Bab 118 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 118
![]() |
Arka berulang kali memasukkan Pusaka nya. Ia merasa aneh
kenapa mendadak milik Aqila sempit, mengingat beberapa tahun lalu sudah pernah
di bobol kenapa kembali semula.
"Sayang kenapa sangat sempit?" Tanya Arka tanpa
dosa.
"Aku tidak tau By. Jangan menanyakan hal ini
padaku!" Jawab Aqila sedikit kesal, bagaimana pria di depan nya bertanya
hal bodoh semacam ini.
"Ya sudah tidak apa-apa aku akan mencoba, tahan sayang,
jika sakit kamu cubit saja aku." Kata Arka memberi arahan dan Aqila
mengangguk paham.
Aqila meremas seprei dengan sekuat tenaga, rasa sakit ini
mengingatkan nya pada awal melakukan dengan Arka, bukan karena cinta, tapi
sebaliknya.
Lima menit Arka berusaha tanpa mengenal kata menyerah,
akhirnya berhasil. Pusaka nya masuk sempurna di goa.
Menatap wajah wanita yang di cintai menahan rasa sakit
hingga mengeluarkan banyak keringat membuat ia bahagia.
"Terima kasih sayang." Ucap Arka mengecup kening
Aqila, lalu mengusap keringat membasahi wajah cantik wanita pujaan nya.
"Iya By, Sama-sama. Terimakasih sudah memilih ku untuk
menjadi pendamping mu." Balas Aqila memberi senyum indah nya.
***
Kini Farel telah berada di kantor. Ia menatap tajam wanita
yang sudah sangat menganggu.
Tiara menundukkan kepala tatapan Farel sudah seperti
binatang buas, seram tidak ada tanding nya dengan tatapan manusia lain yang ia
kenal.
Tiara terus memanjat kan doa agar ia di lindungi dari amukan
macan.
Farel memandang Tiara terus menunduk seperti tidak
menganggap nya ada sedikit kesal.
"Apa saya ada di bawah, hingga kau terus menatap
lantai?" Tegas Farel, kenapa harus wanita yang sama selalu membuat nya
pusing.
"Maaf, Pak." Ucap Tiara memberanikan diri perlahan
mengangkat kepala menatap Farel yang sejak tadi menatap nya.
"Iya, lain kali pandang orang yang ada di depan bukan
seperti ini, emang di lantai ada orang?"
"Tidak Pak, Maaf."
Farel geram lagi dan lagi wanita di depannya ini selalu saja
berkata maaf seperti tidak ada kata lain.
"Apa tidak ada kata lain selain maf?" Tanya Farel.
"Maaf Pak."
"Sudah, terserah kau saja!" Kesal Farel berulang
kali di tegur wanita itu tidak juga paham."Apa yang tidak kau paham,
katakan? jangan membuang waktu berharga saya dengan hal yang tidak penting
seperti ini!"
"Iya Pak."
Farel pun mulai menjelaskan pada Tiara materi yang belum di
paham. Jarak keduanya begitu cepat, tanpa ia pungkiri debaran jantung berdebar
lebih cepat dari biasanya.
Tiara menyadari hal tersebut berdoa agar Farel tidak
mendengar debaran jantung nya yang sudah seperti lari maraton.
Tiara bingung kenapa setiap di dekat Farel hatinya yang
biasa mendadak loncat kegirangan. Menahan? semua percuma. Ini masalah hati
tidak ada seorang pun yang dapat mencegah perasaan cinta pada seseorang.
Cinta bukan seperti makanan, yang masih bisa di pilih sesuai
selera, jika tidak enak akan di ganti. Tapi cinta tidak. Cinta datang seperti
hujan tanpa di minta akan turun sendiri.
"Apa kau sudah paham?" Tanya Farel memandang
Tiara, jarak kedua lumayan dekat, bahkan aroma parfum milik wanita tersebut
bisa ia rasakan.
"Eh... ehh,,, iyaa Pak." Gugup Tiara salah
tingkah.
"Kenapa? apa kau sakit?" bingung Farel sambil
meletakkan tangan ke jidat Tiara, namun tidak panas, terus kenapa aneh gugup
seperti ini.
