Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 121 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 121


Di dalam kamar Farel menjatuhkan diri di kasur, mata menatap langit-langit atap entah apa yang di pikirkan sekarang membuat dirinya pusing sendiri.

Menghela nafas panjang Farel mengacak rambut, ia ingin membuka hati namun semua tidak mudah seperti apa yang di katakan orang.

"Aku ingin seperti apa yang kalian katakan, tapi hati ini sangat sulit." Farel seraya memukul dadanya.

Lelah terus mengoceh tidak jelas pada diri sendiri ia tertidur.

Bian mendengar perkataan Mommy nya sedikit benar hanya tersenyum kecut bingung harus menjawab apa.

"Kan, benar kata Mommy. Sayang ingat usia apa kamu mau jadi pria lajang seumur hidup?" Menatap Bian yang diam tak berkata.

"Mommy tau saat ini kamu tidak ingin berhubungan sama perempuan karena ingin melindungi princess, tapi apa salah menyediakan sedikit waktu mencari pendamping hidup. Mommy dan Daddy ingin punya cucu dari kamu dan Farel."

"Iya, Aku akan mencoba." Pasrah Bian tidak bisa membantah perkataan orang tuanya.

Keluarga Adijaya dari dulu hingga sekarang di kenal dengan keluarga harmonis tidak ada perpecahan atau keributan, jika ada akan di bicara baik tanpa orang lain tau sedang ada keributan.

"Mommy senang dengar nya, bukan begitu Dad?" Tanya Mommy menatap sang suami diam menyimak obrolan nya dengan Bian.

"Iya, benar." Sahut Daddy.

Melihat Daddy diam seperti sedang berpikir sesuatu Bian membuka suara bertanya." Daddy kenapa? apa ada yang di pikirkan?"

"Tidak, Daddy hanya sedang berpikir apa sebaiknya kita memberitahu ini pada Arka biar ikut lebih waspada menjaga Princess? bagaimana juga yang berada di dekat Princess hampir 24 jam itu Arka bukan kita." Kata Daddy menyampaikan hal yang menganggu otaknya.

"Aku juga pernah berpikir seperti itu, jika kita terus menyembunyikan ini padanya bagaimana Arka bisa tau saat ini nyawa Qila terancam." Kata Bian menyetujui perkataan Daddy.

"Ya sudah sekarang kamu telpon Arka suruh kesini jangan sampai Princess tau nanti bisa curiga." Perintah Daddy di angguk iya Bian.

"Baik Dad." Bian seraya merogoh masuk tangan. ke saku celana.

Tidak menunggu lama sekarang panggilan terhubung tanpa basa-basi ia langsung menyampaikan tujuan nya.

"Assalamu'alaikum." Salam Bian saat panggilan nya terhubung.

"Walaikumsalam." Jawab Arka di sebrang sana.

"Apa sekarang kau sedang bersama Qila?"

"Tidak, Qila lagi istirahat. Emang ada apa kak?"

"Bagus. Apa kau bisa kesini sekarang? tapi jangan beritahu Qila soal ini." Kata Bian juga melarang Arka memberi Aqila.

"Emang nya kenapa tidak boleh beritahu Qila?" Tanya Arka makin penasaran tumben kakak iparnya menutupi ini dari Aqila.

Apa ada sesuatu yang penting hingga Aqila tidak boleh tau? tidak ingin bertele-tele akan membuatnya semakin penasaran ia langsung mengiyakan.

"Datang saja akan kami jelaskan nanti, jangan sampai Qila tau, kamu paham?" Bian menegaskan pada Arka di sebrang sana tanpa sadar mendapat tatapan tajam sang Mommy sejak tadi menatap nya berbicara pada Arka.

Beberapa menit kemudian setelah mendapat jawaban Arka akan datang, ia segera mematikan sambungan telpon.

"Bian tidak boleh bicara seperti itu dengan Arka, bagaimana juga dia adik ipar mu, hargai dan hormati siapa pun orang nya, miskin, kaya, tua atau muda sekalipun. Bukan berarti A miskin dan B kaya jadi A harus menghormati B. Dan B tidak perlu menghormati A, itu adalah ajaran dan penilaian salah." Ceramah Mommy panjang lebar tidak ingin anaknya berkata kasar, ia ingin anak nya tumbuh dewasa dengan sikap hangat.

