Bab 110 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 110
![]() |
Kehidupan Siska kini di penuhi kebencian dan dendam mendarah
pada Arka dan Aqila. Tidak ada hari, tanpa menyusun rencana jahat untuk
membalas.
Kebencian bertambah besar mengingat kerja kerasnya terbuang
sia-sia. Semua agensi lebel model tidak memakai jasa nya, bahkan ada yang
mengatai dirinya wanita gampangan.
Siska mencabik-cabik foto Aqila dengan pisau buah yang
berada di kamarnya.
"Kau akan hancur Arka, tidak akan aku biarkan kau
bahagia bersama Qila. Jika aku menderita dengan semua ini, kau juga harus
merasakan penderitaan ini."
Bangun berjalan menuju jendela kamar, Siska merogoh masuk
tangan pada saku mengambil ponsel. Lalu mengirim pesan pada seseorang. Ia
memutar balik ponsel menunggu balasan dari seseorang.
"Bersiaplah menerima hadiah dari ku, Aqila Dewi
Kharisma Adijaya. Kehancuran mu sebentar lagi akan di mulai." Senyum Siska
lalu tertawa seperti seorang psikopat.
*****
Di perusahaan Adijaya grup. Farel baru selesai melakukan
meeting bersama klien, setelah ini ia akan ke perusahaan Aqila.
Setelah memutuskan nama perusahaan dan peresmian AD2
Permata, ia mengambil alih untuk membantu Aqila. Dan Bian membantu nya
mengelola perusahaan Adijaya grup sesuai permintaan Daddy.
Farel tidak mau Aqila kelelahan dengan perusahaan barunya.
Ia rela melakukan apa saja demi adik kesayangan nya. Begitu juga dengan Bian
sesekali akan membantu, namun tidak tiap hari datang.
Kasih sayang kedua tidak ada tanding nya, mereka rela
mengorbankan nyawanya demi Aqila.
"Tiara, saya akan pergi, jika ada sesuatu yang ingin
kamu bicarakan tentang pekerjaan, kamu bisa sampai pada Pak Bian. Jangan sekali
hubungi saya masalah sepenting apapun." Kata Farel memperingati Tiara.
Farel sedikit merasa aneh dengan perubahan Tiara. Akhir ini
lebih sering diam, tidak banyak bicara. Biasanya setiap ia berkata seperti ini,
sudah dapat di pastikan akan bertanya ingin tau apa yang ingin ia lakukan.
Farel memandang Tiara yang hanya mengangguk menjawab iya.
"Apa kamu sakit?" Tanya Farel penasaran ada apa
dengan wanita di hadapan nya, kenapa beberapa hari kemarin bersikap aneh
membuat ia risih dengan perubahan nya.
"Tidak apa-apa Pak, saya baik. Apa masih ada yang ingin
Bapak katakan? jika tidak saya pamit keluar, ingin melanjutkan kerjaan."
Kata Tiara formal.
Mendengar perkataan yang jarang di dengar dari mulut Tiara
seperti ini membuat ia semakin bingung. Selama bekerja menjadi sekretaris tidak
sekali ia mendengar Tiara berpamitan ingin keluar. Namun sekarang hal yang yang
aneh, tanpa di usir atau di perintah kan, Tiara keluar sendiri. Ini adalah
rekor terbaru yang pernah ia lihat.
"Iya, silakan." Ucap Farel mempersilahkan Tiara
untuk undur diri kembali ke ruangan nya.
Memandang kepergian Tiara yang masih menjadi pertanyaan di
benaknya, membuat ia tidak bisa berpikir apapun.
"Ada apa dengan wanita itu, kenapa menjadi aneh? apa
dia salah makan?" Pikir Farel memandang kepergian Tiara yang sudah tidak
terlihat lagi.
"Sudah biarkan saja, ngapain juga gue jadi kepikiran.
Gak penting, lebih penting adik kesayangan ku." Sambung Farel menghentikan
pikirannya tentang Tiara. Ia tidak ingin terus kepikiran dengan wanita yang
tidak penting untuk kehidupan nya.
Prioritas kehidupan nya adalah Mommy, Daddy, Bian dan
Princess. Tidak ada yang lain lebih penting dari mereka.
"Rel, belum berangkat loh ke kantor Qila?" Tanya
Bian yang baru masuk ke ruangan Farel yang duduk diam memangku kaki.
"Ini mau berangkat." Kata Farel bangkit dari duduk
nya.
"Nitip salam untuk Qila, bilangin gue gak bisa kesana
hari ini. Besok baru bisa, hari ini ada proposal yang harus di cek." Ucap
Bian.
"Iya, aman. Handle juga kerjaan gue, tadi sudah gue
sampai kan pada Tiara jika ada sesuatu langsung ke loh."
