Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 119 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 119


Aqila masih tertidur, rasa ngantuk membuat nya enggan untuk bangun.

Arka yang sudah membersihkan diri, melihat Aqila masih di posisi awal sebelum meninggalkan nya menggeleng kepala.

"Sayang, bangunlah. Isi perut mu sedikit baru lanjut tidur nya." Ujar Arka menepuk pelan lengan Aqila.

"Hmm." Aqila menggeser tangan Arka yang sangat menganggu tidur nya.

"Sayang nanti kamu sakit, sekarang bangun atau kita ulangi adegan tadi." Ancam Arka, seketika Aqila mendengar kata ulang, pikiran nya langsung traveling.

Mengingat betapa ganas permainan Arka sudah membuat nya kewalahan, bagaimana jika di ulang? yang ada besok tidak bisa jalan.

Aqila langsung bangun, meski belum sepenuh nya sadar.

Arka tersenyum, wanita di hadapan nya ini sungguh luar biasa. Mendengar kata ulang, bangun nya gak pakai nanggung.

"Kenapa harus pakai ancam baru bangun sih? kan jadi makin sayang kalau gini." Gemas Arka memberi kecupan bertubi di seluruh wajah Aqila terkecuali bibir.

"By hentikan." Aqila sedikit kesal karena Arka tidurnya terganggu.

"Iya, iya. Sana mandi gih, aku sudah suruh Bibi masak."

"Iya." Ucap nya sambil beranjak bangun, namun langsung terhenti.

"Auwh." Aqila meringis.

"Kenapa sayang?" Cemas Arka menatap khawatir Aqila.

"Sakit By." Aqila menunjuk pada benda sensitif nya terasa perih susah untuk bergerak.

Aqila kembali teringat, pertama kali melakukan tidak seperti ini, kenapa mendadak sakit begini.

"Maaf sayang, nanti aku oles pakai salep biar gak perih." Ucap Arka, lalu mengendong Aqila ala brydel menuju kamar mandi.

30 menit membersihkan diri.

Kini kedua pasangan yang lagi mabok kasmaran menikmati makan siang yang tertunda menjadi makan sore menjelang malam.

Aqila makan dengan lahap tanpa memperdulikan Arka yang memperhatikan nya. Makan nya seperti orang yang tidak makan sebulan.

"Sayang, pelan-pelan. Apa kamu tidak makan selama satu bulan?" Ejek Arka melihat cara makan Aqila sungguh aneh seperti orang kesurupan.

Arka yang awal lapar seketika menjadi kencang hanya dengan melihat Aqila menyantap tanpa henti, bahkan ini sudah piring ke 3 Aqila makan.

Arka menggaruk kepala yang tidak gatal, sungguh wanita di depan nya ini membuatnya terperangkap.

"Semua ini karena kamu By, kenapa terus menyerang ku." Ucap Aqila menyalahkan Arka.

"Kok, jadi salah aku?"

"Terus kalau gitu mau salahin siapa? kan, kamu yang terus menyerang ku." Ketus Aqila menatap tajam Arka.

"Iya... iya... aku yang salah." Pasrah Arka dari pada istri ngambek, gak bisa buka puasa lagi.

****

Sekarang Bian dalam perjalanan pulang.

Sang penelpon tadi adalah Daddy nya menyuruh pulang. Entah hal penting apa yang akan di bahas lagi, ia tidak tau.

Mata Bian tanpa sengaja melirik pada wanita yang begitu familiar di mata nya.

Bian kembali mengingat di mana pernah bertemu wanita tersebut.

"Ah, iya itu kan, wanita gila kalau bicara sudah kayak petasan." Ucap Bian sudah kembali mengingat.

"Tapi, ngapain disini?" Bingung nya kenapa sudah hampir malam Dewi masih berkeliaran di jalan.

Bian membunyikan klakson mobil.

Mendengar suara brisik klakson mobil Dewi berbalik dan berteriak.

"Hey, jika kau tidak tau cara mengemudi mending pulang jual tuh mobil!" Maki Dewi sedikit kesal masa jalan selebar ini, mobil merk Keep Wrangler terus membunyikan klakson di dekatnya.

Dewi mengetahui mobil di belakang nya adalah mobil kalangan orang kaya.

