Bab 128 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 128
![]() |
Dewi mengikuti Bian, tanpa peduli tatapan karyawan lain
padanya.
"Pak, tunggu." Teriak Dewi berlari kecil mengejar
langkah panjang Bian.
Seketika langkah Bian berhenti.
"Ada apa?" Tanya Bian berbalik pada Dewi.
"Saya ikut." Jawab singkat Dewi.
"Ikut? ikut kemana?" Bingung Bian dengan perkataan
Dewi.
"Ikut Bapak."
"Ikut kemana?"
"Bapak mau kemana?" Tanya balik Dewi membuat Bian
pusing, entah ada apa dengan wanita di depannya ini, kenapa pertanyaan nya
selalu di putar balikkan.
Dewi melihat wajah aneh di tampil kan Bian, membuka suara.
"Bapak mau kemana?" Tanya ulang Dewi.
"Ke ruang Pak Farel, emang kenapa? apa kau ingin
ikut?" Pandang Bian pada Dewi.
"Iya, saya ikut. Mari masuk." Ajak Dewi tanpa
dosa, Sedangkan Bian melongo tidak percaya dengan wanita di depannya ini.
Dewi melihat diamnya Bian tidak bergerak di tempat,
berbalik."Apa Bapak masih mau di situ? Bapak tidak khawatir dengan Qila
sekarang?" Tanya Dewi pada Bian seketika wajahnya berubah kaget dari mana
Dewi tau.
"Tau apa kamu tentang Qila?" Curiga Bian menatap
intimidasi pada Dewi seperti orang jahat yang menyembunyikan kejahatan.
"Saya sahabat dekat nya Qila, saya juga tau betapa over
protective kalian pada Qila, bahkan melihat wajah Bapak tegang seperti ini
sudah menggambarkan jika Qila sedang tidak baik-baik saja. Bukan benar yang
saya katakan ini?"
"Ya sudah, kau bisa ikut masuk, tapi dengan satu
syarat." Ucap Bian memandang Dewi menautkan alis.
"Apa syarat nya?" Tanya Dewi.
"Kondisi kan, suara mu saat di dalam. Jika tidak, tanpa
permisi saya akan langsung mengusir mu." Tegas Bian, langsung berjalan
meninggalkan Dewi yang masih tidak percaya dengan syarat di berikan Bian pada
nya.
Apa es balok ini sedang mengatai nya. Sungguh menyebalkan.
Masih mending banyak bicara dari pada diam seperti beruang kutub.
Cekrek...
Bian mendapatkan Farel bersama Tiara, berjalan menghampiri
mereka di ikuti Dewi dari belakang.
"Apa kalian sedang pacaran?" Tanya Bian langsung
melempar pertanyaan yang terlintas di benak nya.
Melihat keduanya bicara santai seperti sepasang kekasih, ia
langsung bertanya tanpa berpikir lagi.
"Tidak."
"Tidak."
Kompak Farel dan Tiara membantah.
****
Flashback.
Aqila sedih mendengar bentakan Arka, tanpa berpikir panjang
ia kabur dan mengancam para bodyguard yang sudah seperti polisi menjaga tahanan
saja.
Dalam perjalanan entah kemana tempat yang akan ia pergi,
saat ini ia tidak memiliki tujuan untuk menenangkan diri selain mengendarai
memutari jalan.
Aqila menyetir dengan keadaan tidak stabil, tetesan bening
terus berjatuhan dari kelopak mata.
Rasanya begitu sakit mendengar bentakan Arka, entah kenapa
sekarang ia merasa lebih sensitif.
Tanpa di sadari mobil Aqila di ikuti oleh beberapa mobil di
belakang. Bahkan mereka terus menyerempet hingga mobilnya hilang kendali.
"Siapa mereka? kenapa terus mengikuti ku?" Bingung
Aqila melihat spion mobil.
Saat Aqila berusaha menghubungi Arka dengan kondisinya
sekarang, mobilnya langsung di tabrak dari belakang, hingga ponsel terjatuh.
Bugh...
Mobil Aqila lolos tanpa bisa di kendalikan, ternyata rem nya
blong.
"Auwh." Aqila meringis kesakitan seraya memegang
jidat.
Seketika perut nya terasa sakit. Aqila membuka pintu mobil
dan keluar, menoleh ke belakang melihat beberapa pria berbadan kekar
menggunakan pakaian serba hitam, ia segera kabur dari tempat nya.
Tidak berselang lama dengan keluar nya dari dalam, beberapa
menit kemudian, mobilnya jatuh kedalam jurang.
Melihat jelas mobil nya terjatuh, Aqila bersyukur bisa cepat
keluar tadi. Mata nya memandang orang-orang yang masih betah berdiri, ulah
mereka nyawa nya hampir saja melayang seperti mobil yang terjun bebas ke
jurang.
Sekarang Aqila yakin, inilah alasan Arka dan keluarga nya menempati
bodyguard setiap pergerakan nya.
