Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 109 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 109


Tanpa terasa satu minggu sudah Arka dan Aqila menempati rumah ini.

Bahkan seminggu ini kedua sama-sama sibuk dengan kerjaan nya. Aqila sibuk dengan perusahaan baru nya. Arka sibuk mengurus klien dari luar negeri.

Kesibukannya membuat ia tidak menyadari puasa nya telah berakhir.

"Sayang." Panggil Arka dari dalam kamar mandi.

"Iya By." Sahut Aqila lagi menyiapkan pakaian kerja Arka.

"Sayang, Aku lupa bawa handuk, tolong ambilkan di dalam lemari." Kata Arka.

"Iya By, sabar." Aqila segera mencari handuk, setelah menemukan ia berjalan mendekati kamar mandi.

"By, ini handuk nya."

"Masuk saja, aku gak kunci sayang."

Mendengar kata tidak di kunci, Aqila ragu masuk atau tidak. Ia masih berdiri tegak di tempat nya.

"Sayang, cepat lah. Aku sudah kedinginan."

Suara Arka menyadarkan ia dari lamunan keraguan.

Aqila membuka kecil pintu, lalu menyodorkan handuk, tanpa badan ikut masuk.

Arka melihat hanya uluran tangan yang di berikan Aqila, ia langsung menarik masuk ke dalam.

"Kenapa hanya berdiri di luar? bukannya aku bilang masuk." Kata Arka.

"Iya, tadi it_u." Aqila bingung harus berkata apa.

"Itu apa sayang? apa kamu pikir aku polos di dalam?"

Aqila mengangguk dan tersadar perkataan Arka, lalu menaikan kepala, memandang Arka.

Arka menunjukkan senyum. Ia tidak melihat handuk bawaan nya, hingga meminta pada Aqila.

"By, kenapa kamu meminta ku membawa kan handuk, jika sudah ada." Memicingkan mata sedikit curiga pada Arka." Apa ini hanya alasan kamu?" Sambung nya.

"Ini bukan alasan sayang, tadi aku lupa taruh dimana? tapi sekarang udah ketemu." Jawab santai Arka tanpa dosa.

"Kalau udah ketemu, kenapa gak kasih tau?"

"Gak sempat ingat sayang." Kata Arka menarik Aqila lebih dekat dengan nya.

Kedua berdekatan tanpa jarak, Aqila bisa mencium aroma sabun yang di kenakan Arka.

"By, apa yang kamu lakukan, udah lepaskan."

"Sayang, bukannya kita udah lama gak kayak gini? apa kamu gak kangen?"

"Apaan sih, cepat lepasin."

"Kalau aku gak mau, kamu mau apa?" Menaikan alis menantang Aqila.

Aqila bingung harus melakukan apa agar Arka melepaskan nya. Rasanya sekarang ia terjebak, maju tak bisa, mundur pun tak bisa. Ia seperti berada di tengah tak bisa berkutik.

"By, gak usah macam-macam deh, sekarang masih pagi."

"Kalau pagi kenapa sayang? kita bebas lakuin, toh kita suami istri. Sah-sah saja." Senyum Arka, membuat Aqila yang melihat merinding.

"By, bukannya tadi kamu bilang ada klien yang ingin kamu temui." Ucap Aqila berharap perkataan nya ini, bisa mengalihkan perhatian Arka melepaskan nya.

"Benar kah, aku lupa sayang. Syukur kamu mengingatkan ku." Kata Arka seketika membuat Aqila senang, namun itu hanya sebentar senyuman nya kembali pudar.

Namun bukan Aqila namanya, jika menyerah begitu saja.

"By, otot-otot mu ini bagus, aku suka." Puji Aqila mengelus otot kekar Arka.

Dalam hatinya saat ini ingin sekali Aqila tertawa, melihat wajah Arka kesenangan dengan pujian nya. Aqilla merasa pelukan sedikit longgar tidak membuang kesempatan, ia langsung kabur menyelamatkan diri.

"Bye bye by." Senyum Aqila sambil melambai tangan.

Arka tertipu dengan pujian manis Aqila segera mengejar Aqila. Kedua akhirnya bermain kejar-kejaran di kamar.

"Sayang jangan kabur kamu." Teriak Arka berlari mengejar Aqila yang lari menyelamatkan diri.

