Bab 104 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 104
![]() |
30 menit di rias, kini Aqila telah tampil cantik bak
bidadari. Penata rias yang merias Aqila memuji kecantikan nya.
"Bu Aqila sangat cantik, sungguh beruntung suami
Ibu." Puji MUA memandang kecantikan Aqila.
"Mbah, bisa saja. Mbah juga cantik kok." Puji
balik Aqila.
Tiara yang sejak tadi diam memperhatikan Aqila di make-up,
sama hal dengan penata rias. Aqila cantik, mata nya lekat memandang kecantikan
nya, pantas jika Pak Farel menyukai Aqila. Dia cantik lemah lembut, bahkan
masih bisa bersikap santai meski dirinya tegas dan ketus.
Tiara merasa bersalah, sudah bersikap seperti tadi, ia sadar
tidak pantas bersikap seperti itu. Dari pemandangan nya, ia bisa melihat Aqila
bukan wanita murahan seperti yang di bicarakan karyawan lain.
Wajah dan perilaku nya tidak sedikit menampilkan seperti
itu, ia jadi malu pada diri sendiri, tidak memiliki hubungan apapun bersikap buruk
pada orang yang jelas-jelas tidak jahat padanya.
Aqila melihat Tiara terus memandang dengan raut wajah
berbeda dari sebelumnya, mengerut kening."Ada apa lagi dengan nya?"
Batin Aqila berjalan mendekati Tiara berdiri.
"Jangan banyak berpikir, saya tau kamu menyukai Pak
Farel kan?" Pandang Aqila melihat Tiara salah tingkah mendengar perkataan
nya.
"Eh, tidak Bu." Gugup Tiara menggeleng kepala.
Aqila tersenyum memandang Tiara."Tidak apa-apa jika
kamu tidak ingin jujur, asal jangan membohongi hati. Jika cinta maka kejar lah.
Kadang tidak harus pria yang mengejar cintanya, wanita juga. Bukan berarti
wanita di kata murahan karena mengejar pria yang di cintai. Tapi itu salah satu
bentuk dari pembuktian keseriusan. Murahan di katakan jika seorang wanita memberi
tubuh. Dan satu lagi, mengejar juga menggunakan batas, jika sudah tidak bisa di
kejar maka lepaskan. Memaksa hanya membuat kita semakin sakit." Ucap Aqila
panjang lebar.
Tiara terperangkap mendengar perkataan Aqila, bahkan situasi
seperti ini masih bisa menasehati dan memberi kata motivasi.
Tiara semakin bingung dan penasaran sebenarnya apa hubungan
antara Pak Farel dan Aqila. Kenapa ia di beri dukungan untuk mendekati Pak
Farel.
Semua seakan memutari kepala nya dengan banyak pertanyaan.
Aqila melihat diam nya Tiara seperti orang bingung hanya
memberi senyuman terbaik, sebelum meninggal kan nya. Ia langsung berjalan
keluar dari ruangan.
Tiara memandang kepergian Aqila terkesima.
"Sungguh wanita yang baik, aku tidak menyangkah bisa
bertemu dengannya. Terimakasih ya Allah sudah menyadarkan aku lebih cepat.
Tidak pantas wanita sepertinya di perlakukan buruk dengan gosip menjijikkan
itu." Gumam Tiara sadar, bahkan menyesal dengan pemikiran nya telah
merendahkan Aqila. Ia merasa lebih rendah.
Semua pasang mata terpesona dengan kecantikan Aqila, bahkan
karyawan pria menatap lapar. Aqila risih dengan tatapan yang sangat tidak di
suka pada kaum pria padanya.
Tatapan lapar seakan ia adalah wanita murahan yang ingin
menggoda.
Ia melangkah lebih cepat hingga menabrak seseorang.
Brukk...
Brukk...
"Auwh." Kedua sama-sama meringis kesakitan, akibat
benturan pada kepala masing-masing.
"Dewi." Kaget Aqila melihat orang yang di tabrak
adalah sahabatnya.
Dewi masih diam, menatap wanita di depan terasa familiar, ia
merasa kenal tapi takut salah karena penampilan kini berubah 180°. Ia tidak
ingin di kata sok kenal.
"Wi, ini aku Qila." Melambai tangan pada Dewi yang
diam tak bergeming menatap nya.
"Ini benar kamu Qila?" Tanya Dewi tak percaya,
penampilan Aqila membuat ia tabjuk.
"Iya ini aku Qila. Masa baru 2 setengah tahun sudah
lupa."
