Bab 115 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 115
![]() |
Aqila membereskan meja nya sebelum balik, ia tidak ingin
karena pulang cepat semua dokumen jadi tercecer.
Dokumen ini besok sudah harus ia serahkan pada Bian, jika
hilang bisa kena amuk.
Setelah beres mengatur, ia mengambil tas.
Arka terus memandang pergerakan Aqila, tak sekali ia
melepaskan pandangan nya.
"Kenapa By?" Menaikkan alis bertanya, ia bingung
kenapa sejak tadi Arka tak lepas memandang nya.
"Tidak."
"Terus, kenapa menatap seperti itu?"
"Karena kamu cantik sayang." Gombal Arka mendekati
Aqila lalu merangkul nya.
"Gombal."
Arka tersenyum melihat wajah Aqila tidak percaya, ia bingung
kenapa wanita di samping nya ini selalu berkata jika semua pujiannya hanya
gombal.
Padahal semua perkataan nya dari lubuk hati, di mata nya
Aqila adalah wanita tercantik, setelah Mama nya.
"Aku serius sayang, bukan gombal. Apa perlu kamu belah
dada ku? biar mengetahui aku gombal atau jujur." Lebay Arka, entah sejak
kapan seperti ini Aqila sendiri bingung.
Dimana Arka yang dulu ia kenal, sombong, arogan tak
berperasaan, bahkan tak pernah berkata manis sekali pun pada orang.
Mengingat kebelakang Aqila tersenyum sendiri sungguh
permainan takdir yang indah. Semua yang terjadi pasti itu yang terbaik menurut
yang kuasa. Meski ada kali kita sebagai umat yang menjalani merasa itu bukan
yang terbaik.
Tapi satu hal yang perlu di ketahui tidak ada cobaan di luar
batas kemampuan kita. Kadang kita nya saja yang cepat menyerah dengan kehidupan
takdir.
"Makasih Ya Allah. Aku percaya dan yakin semua doa ku
pasti akan terkabul cepat atau lambat dan sekarang semua terbukti. Maaf jika
dulu hamba pernah mengeluh dan menyalahkan semua garis takdir yang engkau
berikan." Batin Aqila memanjat doa dan permohonan maaf.
Dalam perjalanan menuju rumah, Arka tidak berhenti berkata
manis pada Aqila hingga wanita tersebut malu dengan pujian nya.
"By, sudah jangan gombal terus. Fokus nyetir!"
Tegur Aqila, pipinya bisa seperti kepiting rebus jika terus di gombalin.
"Sayang, kenapa dengan pipi kamu? kok jadi merah."
Lirik Arka ke samping tempat Aqila duduk, lalu kembali menatap ke depan.
"Apaan sih, mana ada gitu. Mata kamu mungkin yang
bermasalah." Bantah Aqila.
"Benar sayang." Kata Arka, lalu menepi mobil di
tepi jalan.
Setelah melihat tidak ada tanda larangan parkir, ia
menghentikan mobil.
"Kenapa berhenti By?" Bingung Aqila melihat Arka
berhenti di tepi jalan.
Arka tidak menjawab, ia memiringkan kaca mobil atas
menghadap muka Aqila.
"Lihat wajah kamu sayang!" Perintah Arka.
"Jadi kamu berhenti kan mobil hanya karena ini
By?" Aqila menggeleng kepala tidak percaya, kenapa akhir ini Arka sering
bertindak diluar perkiraannya.
****
Farel tidak fokus dengan tumpukan kerjaannya, entah kenapa
pikiran nya terus mengarah pada pembahasan pagi bersama Aqila.
Mengingat ucapan nya begitu tegas pada Aqila, membuat ia
merasa bersalah, tidak seharusnya ia berkata kasar pada Aqila.
Semua ini bukan salah nya, Ia yakin Aqila hanya ingin
terbaik untuk kebahagiaan nya, tapi sekarang waktu yang tidak tepat, hati nya
belum mengizinkan seseorang untuk mengetuk masuk.
Entah sampai kapan ia membukanya, hanya waktu yang bisa
menjawab.
Farel tidak bisa diam seperti ini, jika terus berdiam diri
di sini hanya akan membuat ia tak bisa fokus bekerja.
Dia bangkit dari kursi kebesaran nya, berjalan keluar menuju
ruangan Aqila.
Tanpa ia ketahui jika Aqila sudah pulang.