"Kau tidak demam, terus kenapa terlihat gugup seperti
ini?" Sambung nya menatap Tiara, entah kenapa setelah mengecek kondisi
Tiara menjadi lebih aneh.
Mendapat perlakuan Farel seperti ini, Tiara makin gugup,
jantung nya seperti akan berhenti detik ini jika Farel memberi perhatian lebih.
Perhatian kecil Farel mampu merombak semua tekadnya.
"Sa_ya tidak apa-apa Pak."
***
Di kamar alunan suara indah menghiasi ruangan sunyi ini.
Suara merdu Aqila seakan menari-nari di telinga Arka.
"Sayang keluar semua, jangan ditahan." Ucap Arka
meminta Aqila mengeluarkan suara merdu yang akan membangkitkan semangat 45.
"Akhss..... akhsss... By,... " ******* Aqila
merasa sensasi berbeda pada permainan yang di berikan Arka.
Arka melakukan ritme cepat naik turun. Hingga Aqila
kewalahan tidak bisa menyeimbangkan permainan Arka. Sungguh pria di hadapan nya
ini berkekuatan baja.
Setelah mencapai puncak kenikmatan, Arka menjatuhkan diri di
samping Aqila.
"Terimakasih sayang, semoga kamu tidak pernah bosan
melakukan lagi." Bisik Arka membuat wanita yang terbaring lemas geli
dengan bisikan nya.
Aqila tidak bisa berkata apapun, tenaga nya seakan remuk di
injak gajah. Perkataan Arka hanya ia balas dengan senyuman.
Arka mengelus perut rata Aqila."Semoga bibit ku bisa
berkembang di dalam sini." Ucap nya membuat Aqila tersenyum geli.
Arka menarik tubuh Aqila membawa ke dalam dekapan nya.
Wanita cantik yang di perlakukan seperti itu tidak protes, ia membiarkan karena
perhatian dan sikap Arka membuat ia nyaman.
Kedua tertidur pulas tanpa sadar sudah berada di alam mimpi
selama 5 jam.
Aqila masih engan membuka mata, hari ini sungguh melelahkan
bagi nya. Badan terasa remuk, permainan yang di berikan Arka begitu buas.
hingga ia betah berlama-lama berada di alam mimpi.
Arka yang sudah duluan tersadar melihat istri cantik nya
masih tertidur, jadi engan untuk bangun. Pria tersebut terus memandang wajah
cantik Aqila.
Mengingat betapa ganas dalam permainan tadi, membuat nya
tersenyum.
"Sayang, kenapa kamu begitu cantik? dan bibir ini
sungguh manis." Ucap nya sambil mengelus bibir tipis Dinda.
Entah sadar atau tidak, Aqila menghempas tangan Arka yang
mengelus lembut bibirnya.
"Sayang." Panggil Arka.
Melihat tidak ada pergerakan dari Aqila. Ia mendapat ide
menjahili Wanita cantik yang masih engan membuka mata.
"Sayang, aku hitung sampai tiga jika tidak bangun,
jangan salahkan aku jika aku mengulangi lagi." Ancam Arka, namun tidak
mempan wanita cantik itu masih engan membuka mata.
"Sayang, ini sudah sore ayo bangun. Kamu belum makan
dari tadi." Ujar Arka mengingat pulang tadi ia dan istrinya belum
menyantap apapun mengisi perut.
Arka mengelus pipi gembul Aqila berharap bisa tersadar.
***
Setelah berpamitan pada keluarga, Bian tidak balik ke kantor
melainkan ke suatu tempat.
Saat ini Bian sedang duduk bersama seorang pria usia
seumuran nya.
"Saya harap pesanan saya bisa segera jadi. Jangan
sampai ada yang berbeda dari gambar yang saya tunjukkan!" Kata Bian.
"Baik, Pa."
"Iya, kau bisa pergi kerjakan sekarang." Perintah
Bian.
Kepergian orang tersebut, Bian terdiam.
"Qila, kakak berjanji akan melindungi kamu dari mereka
yang ingin mencelakai kamu, meski nyawa sebagai taruhan untuk mu, kakak
rela." Ucap nya.
Mendadak ponsel nya berdering………(Bersambung Bab 119 )

Posting Komentar untuk "Bab 118 Pernikahan Di Atas Kertas "