Tanpa mereka sadari Aqila bersembunyi mendengar semua
perkataan mereka.
"Jadi ini alasan mereka memberi penjagaan ketat
untukku, maafin aku, By, Dad, Mom, Kak. Aku nyesal sudah ngelawan dan nekat.
Maaf sudah merepotkan kalian, maaf karena Aku, kalian selalu cemas
mengkhawatirkan keselamatan ku. Sekarang saat nya Aku membebaskan kalian dari
rasa cemas ini, biarkan Aku yang hadapi mereka. Aku tidak ingin nyawa kalian
ikut terancam, karena terlalu melindungi ku." Kata Aqila seraya memegang
perut terasa sakit.
****
Bian menceritakan semua pada Dewi, karena sejak tadi petasan
boom ini terus mengoceh.
"Apa? Nyawa Qila sekarang lagi dalam incaran?"
Kaget Dewi tidak percaya dengan apa yang di dengar.
Dewi tidak menyangkah hidup Aqila banyak penderitaan. Baru
sebentar merasa bahagia sekarang harus lagi.
Menjadi orang kaya ternyata tidak seenak yang di pikirkan,
musuh tersebar di mana-mana. Iri? adalah salah satu sebabnya.
"Iya." Singkat Bian. Seketika ponsel nya
berdering.
Bian bangkit meninggalkan mereka mengangkat telpon.
📞:"Hallo, bagaimana,
apa kalian menemukan keberadaan Qila?" Tanya Bian, berharap mereka
mengiyakan.
📞:......
📞:"Apa?" Kaget
Bian, kaki nya terasa lemas berdiri rasanya tak sanggup. Butiran bening tak bisa
bendung lagi, hatinya sakit mengetahui ini.
Farel melihat reaksi Bian, perasaan nya menjadi tidak enak.
Reaksi dan tatapan Bian seperti ini, tidak pernah ia lihat sebelum nya. Ia
yakin terjadi sesuatu yang pada Aqila.
Tanpa banyak bicara, ia langsung merampas ponsel di
genggaman Bian yang tidak bisa menopang kaki untuk berdiri tegak lebih lama
lagi.
Kaki nya terasa lumpuh, hidupnya rasa tak berguna jika tidak
bisa melindungi satu princess saja.
Bian mengutuk dirinya kenapa bisa lengah memposisikan
suruhan nya.
📞:"Katakan apa yang
terjadi dengan Qila?" Tanya Farel.
📞:.......
📞:"Apa.... "
Prak...
Tangan nya gemetar tidak sanggup mendengar kabar buruk.
Dewi dan Tiara saling pandang, mereka yakin terjadi sesuatu
pada Aqila hingga kakak beradik ini lemas tak bersemangat, berbeda dari sebelum
mendapat telpon.
"Rel, semua ini gak benar kan? Qila baik-baik kan? Qila
kita selamat kan?" Tanya beruntun Bian seraya mengguncang kan, tubuh
Farel.
Dewi tidak menyangkah dengan apa yang di lihat.
Pria yang ia juluki es balok ternyata bisa menangis juga.
Melihat betapa rapuh nya Bian, hatinya ikut sedih entah
kenapa? hatinya tersentuh. Dewi sekarang menyadari sikap dingin Bian hanya
sampul depan, karena sesungguhnya isi dalam begitu rapuh seperti butiran debu.
Farel tidak bisa berkata, penjelasan orang suruhan Bian
terus terus terngiang-ngiang di benak nya.
Bian bangkit, mengusap air matanya dan pergi meninggalkan
mereka.
"Bian, kamu mau kemana?" Teriak Farel ikut bangkit
melihat perginya Bian.
Pria yang di tanyakan tidak menjawab terus melangkah pergi.
"Kalian bisa kembali ke ruangan masing-masing, masalah
yang kalian dengar barusan, jangan pernah beberkan pada siapapun." Tegas
Farel memperingatkan Tiara dan Dewi.
"Iya, Pak." Jawab kedua.
"Ya sudah kalau begitu saya pergi dulu." Farel
pergi meninggalkan kedua menyusul Bian.
Kedua wanita tersebut saling pandang satu sama lain, mereka
sedih dengan apa yang menimpa Aqila, meski tidak tau jelas detail musibah apa,
mereka yakin terjadi hal yang buruk, hingga susah di terima Bian dan Farel.
Tanpa sadar air mata Dewi ikut menetes, entah sedih karena
musibah yang di timpa Aqila, atau melihat rapuh nya Bian dengan kondisi seperti
ini.
"Wi, kamu gapapa?" Tanya Tiara menoleh pada Dewi
ikut menangis.
Tanpa menjawab pertanyaan Tiara, Dewi langsung menghambur
peluk dalam dekapan Tiara………(Bersambung Bab 129 )
Posting Komentar untuk "Bab 128 Pernikahan Di Atas Kertas "