Bab 122 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 122
![]() |
Aqila bangun tidak mendapatkan Arka di samping nya.
"By, kamu dimana?" Teriak Aqila pikirnya saat ini
Arka berada di kamar mandi atau ruang ganti, namun tebakannya salah tidak ada
sahutan Arka dari kedua tempat yang dipikirkan.
Tidak mendapat sahutan Arka, ia bangkit saat ini tubuh nya
polos tanpa sehelai benang akibat pergulatan ranjang yang mereka lakukan setiap
saat tanpa mengenal waktu.
Aqila berdiri seraya menarik selimut untuk menutup tubuh
polosnya menuju kamar mandi. Ia akan mencari Arka di ruang bawa, tapi sebelum
itu membersihkan diri terlebih dahulu.
Beberapa menit membersihkan diri kini ia sudah berada di
depan meja rias memandang wajah di pantulan cermin terlihat lebih segar.
Aqila menyisir rambut panjangnya yang masih basah karena
keramas tadi. Kepalanya terasa sakit saat bangun hingga akhirnya memutuskan
untuk mencuci rambut agar terasa ringan.
"Kemana Hubby? kenapa sejak tadi aku tidak melihat
nya?" Bingung Aqila dari tadi duduk tidak melihat batang hidung Arka.
Aqila mengambil ponsel menghubungi Arka, panggilan pertama
nya langsung di reject pria yang di hubungi.
"Ish, dimana sih Hubby? kenapa panggilan ku di
reject." Gerutu Aqila sedikit kesal.
Tanpa sadar tangan nya tidak diam dengan mulut terus
mengoceh ia menghancurkan beberapa alat make-up seperti mengulek cabe.
Aqila kesal Arka pergi tanpa berpamitan padanya.
Tok... tok... tok...
"Nyonya." Panggil Bibi asisten rumah tangga nya
seraya mengetuk pintu.
"Masuk saja Bi tidak saya kunci." Sahut Aqila dari
dalam.
Mendengar perintah dari atasan nya, Bibi membuka pintu dan
masuk.
"Maaf Nyonya menganggu. Ini ada paket untuk
Nyonya." Kata Bibi menggendong paket berukuran sedang tidak kecil tidak
besar.
"Untuk saya? nama pengirim nya siapa?" Bingung
Aqila perasaan tidak memesan apapun berkaitan dengan online, karena ia lebih
suka belanja langsung.
"Tidak ada nama pengirim Nyonya, Bibi juga sudah
bertanya tadi, tapi kurir nya tidak tau. Apa mungkin dari pengemar
Nyonya?"
"Pengemar? apa mungkin saya punya pengemar? saya bukan
artis bagaimana memiliki pengemar." Ujar Aqila ragu dengan perkataan Bibi.
"Nyonya anak dari keluarga Adijaya, bahkan menantu dari
keluarga Dirgantara. Siapa yang tidak mengenal Nyonya, saya saja yang di beri
kesempatan bekerja bersama Nyonya sudah sangat senang akhirnya bisa dekat
dengan anak dari keluarga terpandang, bahkan di beri gaji besar." Kata
Bibi membuat Aqila menggeleng kepala.
"Bibi bisa saja, letakkan saja paketnya di sana
Bi." Ucap Aqila menunjuk pada kasur.
"Baik Nyonya." Sahut Bibi beranjak dari tempat
meletakkan paket sesuai perintah Aqila.
Setelah selesai ia berpamitan untuk keluar melanjutkan
tugasnya.
Aqila memandang paket dari pantulan cermin meja rias bingung
dari siapa paket tersebut? kenapa tidak ada nama pengirim?
Menduga-duga membuat nya semakin penasaran akhirnya ia
bangkit menuju tempat tidur.
Aqila mendudukkan bokong pada kasur empuk seraya menimbang
goyang kan paket kira-kira apa isinya.
*****
Di kediaman Adijaya, Arka begitu serius mendengar cerita
Daddy dari semua yang terjadi, hingga tanpa melihat nama penghubung yang
menelponnya langsung di matikan.
"Daddy harap setelah mengetahui ini kamu bisa lebih
waspada menjaga Princess, tapi jangan sampai Princess curiga jika nyawanya
dalam incaran musuh." Ucap Daddy memperingatkan Arka agar tidak ceroboh.
"Iya Dad."
"Daddy percaya kamu bisa melindungi princess dengan
baik, tapi ngomong-ngomong kapan kita dapat kabar baiknya?" Tanya Daddy
menaik turun kan alis memandang Arka seketika wajah yang tegang menjadi sedikit
lebih baik dengan ucapan Daddy.