"Iya, jangan lupa sampai kan, awas jika seperti
kemarin-kemarin." Bian memperingati Farel agar tidak terulang lagi.
Bian masih ingat saat Aqila menelpon merajuk karena ia tidak
datang, padahal saat itu ia sudah memberi pesan pada Farel jika dirinya tidak
bisa datang, karena ada rapat dadakan via online perusahaan nya di Amerika.
"Iya tenang, kali ini tidak lupa." Yakin Farel, ia
tidak yakin jika tetap ingat, entah kenapa perubahan sikap aneh Tiara masih
membuat ia kepikiran meski bersikap santai saat ini hanyalah sebuah topeng.
"Oke, baguslah. Sana berangkat nanti keburu jalan nya
macet." Kata Bian mengusir Farel.
"Iya, ini juga mau berangkat." Kata Farel, kedua
jalan bersama keluar dari ruang nya.
****
Berbeda posisi dengan wanita cantik ini, ia menatap dirinya
di camera ponsel. Melihat wajah nya membuat ia bangga.
"Ternyata mendadak berubah tidak peduli hal yang
menyakiti. Ayo Tiara kamu pasti bisa, anggap Pak Farel itu Bapak-bapak yang
sudah tua dan beristri." Ucap Tiara berkata pada diri sendiri.
Tiara kembali fokus pada kerjaan, mendadak ia menjadi
teringat sesuatu."
"Aduh." Tiara memukul kaget dahinya."Kenapa
bisa lupa sih, Tiara apa yang kamu pikirkan sejak tadi?" Sambung nya
menyalahkan diri.
Tiara keluar memengang berkas berlari keluar dari ruangan
nya.
Saat tiba di ruangan Farel, ia tidak melihat siapapun, di
sini kosong tak penghuni, ia keluar melangkah menuju parkiran.
Semua staff melihat Tiara aneh berlarian di kantor
menggeleng kepala.
Namun ia tak memperdulikan tatapan aneh yang mereka berikan,
fokusnya hanya menemukan Farel.
Melihat Farel akan masuk kedalam mobil, Tiara langsung lari
menghampiri nya.
"Pak tunggu." Ucap Tiara menghentikan niat Farel
yang ingin masuk.
Farel memandang Tiara yang mendadak melarang nya, menaiki
alis bingung, ada apa dengan wanita ini tadi aneh sok sibuk, sekarang mengejar
nya.
"Ada apa? bukannya tadi katanya sibuk?" Kata Farel
mengingat jelas perkataan Tiara.
"Maaf Pak, saya tidak bermaksud mengganggu perjalanan
bapak, saya mengejar bapak hanya ingin meminta tanda tangan, dokumen ini harus
segera dikasih sama klien." Jelas Tiara tidak ingin dikira modus atau
mencari alasan agar dekat dengan nya.
"Kenapa baru sekarang? tadi kemana?" Tanya Farel
bukan langsung tanda tangan, malah melempar pertanyaan seperti menyalahkan
Tiara.
"Maaf atas kecerobohan saya." Kata Tiara mengaku
salah atas keteledoran nya.
"Lain kali jangan ulangi lagi, kalau bekerja fokus,
jangan campur adukkan masalah pribadi dan kerjaan hingga menganggu konsentrasi
mu." Pesan Farel sebelum masuk ke dalam mobil.
"Iya Pak."
"Sana masuk, lanjutkan pekerjaan mu." Perintah
Farel, di angguk iya, oleh Tiara.
Dalam perjalanan menuju ruangan nya, Tiara merutuki dirinya
kenapa bisa lupa hal sekecil ini. Bagaimana jika Farel menganggap ini hanya lah
modus untuk menganggu diri nya.
"Tiara, kenapa loh bisa sebodoh ini. Tapi. bagaimana
Pak Farel tau jika gue lagi banyak pikiran? apa terlihat jelas dari wajah gue
ini?" Batin Tiara, mengeluarkan ponsel menatap wajah pada layar camera
nya.
"Wajah gue biasa saja, kenapa dia bisa tau? apa dia
paranormal." Tebak Tiara asal. Karyawan melihat nya berbicara sendiri
berbisik- bisik menatap aneh.
Namun hal tersebut belum ia sadari. Hingga Dewi menghampiri
dan menyadari nya.
Saat bersamaan Bian keluar ruangan nya, melihat Tiara dan
Dewi berdiri, entah apa yang mereka lakukan tidak dapat ia dengar. Jarak
berdiri nya dengan mereka sedikit jauh………(Bersambung Bab 111 )
Posting Komentar untuk "Bab 110 Pernikahan Di Atas Kertas "