Tiba di ruangan Aqila kosong tidak ada tanda keberadaan ada
orang di sini. Ia keluar bertanya pada karyawan yang berlalu lalang.
"Apa kau melihat Ibu Aqila?" Tanya Farel pada
karyawan yang berada dekat dengan ruangan Aqila.
"Iya, Pak. Ibu Aqila sudah pulang bersama
suaminya." Jawab karyawan tersebut.
"Maksudnya Pak Arka?" Tanya memastikan nya, takut
wanita ini salah mengenali Arka.
"Iya Pak." Membenarkan perkataan Farel.
"Emang ada suami Ibu Aqila selain Pak Arka." Batin
wanita tersebut merasa aneh dengan pertanyaan bodoh atasan nya ini.
Farel terdiam mendengar wanita tersebut mengiyakan
pertanyaan nya.
"Tumben sih bodoh itu kemari, apa Qila menelpon
nya." Batin Farel tidak biasa Arka datang jika tidak ada penting, keadaan
mendesak atau permintaan Aqila.
Farel menjadi yakin ini pasti ada sangkut paut nya dengan
perbincangan pagi mereka.
"Baiklah, lanjutkan pekerjaan mu." Kata Farel lalu
beranjak pergi.
Kembali ke ruangan nya, Farel langsung menjatuhkan bokong
pada kursi. Menyandarkan kepala merilekskan beban yang ada di otak. Sungguh
hari ini semua serba mendadak.
Ponsel nya mendadak berdering, tanpa melihat nama penelpon,
ia langsung memarahi nya.
"Sudah saya katakan jangan pernah hubungi saya, apa kau
pikun hingga hal sekecil ini bisa lupa." Maki Farel tanpa mengetahui nama
penghubung.
"Farel, kamu maki Mommy?"
Farel kaget mendengar suara familiar bahkan sering ia dengar
di rumah, menjauhkan dari gendang telinga, ia membaca nama pada layar ponsel.
Mommy ku sayang.
Farel langsung menepuk jidatnya, ia merasa bodoh bukan
melihat nama penelpon terlebih dahulu ini langsung ngegas.
"Eh, maaf Mom. Farel kira tadi karyawan
pengganggu."
"Kenapa jadi marah seperti Rel? Mommy gak pernah ajarin
kamu berbicara kasar sama perempuan meski itu pada karyawan sendiri. Ingat kamu
punya Princess, bagaimana jika orang lain memperlakukan princess seperti apa
yang kamu lakukan pada karyawan kamu? ingat Rel, roda selalu berputar tidak
selalu diam. Jadi sebelum bertindak berpikir terlebih dahulu. Satu hal yang
ingin Mommy kata kan hati wanita sangat lembut jika terus dikasari maka dengan
sendiri perlahan akan menjauh agar tidak tersakiti." Ceramah nya tidak
ingin Farel bersikap kasar atau menyakiti perasaan wanita.
"Iya, Farel akan ingat nasehat Mommy."
"Bagus kalau begitu."
"Apa Mommy menelpon hanya ingin memberi nasehat?"
"Tidak. Segera lah pulang, ajak Bian ada hal yang ingin
Mommy dan Daddy sampai kan pada kalian penting."
Farel diam, ia bingung maksud mommy penting kenapa hanya
meminta nya mengajak Bian, kenapa tidak sekali gus dengan Aqila. Apa ada
masalah serius, pikir Farel bertanya-tanya.
"Kenapa cuman Bian, kenapa tidak mengajak. Qila
juga?"
"Jangan banyak tanya, nanti juga tau."
Beberapa menit kemudian setelah mematikan sambungan telpon
dengan Mommy, ia segera menghubungi Bian.
****
Di kediaman keluarga Adijaya. Mommy dan Daddy sudah duduk di
ruang keluarga menunggu kedatangan kedua putra nya.
Di sana juga ada beberapa pengawal bayangan, utusan Daddy
mengingat penculikan Aqila 20+ tahun belum di ketahui siapa dalangnya. Ia cemas
jika suatu saat nanti orang tersebut berulah dan mencelakai Aqila.
"Dad, apa keputusan kita ini sudah benar menceritakan
pada Farel dan Bian?" Ragu Mommy takut kedua putra nya berlebihan dan
membuat Aqila curiga………(Bersambung Bab
116 )
Posting Komentar untuk "Bab 115 Pernikahan Di Atas Kertas "