"Secepatnya Dad, do'akan bulan ini dapat kabar baik."
Jawab Arka yakin bibit unggul nya tidak akan salah berenang.
"Alhamdulillah senang Mommy dengar nya." Kata
Mommy bahagia pria di depannya sangat yakin Aqila akan segera hamil.
"Alhamdulillah apa Mom?" Tanya Farel menuruni satu
persatu anak tangga.
"Sebentar lagi Mommy akan menjadi Oma dan kamu akan
menjadi Paman." Jawab Mommy penuh semangat.
"Maksud Mommy, Qila hamil?" Tanya Farel mencerna
maksud perkataan ibunya.
"Sebentar lagi sayang. Sekarang belum." Jawab
Mommy membenarkan perkataan Farel yang salah tebak.
"Oh." Ucap Farel.
Farel belum menyadari Arka berada di sini karena Arka
membelakangi nya hingga ia tidak mengetahui siapa sosok pria bersama keluarga
nya.
Farel merasa familiar dengan postur tubuh pria di depan nya,
meski membelakangi ia yakin pria ini sih bodoh Arka.
Tumben kesini Ar? Qila mana? kenapa datang sendiri?"
Tanya beruntun Farel seraya menduduki bokong pada sofa samping Bian.
"Kita yang manggil kesini." Sela Bian.
"Kenapa?" Penasaran Farel.
"Daddy memanggilnya kesini untuk menceritakan hal yang
sudah seharusnya Arka tau dari dulu bukan sekarang." Jawab Daddy.
"Oh, ya sudah itu lebih bagus mulai sekarang Arka bisa
lebih waspada jangan biarkan Qila pergi sendiri atau berada di mansion
sendiri." Jelas Farel seketika Arka sadar jika meninggalkan Aqila sendiri.
Mereka semua kaget mendadak Arka menepuk jidat nya sendiri
setelah mendengar perkataan Farel.
"kenapa Arka?" Tanya Mommy bingung melihat anak
mantu nya berubah aneh.
"Qila sendiri tadi saya meninggalkan nya sedang
tertidur, saya khawatir saat bangun nanti dia akan bingung mencari keberadaan
saya." Jelas Arka tidak menyadari sudah lama meninggalkan Aqila.
Keberadaan nya di kediaman Adijaya ternyata sudah 3 jam.
"Coba sekarang kamu hubungi princess." Usul Mommy
entah kenapa mendadak firasat nya tidak enak.
"Iya Mom." Sahut Arka seraya merogoh masuk tangan
ke saku mengambil ponsel betapa kaget saat menghidupkan layar ponsel tertera 5
panggilan masuk dari Aqila.
Arka kembali mengingat panggilan yang sempat di reject
ternyata panggilan dari Aqila. Ia mengutuk dirinya kenapa bisa ceroboh seperti
ini? kenapa tidak melihat terlebih dahulu sebelum asal reject.
"Apa yang terjadi? kenapa diam coba hubungi
Princess." Kata Mommy melihat raut wajah Arka menjadi lebih tidak tenang.
"Qila tadi menghubungi saya 5 kali, pikir saya tadi
orang lain jadi langsung saya reject tanpa melihat nama." Jelas Arka
jujur.
"Astaga, kenapa kau bisa sebodoh ini Arka. Tidak salah
saya menamai kau pria bodoh." Maki Farel sedikit kesal bagaimana bisa asal
reject tanpa melihat nama di layar ponsel.
"Sudah! Arka coba hubungi ulang Princess nya."
Perintah Daddy.
"Baik Dad." Jawab Arka langsung menghubungi Aqila.
Saat panggilan tersambung Arka mengucap salam terlebih
dahulu sebelum memulai perbincangan.
"Assalamu'alaikum sayang." Salam Arka tanpa
mempedulikan tatapan Farel dengan kata akhir yang memanggil Aqila sayang.
Dalam hati Farel merasa geli dengan ucapan manis Arka, sih
bodoh sok pamer kemesraan.
"Qila apa kamu berada di sana?" Khawatir Arka
tidak mendapat jawaban dari Aqila.
"Hiks... hiks... hiks... By, aku takut." Terdengar
isak tangis Aqila di sebrang sana.
"Qila apa yang terjadi? kamu kenapa?" Cemas Arka
mendengar tangisan Aqila membuat hatinya sakit.
"By, aku takut. Hiks... hiks.... "………(Bersambung
Bab 123 )
Posting Komentar untuk "Bab 122 Pernikahan Di Atas Kertas "