Jeep Wrangler adalah salah satu mobil impian banyak orang. Gak cuma tampilannya yang gagah, mobil ini memiliki ketanggungan yang bisa diacungi jempol untuk segala medan.

Jeep sudah lama termasuk sebagai merk mobil legendaris jika berhubungan dengan kendaraan roda empat. Produk-produknya pun hadir di berbagai film, gak heran eksistensinya sudah seperti superstar.

Mobil yang dibanderol Rp1,54 miliar hingga Rp1,76 miliar ini menawarkan evolusi mutakhir di segala aspek dari tampilan hingga teknologi.

Bian terus membunyikan klakson hingga Dewi menyerah dan berhenti. Melihat hal tersebut Bian membuka kaca mobil.

"Naiklah." Ucap Bian.

"Jadi Bapak yang ikuti saya? apa Bapak tidak ada kerjaan, atau Bapak kesepian? huft kasihan sekali." Ujar Dewi menampilkan wajah sedih."Makanya Bapak jadi pria jangan seperti es balok, perempuan belum pada dekat udah pada kabur keburu beku, kalau lama dekat Bapak." Sambung Dewi lalu tertawa terbahak-bahak.

Entah kenapa ia puas bisa mengatai Bian. Sekarang bukan jam kantor jadi tidak masalah pikirnya.

"Kau!" Geram Bian dengan ejekan pedas Dewi.

Bian menyesal berhenti, niat nya ingin memberi tumpangan pada Dewi, namun apa yang di perbuat wanita ini? mengejek nya. Sungguh wanita petasan.

"Kenapa? apa Bapak pikir saya takut dengan Bapak? Ini bukan jam kerja jadi saya tidak ada kewajiban untuk menghormati Bapak." Kata Dewi, tanpa berpikir panjang, bagaimana dengan nasib nya besok.

"Ya, betul ini bukan jam kerja. Dan saya bukan Bapak mu, jadi stop memanggil Bapak." Ucap Bian menatap Dingin seperti biasa sikap yang ia tunjukkan.

"Yaelah, Bapak gitu aja marah, tatapan nya seram amat. Kayak lihat kunti."

Lagi dan lagi Perkataan Dewi sungguh membuat Bian kesal, kepala nya sakit jika terus berhadapan dengan petasan rombeng.

Tanpa membalas ocehan Dewi, Bian melajukan mobil meninggalkan Dewi yang memandang kepergian nya.

"Dasar es balok, tadi ngajak masuk, sekarang di tinggali." Gerutu Dewi.

Dewi tidak berpikir bagaimana nasib nya besok di kantor, jika di luar bisa sepuas mengatai Bian, tapi di kantor akan sebaliknya.

"Kenapa rasanya menyenangkan mengejek es balok, wajah nya yang lagi kesal ternyata tidak menghilangkan ketampanan nya." Ujar Dewi tanpa sadar mengakui pria yang di juluki es balok tampan.

"Astaga, kenapa aku bisa berkata seperti ini, mana ada es balok tampan, tapi dia memang tampan sih." Ucap Dewi mengingat garis wajah Bian.

"Aduh kenapa lagi nih otak." Menepuk jidat agar tidak memikirkan Bian sih es balok dari kutub utara.

Di dalam mobil Bian berusaha untuk tidak kesal, ia tidak ingin terpancing dengan perkataan kaleng rombeng jalanan.

Bian berusaha melupakan kejadian tadi, sekarang pikiran nya tidak boleh terganggu dengan ejekan Dewi, hal yang lebih penting adalah keselamatan Aqila.

"Come-on Bian, kamu tidak usah memikirkan ejekan wanita petasan itu, sekarang pikirkan princess kesayangan mu, dia lebih berarti dari apapun yang ada di dunia ini." Ucap Bian menyemangati diri sendiri agar melupakan semua dan kembali pada satu titik.

Nyawa Aqila lebih penting dari harta yang di miliki sekarang. Bahkan rasa sayang nya jarang di tunjukkan secara langsung karena ia bukan tipe pria yang menunjukkan secara terang-terangan.

Bian memiliki cara tersendiri menunjukkan rasa sayang nya pada Aqila, bukan sepert………(Bersambung  Bab 120 )

Posting Komentar untuk "Bab 119 Pernikahan Di Atas Kertas "