Tanpa Mommy sadari kedua putra nya ini sangat dingin di luar sana. Hangat jika berkumpul bersama keluarga.

"Iya, Mom maaf." Ucap Bian mengaku salah.

Didikan Mommy Diana sungguh ampuh hingga kedua putra nya tak berkutik, bahkan tidak pernah membangkang setiap perkataan nya.

Daddy Rama bangga dengan didikan sang istri kepada Farel dan Bian. Mommy Diana tidak pernah berkata kasar atau membentak kedua putranya, sekali pun Farel dan Bian melakukan kesalahan. Ia memiliki cara sendiri mengatasi kedua putra nya karena sifat dan kelakuan pria berbeda dengan perempuan jadi harus memiliki cara yang berbeda agar mereka selalu ingat dan tersentuh dengan pesan dari ucapan kita.

"Iya. Bagaimana, apa Arka akan kesini?" Tanya Mommy.

"Iya Mom, Arka akan kesini sekarang mungkin sedang otw kemari." Jawab Bian.

*****

Di kediaman Arka setelah mematikan sambungan telpon dari Bian. Ia segera menuju kamar berganti pakaian langsung berpamitan.

Saat Bian menghubungi nya, ia berada di ruang kerja sedang mengerjakan beberapa kerjaan yang belum ia selesei kan di kantor.

Mendapatkan Aqila tertidur lelap di kasur memeluk bantal guling bibir Arka perlahan membentuk senyum.

Arka yakin Aqila kelelahan dengan pertempuran tadi mengingat ganas nya ia memimpin tanpa memberi jedah untuk Aqila istirahat.

Arka berjalan melewati Aqila menuju ruang ganti.

Setelah selesei berganti pakaian ia bergegas keluar.

"Sayang." Panggil lembut Arka mengelus pipi Aqila.

"By, jangan ganggu aku ngantuk." Rengek Aqila seraya berbalik membelakangi Arka.

"Ya sudah aku gak ganggu. Aku pamit pergi sebentar ya sayang." Ucap Arka tak mendapat jawaban wanita di depannya ini ternyata kembali tidur.

Sebelum beranjak pergi Arka mengecup kening Aqila.

Tidak membutuh waktu lama Arka tiba di kediaman Adijaya. Perjalanan kesini hanya memakan waktu 40 menit.

Sekarang Arka sudah berada di dalam berkumpul bersama kedua mertua dan kakak iparnya Bian. Farel masih belum turun dari kamar.

"Bagaimana kabar kamu dengan Princess?" Tanya Daddy membuka obrolan sebelum pada inti pembicaraan.

"Alhamdulillah kami baik, bagaimana dengan Daddy, Mommy dan lain di sini?"

"Seperti yang kamu lihat Daddy dan yang lain selalu baik, bukan begitu Mom, Bian?" Senyum Daddy memandang berganti pada sang istri dan juga anaknya.

"Iya, Mommy baik."

"Saya juga baik."

Sebelum berbicara ke inti Mommy meminta Bibi menyajikan beberapa cemilan sebagai teman obrolan mereka.

"Jadi tujuan Daddy menyuruh Bian menghubungi kamu kesini ada hal penting yang ingin Daddy sampaikan dan ini menyangkut keselamatan Princess." Ujar Daddy memandang raut wajah Arka berubah saat mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan.

"Maksud Daddy menyangkut keselamatan Qila bagaimana? apa ada seseorang yang ingin mencelakai Qila?" Tanya Arka dapat mencerna ucapan mertuanya.

"Iya, kamu benar ada orang yang ingin mencelakai Princess." Membenarkan perkataan menantu nya seketika menjadi serius.

"Apa tujuan ingin mencelakai Qila? apa memiliki dendam pribadi?"

"Melihat keluarga Adijaya hancur. Orang tersebut orang yang sama 20+ tahun yang lalu menculik Princess kembali dengan satu tujuan." Ucap Daddy menggantung ucapannya.

"Satu tujuan apa itu Dad?" Penasaran Arka.

"Nyawa Princess." Jawab Daddy menatap Arka yang terlihat kaget, bahkan terpancar di mata Menantu nya marah mendengar nyawa istri tercintanya menjadi incaran aksi balas dendam………(Bersambung  Bab 122 )

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 121 Pernikahan Di Atas Kertas "