidak ada Mbok. Saya tidak tau harus membalas kebaikan Mbok dengan apa. Jika Mbok ingin sesuatu jangan sungkan katakan saja, saya janji akan kabulkan." Ucap Arka yakin.

"Sama-sama Pak, saya ikhlas dan senang bisa membantu Nak, Qila. Nak, Qila orang nya asyik dan Bapak sangat beruntung bisa memiliki istri secantik dan sebaik Nak, Qila." Jujur Mbok Asi.

Selama lima bulan tinggal bersama, Mbok Asi sudah banyak mengenal Aqila. Dari pengamatan nya, Aqila adalah wanita yang cantik, baik dan tidak sombong. Bahkan Aqila wanita yang sangat humble kepada semua orang.

"Iya Mbok benar, saya sangat beruntung bisa memiliki Aqila menjadi istri saya, bahkan sebentar lagi buah cinta kami berdua akan hadir memberi kebahagiaan menjadi lebih lengkap dari sebelumnya." Jujur Arka merangkul mesra Aqila.

Bian dan Farel bahagia melihat wajah bercahaya Aqila. Keinginan mereka mudah, hanya ingin Aqila terus menunjukkan cahaya nya.

Tanpa mereka sadari ada belasan pria berseragam hitam memantau mereka.

Dor... Dor... Dor...

Bunyi tebakan pistol mengelilingi Aqila dan lainnya yang berada duduk santai.

Pasukan pria berseragam hitam ternyata sudah berpencar hingga mereka tidak memiliki celah untuk kabur.

Masing-masing dari mereka membawa senjata, namun berbalik dengan Aqila dan lainnya tidak membawa senjata tajam apapun.

Aqila panik dengan semua ini, ia tidak memikirkan nyawanya, sekarang yang ia pikirkan adalah nyawa calon bayi yang berada di kandung nya dan juga nyawa suami, kakak dan sahabatnya.

"Serahkan Nona Aqila pada kami jika ingin nyawa kalian selamat!" Ancam salah satu pria berseragam bertopeng hitam.

"Tidak akan, Sebelum menyentuh istri saya hadapi dulu saya!" Geram Arka mendengar permintaan penjahat sialan.

"Wah... wah... wah... ternyata suaminya ini ingin menjadi pahlawan kesiangan, apa kau tidak menyayangi nyawa mu sendiri? kami akui istri mu ini sangat cantik, dan kami jadi ingin merasakan kenikmatan pada tubuh indah nya." Ucap nya, memancing amarah mereka.

"Kurang ajar! tutup mulut kotor mu itu, kau pikir saya akan membiarkan semua itu terjadi? sehelai rambut pun tidak akan saya biarkan kalian menyentuh, apalagi yang lain. Jangan pernah bermimpi!" Maki Arka dengan rahang mengeras menahan amarah.

Farel dan Bian pun sama sangat marah, keduanya tidak terima perkataan orang di depan mereka tanpa sengaja mengatakan Aqila wanita murahan.

Kedua pria tersebut mengepal kuat jemari tangannya. Ia berjanji akan membuat mulut kotor yang berani mengatai Aqila menjadi cacat, bahkan tidak akan bisa berbicara selamanya.

"Takut... kami takut.... hahahah... hahaha.... " Tertawa puas mereka meledek Arka.

Ancaman Arka tidak di anggap serius oleh mereka. Musuh mereka sekarang sedang tidak memiliki senjata, pikir mereka mudah dalam hitungan detik menghabiskan keluarga Adijaya.

"Apa mau kalian? kenapa sangat gencar mengincar saya?" Tanya Aqila membuka suara.

"Hay Nona cantik kemari lah, apa kau ingin melihat nyawa orang terdekat mu ini jadi celaka karena ulah keegoisan mu?" Ucap nya mencoba menghasut Aqila.

Perkataan mereka ada benar nya, ia tidak ingin karena keegoisan nya nyawa orang terdekat di samping nya menjadi celaka.

"Qila, jangan pernah terhasut sama ucapan mereka, ingat itu hanya jebakan agar kamu merasa bersalah dan akhirnya menyerahkan diri." Ucap Bian memperingatkan Aqila seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Qila yang di ucapkan Bian benar, jangan sampai kamu terhasut." Kata Farel membenarkan apa yang di ucapkan Bian.

"Sayang kamu bukan wanita egois, perkataan mereka hanya omong kosong seperti otak mereka, Nol bulat tanpa ada angka lain." Ejek Arka………(Bersambung  Bab 135 )

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 134 Pernikahan Di Atas Kertas"