Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 125 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 125


Arka tidak mengindahkan perkataan Aqila, ia terus melancarkan aksinya.

Farel yang sudah berada di depan pintu tidak mengetuk lagi, tapi langsung serobot masuk seperti sedang mengebrak seseorang melakukan tindakan jahat.

Cekrek...

Pintu terbuka betapa kaget Farel melihat hal senonoh di depan mata nya. Sungguh pasangan tidak ada akhlak, kenapa melakukan seperti ini lupa mengunci pintu.

Jiwa jomblo nya seakan meronta mendengar ******* Aqila. Meski tidak melihat apa yang dilakukan sepasang suami istri tersebut karena tertutup selimut.

Saat ini kedua orang tersebut melakukan percintaan di balik selimut. Melihat jelas selimut bergerak atas bawah otak Farel langsung travelling dengan apa yang di lakukan mereka.

Pusaka bawah nya ikut menegang melihat aksi mereka. Farel menelan kasar saliva, mata suci nya kini menjadi kotor.

Entah kenapa masih diam di tempat, matanya masih engan melepas pandangan pada selimut yang bergerak.

"Akkhh... pelan By...." De*** Aqila.

Lagi dan lagi mendengar Des**** Aqila membuat nya tidak kuat, semakin lama melihat jiwa nya akan terus meronta untuk segera nikah.

"Uhukk... uhukk.... " Batuk Farel tidak tau harus berkata apa, sungguh mulut nya kehabisan kata-kata, pikiran nya sudah bercabang.

Mendadak selimut yang bergerak menjadi diam.

"By, apa kamu dengar?" Tanya Aqila menatap pria yang berada di depan nya.

"Iya sayang, aku dengar suara nya begitu dekat dengan kita." Sahut Arka.

"Apa sekarang.... " Aqila menggantung perkataan nya dan Arka dapat paham lanjutan perkataan itu.

Kedua orang tersebut membuka perlahan selimut, betapa kaget mendapatkan Farel di hadapan mereka dan menatap intens kedua.

"Kakak." Gugup Aqila pucat keringat dingin, rasanya saat ini ia ingin menghilang.

Bagaimana bisa percintaan nya dengan Arka di tonton Farel, entah sudah berapa lama berada dan menonton, kini menjadi pertanyaan tersendiri Aqila.

Tidak dengan Arka terlihat santai, lagi pula yang dia lakukan wajar, suami istri bebas melakukan apapun, yang salah saat ini sikon bercumbu mereka tidak tepat.

Melihat tatapan Arka tidak merasa bersalah, bahkan terlihat santai seperti tidak melakukan apapun, melongo tidak percaya.

"Kenapa? enak percintaan nya?" Tanya Farel menekan setiap pertanyaan nya.

Aqila terdiam mendengar penekanan kata yang di ucapkan Farel, ia meremas kuat selimut yang menutup tubuh polos nya.

****

Di tempat lain Dewi bosan selalu menghabiskan waktu weekend sendiri tanpa pasangan atau sahabat.

Seketika ia teringat akan Aqila sahabat nya, sudah lama tidak berjumpa setelah pengakuan Farel siapa Aqila sebenarnya.

Dewi mengambil ponsel dan segera menghubungi Aqila, panggilan pertama tidak di jawab.

Tiga kali menghubungi, hasil nya masih sama tidak di jawab.

Dewi tidak kehabisan akal agar bisa terhubung dengan Aqila, seketika otaknya mendapat ide siapa yang akan menjadi perantara ia berbicara dengan Aqila.

Mencari nama di daftar kontak yang akan di tuju, Dewi segera menghubungi.

Satu kali sambungan telpon sudah langsung terhubung, hal tersebut membuat ujung bibir Dewi membentuk senyuman.

"Hallo, Assalamu'alaikum." Salam lembut Dewi.

"Walaikumsalam." Jawab Bian.

Ya, orang tersebut Bian, entah kenapa mendadak ia teringat Bian sih es balok.

"Pak, bisa saya bicara sama Qila, sejak tadi saya hubungi tidak di angkat." Ujar Dewi di sebrang sana.

"Qila tidak bisa di ganggu hari ini, jika ada hal yang penting katakan saja, akan saya sampaikan pada nya nanti." Balas Bian.

