Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 111 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 111


Bian berjalan mendekati kedua wanita yang sedang berdiri sedikit jauh dari ruangan nya.

Tiara dan Dewi tidak menyadari kehadiran Bian semakin dekat menghampiri mereka.

"Uhuk." Bian sengaja batuk untuk menyadari kedua wanita tersebut.

Mendengar suara batuk, kedua serentak mengarah pada asal suara. Melihat keberadaan Pak Bian di samping kedua wanita tersebut menundukkan kepala. Mereka bingung dari mana datang Bian, kenapa seperti setan mendadak muncul.

Kedua wanita tersebut tidak berani menatap Bian, wajah nya dipasang sedingin es batu, tidak ada sedikit senyuman di perlihatkan.

Jika bisa di umpama kan, saat ini es batu masih bisa di cairkan, namun Bian sedikit sulit.

"Sedang apa kalian di sini? ini masih jam kerja, bukan jam ngerumpi, apa perusahaan ini mengaji kalian untuk ngerumpi seperti ini?" Tanya Bian dengan tegas, tidak lupa wajah yang selalu ia tampilan dingin, berbeda jika bersama keluarga.

"Maaf, Pak." Ucap kedua tunduk tidak berani menatap Bian.

"Sudah kembali ke ruangan masing-masing." Perintah Bian, dan kedua wanita tersebut langsung kembali ke ruangan nya dengan langkah tergesa-gesa.

"Huft, dasar es balok gak ada hangat nya, beda sama Pak Farel meski terlihat dingin masih ada sikap hangat nya. Nah ini apa? dingin terus." Gerutu Dewi mengatai Bian.

Dalam langkah menuju ruangan Dewi terus mengatai Bian, bahkan ia memberi sumpah serapah pada Bian sih pria es balok tersebut.

"Apa nasib wanita yang menjadi pasangan nya? aduh kok gue kasihan, pasti miris pakai banget punya pasangan kayak es balok." Ucap Dewi sambil tertawa kecil.

****

Farel kini telah tiba di kantor AD2 Permata. Semua karyawan menunduk hormat melihat kedatangan Farel, tidak lupa ia membalas sambutan mereka dengan senyuman.

Ia berjalan masuk ke ruangan Aqila, sebelum ke ruangan nya. Mumpung di otak masih ingat ia ingin menyampaikan pesan Bian. Kapasitas nya terbatas kapan saja bisa lupa.

Mendorong masuk pintu, tanpa mengetuk terlebih dahulu sudah menjadi kebiasaan Farel dan orang terdekat masuk tanpa ketuk. Aqila tidak mempersalahkan selagi tidak melanggar batas privasi nya.

"Pagi, Qila sayang." Sapa Farel memandang Aqila yang menggunakan kacamata dengan tangan mengetik keyboard komputer.

Mendengar sapaan Farel, ia menghentikan langkah tangan dan menatap sang kakak.

"Pagi too kak." Sapa balik Aqila, memandang Farel berjalan menghampiri nya

"Mana sayang nya? kok cuman panggil Kak?"

"Iya Qila ulang. Pagi too kakak sayang." Ucap Aqila semanis mungkin dengan senyuman di bibirnya ikut terukir.

"Nah, kalau ini baru bagus kakak dengar nya." Kata Farel sambil mengacak anak rambut Aqila.

"Ish, kakak apaan sih, rambut Qila jadi berantakan, kebiasaan deh." Ucap Aqila memasang wajah cemberut.

"Jangan kayak gitu dek, muka nya gak cantik lagi, emang kamu mau di samakan dengan keset?" Tanya Farel, membuat Aqila mengerut kening, apa kaitan wajah nya dengan keset.

Farel melihat bingung Aqila menjadi gemas, selalu saja Aqila dapat mencairkan suasana hati dan pikiran sejak tadi memikirkan Tiara.

Ia bersyukur di beri adik seperti Aqila tidak banyak tingkah, meski sesekali di buat was-was dengan keputusan dan tindakan nya.

"Kenapa dengan keset? jangan bilang kakak mau samakan wajah Qila dengan keset?" Tebak Aqila melotot kan mata, seketika membuat nyali Farel menciut.

Tatapan Aqila kali ini tidak bersahabat dengan nya, bisa kelar hidup nya jika Aqila ngambek.

"Tidak, maksud kakak itu." Pikir Farel mencari alasan yang cocok menghindar dari amukan Aqila.

