Bab 130 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 130
![]() |
Lima Bulan kemudian...
Tanpa terasa pencarian Arka dan keluarga Adijaya tidak
menemukan titik keberadaan Aqila.
Aqila sengaja menutup akses pencarian mereka, sehingga orang
suruhan Arka dan keluarga Adijaya tidak bisa menemukan nya.
Aqila akan kembali setelah semua membaik. Ia sedih
mengetahui Mommy nya drop. Tega, tidak tega harus di lakukan. Jika ia menyerah
sekarang, ia khawatir calon bayi nya akan dalam bahaya.
Mengetahui betapa gencar mereka mengincar nyawa nya, membuat
Aqila mengungsi di pedesaan, pikirnya tidak akan ada orang yang mengetahui
keberadaan nya.
Semua usaha Arka dan keluarga Adijaya hanya membuang waktu,
karena Aqila tidak akan ketemu di setiap penjuru, sebab tidak ada dari mereka
yang berpikir mengenai pedesaan.
"Sayang nya Mommy, baik-baik di dalam ya. Setelah kamu
lahir, Mommy janji akan mulai menuntaskan mereka yang membuat kita seperti ini.
Mommy tidak akan biarkan mereka lebih lama bahagia di atas penderitaan
kita." Elus Aqila pada perut yang sudah mulai membesar.
Entah kenapa kehamilan nya yang baru memasuki bulan ke 5
sudah membuat perutnya lebih besar dari Ibu hamil lainnya. Bahkan sekarang
jalan nya sudah kesusahan, tapi syukur saat ini ia di temanin salah satu warga
sini yang sangat baik pada nya.
"Mbok, sini sini saya bantu masak nya." Tawar
Aqila.
"Tidak usah Nak, kamu duduk saja kehamilan sudah makin
gede seharusnya lebih banyak istirahat bukan bantuin mbok kayak gini."
Tolak Mbok Yuni tidak ingin wanita cantik ini kesulitan, jika dulu ia tidak
permasalahkan, namun sekarang berbeda kandungan Aqila makin membesar.
"Tapi, Mbok aku gak enak cuman jadi penonton lihat mbok
kerjain semua sendiri." Ucap Aqila merasa tidak menghormati orang yang
lebih tua.
"Di enakan saja, Nak."
***
Lima bulan pencarian Aqila, tidak membuat mereka berhenti,
meski selalu mendapat kabar yang sama tentang Aqila.
Feeling Arka mengatakan Aqila masih hidup. Begitu juga
dengan keluarga Adijaya.
Perginya Aqila membuat Arka tak banyak bicara, bahkan ucapan
nya selalu ia batasi, meski itu pada orang tua nya, mertua dan ipar.
Sama halnya dengan Bian, sekarang ia tidak banyak merespon
ucapan Dewi. Suasana hati lima bulan ini membuatnya semakin dingin.
Berbeda dengan Farel yang sekarang suka marah tidak jelas,
semua yang benar di anggap salah. Bahkan Tiara menjadi prihatin dengan
perubahan Farel semenjak hilangnya Aqila, kedua kakak beradik berubah dari 50
menjadi 100. Sungguh perubahan 2 kali yang sempurna, tidak ada perkataan ramah
atau senyum menyapa yang manis di tunjukkan keduanya.
Bahkan sekarang Bian sudah jarang berada di perusahaan
Adijaya, ia lebih sering berada di perusahaan Aqila. Perkembangan yang sungguh
menonjol dalam beberapa bulan, perusahaan Aqila sudah menjadi peringkat 5.
Semua itu tidak lepas dari penglihatan Aqila, Ia bersyukur
di saat seperti ini, kakak nya masih bisa mengurus perusahaan hingga sekarang,
sesukses ini.
Bian sekarang berada di ruangan Aqila. Memandang foto Aqila
terpajang di meja kerja dengan senyum lepas.
"Qila, kamu di mana? maaf kakak lalai dalam menjaga
kamu, kakak janji akan menemukan dalang dari semua ini." Batin Bian
mengusap bingkai foto Aqila.
Dertttt.....
Dertttt.....
Ponsel nya terus berdering, melihat nama panggilan di layar
ponsel Bian malas meladeni panggilan tersebut.
Di sebrang sana Dewi berdecak kesal.
"Dasar es balok, kenapa panggilan gue gak di angkat.
Apa dia sengaja lakuin ini?" Pikir Dewi.
Tanpa banyak berpikir ia memutuskan untuk menyusul Bian di
kantor milik Aqila.
Perjalanan ke kantor Aqila hanya membutuhkan waktu 50 menit,
jika tidak macet.
Dan sekarang Dewi sudah berada di gedung perusahaan Aqila.
