Bab 126 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 126
![]() |
Tanpa terasa sudah 2 minggu Aqila di kawal bodyguard.
Kemana saja ia pergi selalu di buntuti, sungguh kehidupan
yang miris begitu lah yang di pikir Aqila.
"By, sampai kapan bodyguard kamu akan terus mengikuti
ku? aku risih di pandang orang sekeliling ku?" Keluh Aqila.
"Sampai semua aman!" Jawab Arka tanpa menoleh,
saat ini fokus nya pada layar ponsel.
"By, kamu lihat apa sih? kenapa aku di acuhkan seperti
ini?" Aqila sedikit kesal melihat Arka tak mempedulikan nya.
"Sabar sayang, aku lagi lihat email dari klien."
Jawab Arka lagi dan lagi tidak menoleh.
"Terserah, pandang saja itu ponsel sampai bosan, aku
gak mau ada bodyguard titik." Ucap Aqila kesal langsung meninggalkan Arka.
Arka yang baru menyadari istrinya sedang ngambek, langsung
menyusul.
Arka bingung kenapa akhir ini Aqila banyak berubah. Bahkan
lebih sering ngambek dari sebelumnya, Semua hal kecil selalu di perbesarkan.
"Sayang, kenapa kamu jadi seperti ini sih? aku lakukan
ini demi kebaikan kamu, bukan untuk diriku, please mengerti dengan situasi
sekarang, jangan terus mengeluh seperti anak kecil, karena kamu bukan anak
kecil, tapi sudah dewasa." Ucap Arka pusing menghadapi sikap kekanakan
Aqila sekarang.
Aqila yang sekarang membuat Arka sedikit kesal dengan sifat
yang sering berubah tidak jelas.
Bahkan pernah sekali Aqila membangun kan, Arka tengah malam
hanya untuk di putarkan susu.
Arka di buat kesal tidur malam nya harus terbangun, baru
sejam memejamkan mata sudah harus terbangun lagi.
"Aku risih By dengan bodyguard kamu, aku sudah dewasa
bukan anak kecil kemana saja harus di buntuti!" Balas Aqila
ngotot."Kenapa gak kamu saja yang di kawal biar rasakan apa yang aku alami
sekarang." Sambung Aqila.
"Aqila!" Bentak Arka kesal dengan ucapan nya akhir
ini semakin asal, tanpa berpikir panjang.
Mendengar bentakan Arka, tanpa permisi air mata nya jatuh,
tidak bisa di pungkiri hatinya terasa sakit mendengar suara tinggi Arka.
Aqila bangkit meninggalkan Arka yang kaget dengan apa yang
di perbuat barusan. Arka tak bermaksud membentak Aqila seperti ini, tapi entah
kenapa melihat tingkah Aqila menjadi membuatnya hilang kendali.
Aqila berlari keluar mansion, saat bodyguard ingin mengikuti
nya dengan cepat ia mematikan langkah mereka dengan ancaman maut.
Seketika mereka diam membeku tanpa berani mengikuti Aqila.
"Dimana Nyonya Qila?" Tanya Arka baru tiba di
sekeliling Bodyguard yang memandang arah gerbang depan.
"Nyonya Qila barusan pergi Tuan." Jawab salah satu
bodyguard.
"Pergi? kenapa kalian tidak mengikuti nya? untuk apa
saya mengaji kalian, hah? jika terjadi apa-apa dengan istri saya, nyawa kalian
akan saya jadikan santapan hiu di laut." Ancam Arka marah.
"Maaf Tuan, Nyonya mengancam kami untuk tidak mengikuti
nya."
"Jangan peduli kan ancaman nya, di sini saya yang
mengaji kalian bukan istri saya! Cepat ikut saya." Marah Arka sembari
masuk ke dalam mobil menyusul Aqila.
Arka khawatir keadaan Aqila saat ini sedang tidak stabil,
bagaimana jika terjadi sesuatu dengan nya.
Arka mengutuk dirinya, kenapa bisa lepas kendali membentak
Aqila.
"Maaf sayang, aku tidak bermaksud seperti ini."
Ucap Arka.
Menyusuri jalan. Ia tidak mendapatkan mobil Aqila. Tidak
mungkin secepat ini jejak nya hilang, jika ngebut masih bisa kekejar meski tak
dekat.
****
Farel dan Tiara kini semakin dekat, bahkan perasaan cinta
Tiara makin bertambah. Berbeda dengan Farel terlihat biasa tidak memiliki rasa.
