Bab 101 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 101
![]() |
Di kediaman Adijaya. Mereka menikmati sarapan dengan lahap
sebelum melakukan aktivitas berikut nya.
Farel yang sudah siap dengan pakaian kerja ke kantor dan
Bian juga sama, hari ini akan ke kantor untuk peresmian kantor baru nya.
"Nanti gue dan Qila nyusul." Ucap Farel pada Bian.
"Iya, gapapa. Asal tepat waktu." Bian
memperingatkan Farel karena kedatangan nya bukan seorang diri saja, melainkan
bersama Aqila.
"Iya, kalau gak ada masalah." Ucap Farel, lalu
tersenyum kecil.
"Mommy dan Daddy gimana? mau nyusul atau barengan sama
Bian?" Tanya Bian memandang kedua orang tua secara bergantian.
"Kita bareng saja, Gimana Dad?" Menatap suaminya.
"Iya." Angguk Daddy.
Farel berpamitan menuju kantor.
Dalam perjalanan Farel menyetel musik sebagai teman
perjalanan menuju kantor.
30 menit melajukan perjalanan, ia teringat akan sesuatu.
"Hampir saja lupa." Memukul dahi. Ia langsung
memutar balik jalan menuju suatu tempat sebelum ke kantor.
***
Arka dan Aqila masing-masing sibuk dengan persiapan mereka.
"Sayang, mana dasi ku?" Tanya Arka sengaja, sejak
tadi Aqila tidak memperhatikan nya.
Aqila yang lagi menyisir rambut, menghentikan aktivitas,
melangkah maju ke tempat Arka berdiri sekarang.
"Ada kok By, tadi aku yang siapkan di situ." Jalan
Aqila melihat benar dasi nya tidak ada.
"Benar kan, aku bilang, tidak ada." Kata Arka
berlagak pusing mencari.
"Coba lebih teliti lagi By, mungkin ke selip."
Kedua bersama mencari, tetap tidak menemukan nya. Aqila
sedikit curiga melihat gelagat aneh Arka.
Di situasi seperti ini, masih saja Arka tersenyum diam-diam.
Aqila memicing kan mata melihat saku celana yang di gunakan terlihat berbeda
sedikit membesar.
"Apa yang ada di saku By." Tunjuk Aqila curiga.
"Tidak ada apa-apa." Bohong Arka. Aqila dapat
melihat jelas ada yang Arka sembunyikan di saku celananya.
"Kalau gak ada apa-apa, kenapa bentuk saku lebih
besar?" Aqila memicingkan mata curiga."Jangan bilang kamu yang
sembunyikan dasi di saku kamu ya By?" Sambung nya. Arka tersenyum
mendengar semua perkataan Aqila tepat.
Aqila menggeleng kepala melihat kelakuan Arka seperti anak
kecil.
"By, kenapa iseng sih, kalau tau gitu aku gak bantu
cari." Aqila sedikit kesal karena menghambat persiapannya.
"Ya, habis kamu sibuk sendiri, bukannya urus
suami."
"Tapi, gak gitu juga By, kan bisa bilang."
"Iya, ini." Arka memberikan dasi pada Aqila untuk
memasangkan pada kerak baju nya.
Saat ingin memasang kan dasi pada kerak Arka, tinggi nya tak
mencapai hingga sulit tergapai. Arka tersenyum melihat Aqila kesulitan. Ia
menarik pinggang Aqila hingga kedua tak ada batasan, ia dapat mendengar
hembusan nafas Aqila memburu grogi dengan tindakan mendadak nya ini.
"By, apa yang kamu lakukan? aku kesulitan jika seperti
ini." Ucap Aqila berusaha tenang, meski hatinya sangat grogi.
"Sayang, gimana tidak kesulitan, tinggi kamu saja
segini." Kata Arka mengejek Aqila melihat tinggi nya hanya mencapai bahu
nya.
"Udah tau tinggi ku gak mencapai, kenapa gak sejajar
kan dengan tinggi ku by, biar gampang masang nya." Protes Aqila.
"Kamu gak bilang."
"Udah cepat tunduk." Perintah Aqila, dan Arka
mengikuti nya.
Setelah memasangkan dasi, Aqila berbalik ingin kembali pada
tempat nya, namun di cegah Arka.
"Kenapa lagi By?" Tanya Aqila menatap Arka yang
menahan sebelah tangannya.