"Selamat pagi. Pak Bian nya ada?" Tanya Dewi.
"Iya, Bu. Apa Ibu ada janji dengan Pak Bian?"
"Kenapa harus ada janji, saya kekasih nya. Sekarang
arah kan di mana ruangan Pak Bian pada saya." Bohong Dewi.
Sungguh perkataan nya barusan membuat ia sendiri tertawa
geli. Mengakui es balok kekasih? dasar mulut tak pernah lihat sikon saat
bicara.
"Maaf, Bu." Ucap staff tersebut tunduk merasa
bersalah tidak tau jika sekarang sedang berhadapan dengan kekasih Pak Bian.
"Iya, tidak apa-apa. Sekarang tunjukkan ruangan Pak
Bian bagian mana?"
"Mari Bu, saya akan mengantarkan Ibu di ruangan Pak
Bian."
"Tidak perlu, arah kan saja, biar saya sendiri ke
sana." Tolak Dewi, bisa mampus kalau di antar staff ini, kebohongan nya
akan terbongkar mengakui Bian kekasih nya.
"Baik Bu." Ucap Staff tersebut tanpa curiga dengan
tolakan Dewi dan langsung mengarahkan pada letak ruangan Bian.
Sekarang Dewi dalam perjalanan ke ruangan Bian sesuai arahan
staff tadi lantai 5. Ia mengingat jelas perkataan staff, di lantai 5 hanya ada
4 ruangan, ruang satu adalah ruang rapat atau sering di sebut meeting dan
ketiga ruangan sisanya adalah milik Aqila dan kedua kakaknya.
"Pak Bian berada di ruang mana ya?" Pikir Dewi
berada di lantai 5, bolak balik tidak jelas.
Mata nya menjatuhkan pandangan pada ruangan yang berada di
pojok.
"Pasti es balok berada di ruangan itu." Tunjuk
Dewi seraya berjalan menuju ruangan tersebut.
Tok...
Tok...
Tok...
"Masuk." Terdengar suara perintah dari dalam,
seketika sudut bibir Dewi membentuk senyum, ternyata tebakan nya benar.
Dewi langsung masuk.
"Pagi Pak." Sapa Dewi melihat Bian menyandarkan
diri pada kursi kebesaran yang dapat ia duga ruangan ini milik Aqila.
Banyak foto Aqila terpajang di dinding, foto bersama Arka,
dan juga keluarga Adijaya beserta keluarga Dirgantara.
Bian sangat mengenal suara tersebut. Membuka mata melihat
Dewi berada di hadapan nya, ia menghela nafas panjang.
"Untuk apa kamu kesini?"
"Untuk apa lagi, kalau bukan samperin Bapak. Kenapa
telpon saya tidak di angkat? apa Bapak sengaja?"
"Itu bukan urusan mu, urus saja urusan mu sendiri! Jika
tidak ada kepentingan silakan tinggalkan ruang ini!" Ucap Bian.
"Bapak kenapa seperti ini? apa semua ini karena hilang
nya Qila? asal Bapak tau, bukan hanya Bapak yang kehilangan Qila, tapi kita
semua. Berubah menjadi lebih dingin bukan solusi untuk menemukan Qila. Sekarang
yang harus kita pikirkan adalah mencari keberadaan Qila. Saya kesini bukan
mengganggu waktu Bapak, melainkan untuk memberitahu sesuatu yang mungkin tidak
kalian pikirkan pola pikir Qila." Ucap Dewi.
"Tau apa kamu tentang pola pikir Qila?" Tanya Bian
pada Dewi dengan tatapan intimidasi.
"Apa kalian sudah mencoba mencari Qila di
pedesaan?" Tanya balik Dewi, tanpa peduli pernyataan Bian.
"Apa maksud mu mencari di pedesaan? apa Qila sekarang
bersembunyi di sana?"
"Bisa jadi iya, Bukan nya Bapak dan yang lain sudah
mencari di semua tempat, bahkan mengerahkan anak buah di dalam dan juga luar
negeri, kenapa tidak Bapak kerahkan juga di pedesaan yang tidak seberapa dan
mungkin besarnya tidak seperti luar negeri." Saran Dewi, di pikir Bian
tidak salah dengan perkataannya.
Tidak salah mencoba, dari pada tidak sama sekali.
"Baiklah, akan saya ikuti saran mu, tapi kalau boleh
tau bagaimana kamu bisa kepikiran ke arah sini?" Penasaran Bian, sejak
kemarin ia dan lainnya tidak pernah berpikir seperti apa yang di saran, kan
Dewi padanya sekarang………(Bersambung Bab
131 )

Posting Komentar untuk "Bab 130 Pernikahan Di Atas Kertas "