"Kenapa tidak bisa di ganggu? atau ini hanya alasan semata bapak agar saya tidak bisa berbicara dengan Qila?"

"Tidak ingin percaya, ya sudah tidak apa-apa. Saya tidak memaksa kamu untuk percaya, jika tidak ada yang ingin kamu katakan lagi, saya akhiri sambungan nya." Ketus Bian yang ingin mematikan.

"Eeeh... ehh... tunggu dulu dong Pak." Cegah cepat Dewi.

"Apalagi? saya tidak ada banyak waktu berbicara dengan kamu. Jadi katakan langsung apa yang ingin di katakan."

"Bapak irit banget, sok sibuk." Gerutu Dewi di sebrang sana masih bisa di dengar Bian.

"Jika tidak ada yang penting saya akan matikan, mendengar umpatan kamu mengatai saya hanya membuang waktu." Tegas Bian langsung memutuskan sambungan telpon sepihak.

tut... tut... tut....

Panggilan berakhir.

Dewi menatap ponsel yang di matikan sepihak es balik menjadi kesal.

"Dasar es balik, beruang kutub, kenebo kering." Maki Dewi dengan semua kata yang terlintas di benaknya.

"Jadi pria gak ada lembut nya, kenapa gue harus punya atasan model dia." Oceh Dewi tidak ada henti."Kasihan ceweknya punya cowok es balik, beruang kutub, kenebo kering. Emang apa yang di lihat ceweknya dari es balok? apa karena harta? ish sungguh kalau benar, ceweknya gak baik hanya mau hartanya saja." Sambung Dewi mendadak kasihan dengan Bian, tanpa sadar timbul rasa perhatian pada Bian.

Di sebrang sana Bian menghela nafas, kenapa harus berurusan dengan wanita model petasan kayak Dewi, sungguh sangat menganggu.

Bian bersyukur adiknya Aqila tidak memiliki sifat seperti Dewi petasan.

"Sudah selesai?" Tanya Farel.

"Iya." Singkat Bian sembari menjatuhkan bokong pada sofa.

Mereka kembali pada topik awal pembicaraan.

"Princess, kamu tidak keberatan bukan, dengan keputusan Arka?" Tanya Daddy menatap putri kesayangannya.

Aqila menoleh pada Arka yang terlihat serius tidak ingin bernegosiasi. Dengan terpaksa ia mengangguk setuju, Arka kini lebih tegas dan dingin membuat nya merinding melihat lama.

Farel salut melihat keputusan yang di ambil Arka, ia tidak menyangkah pria yang di juluki sih bodoh kini sudah pintar.

Keputusan kali ini sangat tepat, lagi pula ini untuk keselamatan Aqila bukan semata membatasi pergerakan tanpa sebab, karena musuh kapan saja bisa menyamar menjadi teman agar tergapai nya tujuan.

Mereka lain pun setuju dengan Arka menempatkan 4 pengawal untuk Aqila.

Semua bisa terjadi kapan pun mengingat penculikan 20+ tahun yang lalu banyak pasukan lawan berhasil melumpuhkan pengawal keluarga Adijaya.

Sekarang Arka tidak ingin hal yang pernah terjadi pada Aqila terulang kembali.

"Sayang, semua ini demi kebaikan kamu, aku Daddy, Mommy dan juga kedua kakakmu tidak ingin terjadi hal buruk padamu." Ujar Arka memberi pengertian.

"Iya, tapi kenapa harus 4? 2 sudah lebih dari cukup By?" Protes Aqila bingung kenapa keluarganya tidak protes seperti dirinya.

"Qila, turuti perkataan Arka, bagaimana juga dia suami kamu. Apa yang di putuskan pasti semua demi kebaikan kamu. Lagi pula kakak dan juga lainnya setuju dengan keputusan Arka, bukan begitu Dad, Mom, Farel?" Pandang Bian bergantian.

"Iya, Kata kakakmu benar princess. Mommy tidak ingin hal buruk terjadi sama kamu, jika perlu Mommy ingin menambah 6 pengawal lagi biar lebih aman."

"Mommy apaan sih, kok nambah? 4 aja Qila udah risih, bagaimana kalau benar 10." Cemberut Aqila tidak ingin di kawal seperti tahanan napi saja, kemana-mana harus di kawal………(Bersambung  Bab 126 )

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 125 Pernikahan Di Atas Kertas "