Bab 131 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 131
![]() |
Sekarang Mereka telah berkumpul di cafe, setelah solusi yang
di berikan Dewi, Bian mengumpulkan Arka, Farel dan juga Tiara untuk membahas
tentang pencarian Aqila.
Di Cafe tersisa Arka yang belum tiba di tempat.
"Kemana Arka? kenapa jam segini belum juga tiba?"
Tanya Farel.
"Sabar, bentar lagi juga tiba." Kata Bian melihat
tidak sabaran Farel ingin tahu hal apa yang ingin ia bahas, hingga mengumpulkan
anggota lengkap seperti ini.
"Maaf terlambat." Ucap Arka baru tiba di sisi
mereka, langsung menepatkan bokong pada kursi tanpa perintah.
Farel melihat sikap Arka semakin hari berubah 180° dari dulu
sangat menyayangkan.
Sikap Arka yang sekarang sudah hampir sama dengan Bian,
meski sebenarnya juga sama dengan dirinya.
"Iya, tidak apa-apa. Saya mengumpulkan kalian semua di
sini hanya ingin menyampaikan solusi yang akan ada besar kemungkinan untuk
menemui qila berada." Kata Bian penuh semangat, Dewi melihat pria yang
bicara dengan penuh keyakinan akan menemukan aqila ikut tersenyum. Entah kenapa
melihat bahagia Bian, ia merasa bahagia, sebaliknya melihat sedih Bian, ia pun
dapat merasakan.
Perasaan kali ini masih membuat nya ragu menyimpulkan, jika
ini adalah perasaan cinta.
Satu hal yang selalu ia tekan, kan dan yakin, semua yang di
lakukan karena rasa kepedulian bawahan terhadap atasan tidak lebih.
"Solusi apa? cepat katakan." Desak Farel tidak
sabaran, terlihat jelas dari raut wajah bahagia dengan semua yang di dengar
ini.
"Katakan, Kak. Apa solusi nya?" Arka pun sama
terlihat bahagia pada wajahnya. Sebelum mendengar perkataan Bian, wajah nya
sudah seperti kenebo kering tidak ada senyuman atau semangat melakukan apapun.
Namun semua seketika berubah.
Bian mulai menceritakan rencana pencarian Aqila dari solusi
yang di berikan Dewi.
Menjelaskan detail pencarian, agar musuh tidak curiga dengan
gerak-gerik mereka. Bahkan sejauh ini ia masih mendapat laporan.
Hal tersebut tidak menutup kemungkinan, jika sekarang musuh
sedang berkeliaran di tempat, entah penyamaran apa yang di gunakan, sekarang
yang perlu kita lakukan waspada, jangan melakukan hal ceroboh yang mampu
membuat mereka menemukan keberadaan Aqila lebih dulu.
"Ide yang bagus, kenapa sejak kemarin saya tidak
kepikiran ke situ." Ucap Arka.
"Sama. Tapi sekarang saya akui kamu sangat pintar,
pantas qila memilih kamu menjadi temannya, ternyata ini salah satu alasan nya.
Meski tidak cantik, tapi otak tidak bisa di ragukan." Puji Farel tanpa
sadar terselip kata ejekan.
"Maksud Bapak, saya jelek begitu?" Tanya Dewi
sedikit kesal, kenapa memuji harus terselip kata ejekan? kenapa tidak semua
kata pujian, jangan setengah seperti ini, kayak tidak ikhlas saja.
"Saya tidak berkata seperti itu, tapi kamu sendiri yang
bilang jelek." Balas Farel santai.
"Sungguh menyebalkan, ternyata kakak beradik ini 11/12
dingin tak punya perasaan." Gerutu Dewi masih bisa di dengar Bian.
Saat ini Bian duduk di sebelah Dewi, tanpa sengaja perkataan
Dewi yang pelan masih bisa terdengar jelas di telinganya.
"Saya dengar perkataan kamu, Wi." Tegur Bian
dengan suara maskulin.
Dewi menoleh pada pria di samping nya dengan tatapan sedikit
kesal. Bian bingung kenapa ia kena imbas dari semua ini.
Seingat nya yang mengatai Dewi, Farel. Sekarang kenapa
dirinya di tatap dengan penuh kekesalan, sungguh wanita aneh. Itulah yang di
pikir kan Bian.
"Kenapa?" Menaikan alis bingung menatap Dewi.
"Tidak." Ketus Dewi berbalik arah pandang.
"Dasar aneh."
"Mending aneh, dari pada es balok."