"Maksud kakak apa?"

"Itu," Bingung Farel harus berkata apa, otak nya tidak bisa berpikir, mendadak ia teringat pesan Bian.

"Astaghfirullah." Ucap Farel sengaja kaget sambil memukul dahi nya.

Aqila melihat tampang Farel benar kaget menjadi bingung apa yang terjadi.

"Kakak kenapa?" Tanya Aqila melupakan topik awal.

"Hampir saja kakak lupa. Tadi sebelum kesini, Bian nitip salam buat kamu, katanya hari ini gak bisa ke sini, besok baru bisa." Tatap Farel memastikan apa Aqila curiga dengan pembahasan topik yang sengaja ia alihkan atau tidak.

Sesuai dugaan Aqila melupakan, dan sekarang lebih fokus pada topik baru.

"Oh gitu, gapapa." Kata Aqila tidak mempersalahkan, sekarang pekerjaan tidak terlalu berat karena ia di bantu kedua kakak nya.

"Iya, kalau gitu kakak ke ruangan dulu." Pamit Farel segera menyelamatkan diri, ia takut Aqila kembali ingat pada topik awal, mungkin saat ini lupa, tapi tidak menutup kemungkinan jika mendadak ingat.

"Iya." Kata Aqila.

Baru beberapa langkah kaki melangkah, mendadak Aqila menghentikan pergerakan Farel.

"Kak tunggu."

"Aduh mampus gue, apa Qila ingat kembali." Batin Farel was-was siap menerima amukan Aqila, namun semua tidak sesuai dugaan nya. Ternyata Aqila tidak mengingat nya.

"Kenapa dek?" Tanya Farel berbalik menatap Aqila.

"Boleh Qila tanya sesuatu sama kakak?"

"Tanya?" Ucap ulang Farel bingung sebenarnya apa yang ingin di bicarakan Aqila, kenapa seperti ini.

"Iya, apa boleh Qila bertanya?" Ulang Aqila dengan pertanyaan yang sama.

"Boleh, apa yang ingin Qila tanya kan" Farel mempersilahkan Aqila untuk bertanya.

Awal nya Aqila ragu untuk menanyai ini, namun perasaan penasaran nya lebih besar dari ragu, pikir nya tidak ada salah bertanya dari pada mati penasaran. Meski terdengar lebai mati penasaran, namun sekarang itu lah yang di rasakan Aqila, penasaran.

"Tapi, harus jawab jujur." Kata Aqila mengingat kan Farel yang bingung apa yang ingin di tanyakan kenapa harus berkata seperti ini.

"Iya, janji. Kapan sih kakak berbohong sama kamu."

"Bagus lah kalau begitu." Senyum Aqila mulai membuka suara dengan pertanyaan nya.

"Apa kakak menyukai salah satu karyawan di perusahaan Kakak?" Tanya Aqila ingin memastikan apa Farel memiliki perasaan seperti yang di rasakan Tiara saat ini pada nya.

Farel diam mendapat kan pertanyaan seperti ini, ia bingung kenapa mendadak Aqila bisa bertanya seperti ini.

"Kenapa Qila bertanya seperti ini?" Tanya Farel bukan menjawab malah bertanya balik.

"Apa tidak boleh Qila bertanya pada kakak sendiri?"

"Bukan seperti itu, kakak aneh saja tumben kamu bertanya seperti ini, sebenarnya apa yang terjadi sehingga kamu berpikir bertanya seperti ini?" Curiga Farel tidak mungkin ini murni pikiran Aqila, pasti ada seseorang yang campur tangan mengganggu otaknya.

Aqila diam, dari mana Farel tau. Melihat tatapan curiga padanya membuat ia memutar otak mencari jawaban yang tepat. Tidak mungkin ia berkata jujur.

"Kenapa kakak curiga gitu? ini murni pikiran Qila. Apa benar kakak menyukai seseorang di perusahaan kakak?"

"Tidak. Di hati kakak hanya ada Mommy dan kamu, gak ada yang lain." Jawab Farel menggeleng kepala.

"Kakak serius? gak ada wanita yang kakak naksir di perusahaan?" Aqila kurang yakin dengan jawaban yang di berikan Farel padanya, entah kenapa ia merasa aneh.

Tatapan nya lekat memandang Farel yang terlihat santai namun tidak dengan otaknya………(Bersambung  Bab 112 )

Posting Komentar untuk "Bab 111 Pernikahan Di Atas Kertas "