Jika di bilang sakit? ya, jelas sakit. Orang yang kita kagum
begitu dekat, tapi tak bisa kita raih. Mencintai, tapi tidak di cintai.
Berusaha membuang rasa ini, tapi tetap tidak bisa. Perasaan
ini terlanjur tertancap, hingga akar.
Tiara sadar diri, orang miskin sepertinya tidak pantas
mendapat cinta Farel. Status mereka saja berbeda jauh, bagaimana bisa seorang
CEO pemilik perusahaan Menyukai nya yang jelas orang miskin tidak memiliki apapun
yang bisa di banggakan seperti wanita di luar sana.
Jangan kan, bisa di banggakan? kendaraan pribadi saja tidak
punya, bagaimana yang lain.
Sudah bisa berteduh dan makan, itu sudah sangat ia syukuri.
Tok... tok... tok...
"Masuk"
"Pagi, Pak." Ucap Tiara.
"Hmm, ada apa?" Tanya Farel tanpa menoleh, matanya
tertuju pada layar ponsel pada pesan yang di kirim Arka.
"Pak, hari kita kita ada makan siang bersama klien dari
Singapura."
"Kau tangani mereka, sampaikan permohonan maaf saya pada
mereka."
"Tapi, Pak, kenapa mendadak seperti ini, apa ada
masalah?" Tanya Tiara menatap Farel mendadak khawatir, entah apa yang di
cemaskan ia tidak tau.
"Qila hilang." Jawab Farel.
"Hilang? bagaimana bisa Pak? bukannya Ibu Qila sudah di
sediakan bodyguard?"
"Saya tidak tau bagaimana semua bisa terjadi."
Tiara melihat betapa besar rasa khawatir Farel pada Aqila
menjadi salut. Rasa sayang kakak kepada adik yang begitu besar belum pernah ia
dapatkan dari sosok pria yang di cintai.
"Bapak jangan khawatir seperti ini, kita sama-sama
berdoa agar Ibu Qila baik di manapun ia berada sekarang."
"Iya, semua ini karena suaminya tidak becus, kenapa
harus membentak Qila, Saya kakaknya tidak pernah membentak, dan dia seenak
jidat membentak princess Adijaya." Farel sedikit kesal mendapat pesan
pengakuan Arka tanpa di tutupi semua yang terjadi, hingga Aqila kabur.
****
Bian mendapat pesan dari Arka hilang nya Aqila, langsung
menghubungi orang kepercayaan nya.
"Cari keberadaan Qila, terakhir melintasi jalan
xxx."
Tanpa menunggu balasan mereka menyanggupi, langsung ia
matikan dan bangkit menuju ruangan Farel.
Dalam perjalanan ke ruangan Farel lagi dan lagi ia harus
bentrokan dengan petasan boom.
Bruukk..
"Auwh." Dewi meringis seraya memengang jidat nya.
"Kenapa harus Bapak lagi yang menabrak saya sih? Bapak
naksir? bilang dong, gak usah pakai cara basih kayak gini." Narsis Dewi,
membuat Bian pusing mendengar ocehannya langsung membungkam mulutnya dengan
tangan.
"Please, kali ini jangan seperti petasan, sikon tidak
mendukung, cari sikon yang tepat." Ucap Bian seraya melepaskan tangan pada
mulut Dewi, dan berjalan meninggalkan nya yang mematung tidak percaya dengan
sikap Bian yang aneh.
"Ada apa dengan es balok? kenapa aneh seperti itu? apa
terjadi sesuatu dengan Qila?" Gumam Dewi sedikit mengetahui kedua kakak
Aqila begitu over protective pada Aqila.
Dewi pun sama, entah kenapa mendadak khawatir dengan Aqila.
Ia mencoba menghubungi Aqila, tapi nomornya tidak aktif.
"Kamu dimana Qila, semoga kamu baik-baik saja dimana
pun kamu berada." Ucap Dewi firasat nya tidak enak pada Aqila.
Tanpa pikir panjang Dewi melangkah ke ruangan Farel. Ia
yakin Bian kesana membahas Aqila, ia pun sudah menganggap Aqila sebagai saudara
nya sendiri. Khawatir mereka pasti sama dengan khawatir nya saat ini………(Bersambung
Bab 127 )
Posting Komentar untuk "Bab 126 Pernikahan Di Atas Kertas "