*****
Di kediaman keluarga angkat Aqila. Siska berbaring seraya
memainkan ponsel, 5 bulan terakhir ini ia sangat bahagia, tanpa campur tangan
menghancurkan kedua manusia yang sangat amat di benci. Akhirnya kedua orang
tersebut menderita, aqila kecelakaan dan sampai sekarang belum ditemukan,
melihat kesedihan Arka membuat nya bahagia.
Tapi semua masih belum puas yang ia rasakan, mendapat kabar
ada kemungkinan Aqila selamat membuat Siska belum bisa menjalani hidup bahagia
secara sempurna.
Bahagia nya akan terasa sempurna jika Aqila di nyatakan
tewas.
"Aqila yang malang, hidup bergelimang harta tidak
menjamin keselamatan dan kebahagiaan seutuhnya. Tapi semua sebaliknya,
bergelimang harta hanya memperbanyak musuh, nyawa dalam incaran dan bahagia
terombang-ambing seperti gelombang laut. Dan kau Ar, akan hancur dengan
sendirinya melihat nyawa istri tercinta mu lenyap di tangan musuh." Ucap
Siska bahagia penuh semangat.
Siska yakin semua ini terjadi karena musuh keluarga Adijaya,
entah siapa orangnya, ia tidak peduli.
"Aku berharap kali ini Aqila tidak dapat di temukan,
jika di temukan semoga jasadnya yang tak berdaya." Doa Siska penuh harap.
Tok... tok... tok....
"Siska." Panggil Mama seraya mengetuk pintu kamar.
"Iya Ma. Masuk saja pintu tidak di kunci kok."
Teriak Siska dari dalam engan bangun dari tempat peristirahatan nya.
Cekrek...
"Kamu sedang apa? apa sekarang lagi sibuk?" Tanya
Mama berjalan mendekati Siska berbaring seraya memainkan ponsel di tangan.
"Tidak, emang kenapa?" Tanya balik Siska belum
lepas memainkan ponsel nya.
Sekarang ia sedang membaca berita dari berbagai media yang
tersebar luas tentang Aqila masih dalam pencarian kedua pihak keluarga.
"Apa yang kamu lakukan, hingga terus memandang ponsel
dari pada Mama yang berada di sini?" Penasaran Mama melihat tatapan Siska
tak sekali berpindah dari layar ponsel.
"Aku lagi baca berita, Mama katakan saja apa yang ingin
di katakan, aku masih bisa dengar." Balas Siska.
"Iya, di bawah ada, Nak Roland, segera turun temui dia.
Tidak baik membiarkan tamu menunggu lama." kata Mama.
"Apa yang Roland lakukan di sini?" Kaget Siska
menoleh Ibunya, fokusnya langsung teralihkan mendengar nama pria yang sudah
lama tidak di jumpai.
Setelah kejadian hari itu, Roland menghilang seperti di
telan bumi tanpa ada jejak. Sebenarnya Siska menyesal sudah menyalahkan Roland
karena semua ini murni kecelakaan, tanpa jebakan seperti yang di pikirkan.
"Mama tidak tau, untuk itu segera temui biar jelas apa
tujuan kesini." balas Mama memandang Siska seperti sedang berpikir
sesuatu.
"Mama harap pertemuan kalian ini dapat menyelesaikan
masalah dan akan kembali baik seperti dulu, jika bisa jalin hubungan yang
pasti." Ucap Mama berharap Siska bisa hidup bahagia dengan Roland.
Roland pria yang baik, pria yang berpegang teguh dengan
pendirian. Mama Ana mengenal Roland bukan setahun atau dua tahun, tapi sudah
cukup lama. Bahkan semua perhatian dan cara perlakuan nya pada Siska tidak
luput dari pengelihatan nya.
Dari hal tersebut Mama ana menyimpulkan Roland mencintai
Siksa.
"Maksud Mama jalin hubungan pasti gimana?" Tanya
Siska pada Mama.
"Kamu pasti tau maksud dari Mama ini." Jawab Mama
yakin anaknya ini bukan bocah yang tidak mengerti maksud perkataan nya.
"Bersiaplah, Mama tunggu di bawah." Sambung nya
seraya bangkit dari duduk meninggalkan Siska.
Siska terdiam sejenak berpikir."Apa aku bisa menjalani
hubungan serius dengan dendam yang belum aku selesaikan?" Batin nya
bertanya penuh keraguan.
Siska ragu akan hidup bahagia, jika dendamnya belum terbalas
kan………(Bersambung Bab 132 )
Posting Komentar untuk "Bab 131 Pernikahan Di Atas Kertas "