Arka tidak menjawab, melainkan, menarik Aqila hingga mereka
kembali berdekatan. Ia menatap intens wajah Aqila yang sudah di beri make-up.
"By, apa yang kamu lakukan, kita bisa terlambat."
Aqila mengingatkan Arka agar tidak membuang waktu.
"Aku bos nya, jadi terlambat tidak apa-apa. Kalau kamu
juga gapapa, karena Kakak mu yang ingin berjumpa, jadi sedikit menunggu tidak
bakal jadi masalah." Balas Arka enteng.
"Gak boleh gitu By, udah lepasin." Namun hasilnya
masih sama, Arka tidak melepaskan, melainkan lebih mengeratkan pelukan nya.
Arka memperhatikan bibir Aqila terus saja mengoceh, tanpa
aba langsung menyerang. Aqila kaget dengan tindakan nya ini.
Aqila memukul dada Arka agar segera melepaskan, namun tidak
di indah kan nya.
Ciuman nya semakin panas, Arka yang sudah pengalaman dengan
permainan ini, dengan mudah membuat Aqila tak berontak dan menikmati setiap
permainan lidah nya.
Aqila terbawa suasana dengan permainan lembut Aqila, kedua
saling bertukar saliva tanpa sadar dengan rencana awal mereka.
Arka yang tidak bisa mengendalikan diri dengan permainan
yang ia ciptakan merasa pusaka bawah nya menenggang.
Permainan berpindah pada leher, Aqila bahkan tidak ingat
jika sekarang Farel sudah menunggu nya.
Farel mondar mandir menunggu Aqila, namun orang yang di
tunggu belum juga datang, ia berpikir apa ini ulah sih bodoh melarang Aqila
untuk datang, jika benar awas akan Ia balas.
Tanpa Farel tau saat ini kedua melakukan penyatuan saliva
sebagai DP sebelum melakukan secara utuh.
"Dimana Qila? kenapa jam begini belum juga datang? apa
kejebak macet? kayak nya tidak mungkin, jam segini belum parah macetnya."
Pikir Farel. Mencoba menghubungi Aqila.
Farel sudah menghubungi berulang kali, bahkan nomor nya
terhubung, tapi tidak di angkat.
"Awas jika terbukti ini ulah sih bodoh, tunggu saja
balasan ku nanti. Kau sudah membuat ku menunggu lama seperti ini, aku juga akan
membuatmu seperti cacing yang berada di dalam perut tidak tenang sebelum
mendapat santapan lezat." Janji Farel kesal, ia yakin sangat yakin ini
ulah Arka.
Farel tau Aqila tidak akan telat, ia selalu berpegang teguh
dengan janji, jika tidak ada sesuatu yang membuat dia lupa siapa lagi kalau
bukan Arka yang melakukan nya.
Farel memencet telpon kantor."Segera ke ruangan
saya." Perintah Farel langsung mematikan sambungan telpon.
Tok... tok... tok...
"Masuk." Perintah Farel dari dalam.
Mendengar perintah dari dalam, Tiara langsung masuk.
"Bapak memanggil saya?" Tanya Tiara sopan.
"Iya, apa mereka sudah datang?" Tanya balik Farel.
"Sudah Pak, sekarang mereka berada di ruangan yang
bapak perintah kan." Jawab Tiara.
"Baguslah, sekarang kau bisa keluar."
Tiara terperangkap kaget, memanggil nya kesini hanya untuk
bertanya ini, kenapa tidak lewat telpon saja. Dalam hati ia menatap kesal,
syukur pria di hadapan nya ini pimpinan kalau tidak sudah ia lempar ke laut.
Seenak nya saja memanggil hanya menanyai hal tidak penting.
"Kenapa masih diam disitu? sana keluar." Usir
Farel melihat Tiara masih berdiri tegak di tempat nya, tanpa bergerak pindah.
Tiara sontak kaget mendengar perkataan Farel mengangetkan
lamunan nya yang sedang memaki diam.
"Eh, iya Pak. Saya permisi." Gugup Tiara, langsung
melangkah keluar.
Farel memandang kepergian Tiara menggeleng
kepala."Dasar wanita aneh." Gumam Farel, kembali mencoba menghubungi
Aqila, siapa tau saat ini sudah di angkat, namun hasilnya masih sama seperti
tadi.
"Dasar sih bodoh...." Geram Farel meremas ponsel………(Bersambung
Bab 102 )
Posting Komentar untuk "Bab 101 Pernikahan Di Atas Kertas "