Kedua seperti anak kecil, menikmati pagi hari dengan canda tawa, jail membuat hubungan semakin dekat.

"Habis otak kamu kotor By." Ucap Aqila, lalu tertawa.

"Kotor gimana? aku hanya peluk sayang, gak ngapain juga."

"Masa hanya peluk? nanti ujungnya ke blas-blasan." Ucap Aqila yakin, bahkan sudah menjadi kebiasaan Arka satu macam, ujung nya banyak macam.

"Tapi, kamu menikmati kan, sayang?" Tanya Arka, membuat Aqila tidak bisa berkata lagi, semua yang di ucapkan Arka benar.

Melihat diam nya Aqila tidak bergerak seperti awal terus lari. Arka berjalan perlahan mendekati dan langsung menggendong Aqila ala brydel.

Aqila berontak, ia kaget dengan tindakan Arka. Namun tidak di perduli.

"By, lepaskan." Berontak Aqila memukul dada bidang Arka.

"Bukan sudah ku katakan tadi sayang, jika aku sudah menangkap mu tidak akan ku lepaskan lagi."

"By, nanti kita terlambat, mending di tunda malam gimana?" Tawar Aqila membujuk Arka.

Arka diam berpikir dengan bujukan nya.

"Apa tamu bulan mu, sudah pergi?" Tanya Arka menatap Aqila di gendongannya.

Aqila mengangguk iya.

"Oke, sekarang aku lepaskan, tapi malam tepati janji mu." Arka menurunkan Aqila dari gendongan dengan pelan.

"Iya, By."

***

Di meja makan Siska bersama kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan pagi. Kejadian beberapa hari yang lalu bertemu Arka dan Aqila, mengubah Siska menjadi sosok wanita menjadi gila.

Ia bahkan sudah membuat rencana. Sekarang hanya menunggu tanggal main, agar semua berjalan lancar.

Kedua orang tuanya, tidak tau semua rencana yang di buat Siska, jika mengetahui sudah pasti di larang. Mereka tidak ingin anak nya berurusan dengan keluarga Dirgantara dan juga Adijaya.

Kedua keluarga tersebut bukan lah keluarga sembarang. Mereka dapat melakukan apapun yang mereka suka jika ada orang yang mengusik ketenangan nya.

"Siska, Papa sudah lama tidak melihat kamu bersama Roland?" Tanya Papa memandang Siska mengunyah makan.

"Tumben Papa tanya, emang ada apa?" Penasaran Siska meletakkan sendok memandang Papanya.

"Emang kenapa kalau Papa tanya? emang ada yang salah, lagian Papa lihat kamu dan Roland cocok." Kata Papa, mendadak membuat Siska yang melanjutkan makan menjadi keselak.

"Uhukk... uhukk.... "

"Ini sayang minum dulu, kenapa kamu bisa keselak, makanya makan nya hati-hati." Pesan Mama, memberi air untuk Siska.

Siska menerima minum, tanpa berkata apapun, ia kaget kenapa mendadak Papa nya berkata seperti itu. Selama ini Papa nya selalu bersikap masa bodoh dengan pertemanan nya dengan Roland, kenapa seketika peduli.

Setelah merasa lega. Siska kembali membuka suara." Kenapa mendadak Papa berkata seperti itu, jangan bilang Papa ingin aku bersama Roland?" Tebak Siska, ia yakin pasti ucapan nya mengarah kesana, jika tidak bagaimana berkata seperti ini.

"Kalau iya, kenapa? Kamu dan Roland sudah melakukan hubungan terlarang, tidak mungkin tidak ada cinta di antara kalian berdua. Apa kamu masih berharap kembali dengan Arka setelah apa yang kamu lakukan?"

"Aku tidak cinta sama Roland Pa, kami melakukan itu dalam pengaruh minuman, jika tidak, semua itu tidak akan terjadi." Protes Siska dengan tuduhan Papa nya."Lagian aku gak pernah berharap untuk kembali bersama Arka."Sambung nya.

"Hati sudah tidak berharap untuk kembali pada Arka setelah apa yang dia lakukan. Tujuan ku hanya satu balas dendam. Kesedihan dan penderitaan mereka adalah suatu kebahagiaan tersendiri untuk ku." Batin Siska tertawa bahagia dalam hatinya………(Bersambung  Bab 110 )

Posting Komentar untuk "Bab 109 Pernikahan Di Atas Kertas "