"Aku tidak lupa Qila, aku takut salah orang, penampilan
kamu ini berubah total dari Qila yang dulu." Jujur Dewi.
"Apaan sih, kamu bisa aja. Gimana kabar kamu sekarang,
kerjaan lancar gak?"
"Keadaan ku seperti yang kamu lihat. Kerjaan masih
kayak gini-gini aja, dari dulu selalu seimbang."
Kedua berbincang saling menukar kabar satu sama lain.
Di dalam ruangan Farel sudah menunggu kedatangan Aqila,
namun orang di nanti kan belum juga datang.
Farel keluar melintasi lorong melihat banyak staff berkumpul
menatap ke arah yang tidak ia ketahui. Mata nya pun mengarah pada sesuatu yang
membuat mereka serius, tanpa sadar dengan keberadaan nya.
Ia kaget melihat Aqila berada di sana. Pantas jika Aqila
menjadi pusat perhatian semua karyawan, penampilan nya sungguh anggun, pria
mana pun yang melihat akan jatuh hati. Tapi hal yang membuat ia bingung kenapa
Aqila tak ke ruangan nya? ia sudah menunggu lama, ternyata orang yang di nanti
kan, sedang asyik ngobrol bersama sahabat lamanya.
"Aku boleh menunggu lama, ternyata disini." Gumam
Farel berjalan mendekati Aqila.
"Hmmm." Farel berdehem menyadarkan kedua yang
sedang asyik berbincang.
Aqila menoleh pada arah suara.
"Kakak, sejak kapan di sini?" Tanya Aqila kaget
melihat keberadaan Farel mendadak berada di samping nya.
Semua karyawan yang sejak tadi berada di sana, menatap kaget
mendengar ucapan Aqila. Kakak, kata itu terus terngiang-ngiang di benak. Banyak
pertanyaan muncul di otak masing-masing. Apa hubungan Aqila dan Farel? kenapa
memanggil dengan sebutan kakak.
Begitu juga dengan Dewi yang jelas mendengar ucapan Aqila
memanggil Farel Kakak menjadi penasaran. Ia menatap kedua bergantian, melihat
wajah tidak ada yang terlihat mirip, bingung sendiri.
"Wajah mereka tidak ada mirip, kenapa Qila memanggil
Pak Farel kakak?" Batin Dewi pusing memikirkan sesuatu yang belum ia dapat
jawaban nya.
Sama hal nya dengan Tiara, saat bersamaan Aqila berkata, ia
keluar dan mendengar.
"Kakak?" Gumam Tiara. Ia kembali mengingat
perkataan Aqila tadi, apa maksud nya ini.
Tiara sekarang sedikit yakin, perkataan Aqila tadi mengarah
ke sini.
Rasanya sekarang ia tidak memiliki muka untuk bertemu Aqila.
Betapa malu dirinya saat ini.
Farel mendengar banyak staff berbisik mendengar ucapan Aqila
memanggil dengan sebutan kakak, menjadi tidak suka.
"Stop berbisik dengan pemikiran buruk kalian."
Lantang Farel dengan suara dingin. Mendadak ruangan yang rame dan panas akan
gosip baru, seketika diam seperti tak ada penghuni.
Aqila menyadari perkataan nya menjadi bahan gosip karyawan,
mengutuk diri. Kenapa mulut tak pernah lihat keadaan jika berkata.
Ia melihat Dewi menatap tajam padanya meminta penjelasan,
tersenyum kecil.
"Apa yang kalian dengar barusan semua benar. Aqila
memanggil saya dengan sebutan kakak. Pasti kalian kaget bukan? Tapi di sini
saya tidak akan menjelaskan apapun, saya hanya ingin Mempertegas kan pada
kalian semua. Hormati Qila seperti kalian hormati saya. Qila adik kandung saya.
Putri satu-satunya dari keluarga Adijaya." Tegas Farel, mendadak membuat
semua bungkam tak bisa berkata.
Pengakuan dari Farel seperti boom, banyak karyawan yang
sering berkata pedas pada Aqila seketika tunduk. Nyali mereka tidak sebesar
awal sebelum mengetahui ini.
Mengetahui kenyataan jika sahabatnya adalah adik dari
atasannya, membuat ia tak percaya selama ini Aqila tidak pernah bercerita
apapun, kenapa mendadak mengetahui ini, ia merasa sebagai sahabat tak di anggap
dengan kebenaran yang baru ia ketahui………(Bersambung Bab 105 )
Posting Komentar untuk "Bab 104 Pernikahan Di Atas Kertas "