Bab 92 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 92

Keluarga Dirgantara telah berkumpul di ruang makan menikmati
hidangan makan malam.
"Qila kapan kasih Papa dan Mama cucu?" Tanya Mama
mendadak membuat Aqila batuk.
"Uhukk... uhukk.... " Batuk Aqila.
"Minum dulu." Arka menyodorkan minum dan langsung
di ambil Aqila.
Terasa lega, Aqila menoleh pada Arka, namun respon yang di
harap kan tidak peduli.
Aqila yakin pasti Arka kesal, sejak turun wajah Arka terus
di tengkuk seperti kenebo kering. Entah apa yang harus di lakukan untuk
menghibur dirinya binggung.
"Secepatnya" Senyum Aqila binggung harus apa,
selain perkataan itu yang terlintas di benaknya.
"Alhamdulillah, Mama gak sabar dengar kabar baik
nya." Terpancar jelas wajah bahagia Mama.
"Papa jadi gak sabar gendong cucu." Antusias
Papa." Papa tidak meragukan bibit keluarga Dirgantara. Sekali masuk pasti
Kecebong nya langsung jadi." Sambung tanpa malu, Aqila mendengar mertua
berbicara depan-depan menjadi malu.
Kini pipi Aqila merah seperti kepiting rebus. Aqila tidak
menyangka ternyata Papa mertua nya sama mesum nya dengan Arka, bahkan bicara pun
tidak pernah di filter.
"Ternyata sikap Arka menuruni dari Papa, pantas setiap
berkata selalu menyinggung, perkataan nya saja gak pernah di filter, biar gini
juga aku baru sekali melakukan, bukan kayak Papa dan Mama sudah sering, bahkan
sudah bosan selalu melakukan." Batin Aqila.
"Qila apa kamu baik-baik saja?" Tanya Mama.
"Ah, iya Ma, Qila baik." Jawab Qila.
"Kalau baik kenapa tunduk? apa ada yang Qila
pikirkan?"
"Iya Ma, besok Keluarga Qila bakal berkunjung
kesini."
"Qila serius?" Tanya Papa memandang Aqila
mengunyah makanan.
"Iya Pa."
"Ya sudah besok Papa bakal suruh Bibi untuk menyiapkan
hidangan untuk jamuan kedatangan besan."
Arka tidak selera ikut Nimbrung, dia masih mengontrol hati
dan pikiran yang kacau karena tamu Aqila.
"Ka kenapa diam?" Binggung Mama memperhatikan
sejak kedatangan tidak berkata sepatah pun.
"Tidak." Singkat Arka lanjut mengunyah.
Mama menatap tanya Aqila dan di jawab dengan gelengan tidak
tau. Tidak mungkin jujur jika saat ini Arka ngambek karena tamu bulan nya.
"Serius Ka tidak apa-apa?" Tanya Mama kurang puas
dengan jawaban Arka.
"Hmmm... " Respon Arka kali ini hanya berdehem.
Langsung di beri hadiah cubitan cinta dari Aqila.
"Auwh." Meringis Arka menoleh Aqila masa bodoh
terus menyantap sarapan seakan tidak terjadi apa pun.
Aqila sengaja memberi cubitan peringatan untuk Arka agar
tidak irit dalam bicara. Dia kesal dengan semua jawaban Arka kalau sedang marah
selalu saja singkat pada orang yang tidak tau apapun, seperti saat ini pada
Papa dan Mama.
"Kak, kenapa?" Menatap Arka kaget mendengar suara
nya.
"Tidak apa-apa Ma." Jawab Arka lalu melirik Aqila
tidak peduli bahkan tidak merasa bersalah sudah mencubit nya.
Melihat respon Aqila seperti tidak terjadi apapun, Otak Arka
mendadak mendapat ide untuk membalas.
Tangannya perlahan merayap pelan menyentuh paha Aqila,
membuat nya merangsang saat ingin naik Aqila langsung mencegah. Saat Aqila
ingin melepas kan tangan nya, Arka menahan dan menggenggam erat.
"Kalian berdua kenapa? apa sudah gak sabar? sana naik
kalau sudah selesai." Kata Papa melihat anak dan mantunya saling pandang.
"Tidak Pa, Arka hanya ingatkan Qila untuk membereskan
barang, lusa akan segera pindah." Ucap Arka menatap Aqila dan ternyata
benar reaksi Aqila sesuai perkiraan. Aqila berusaha menetralkan kaget nya agar
tidak di ketahui Papa dan Mama.
"Kenapa buru-buru. Kenapa gak tunggu 1 bulan lagi?
" Kaget Mama dengan keputusan Arka dadakan.
Aqila yang baru mengetahui ini, binggung harus berkata apa,
dia tidak tau akan kepindahan mereka karena Arka tak pernah membahas ini, namun
berusaha keras agar tidak terlihat menyolok dengan apa yang baru di ketahui.
"Lebih cepat lebih baik, bukannya Mama dan Papa
menginginkan cucu?" Tanya Arka.
"Iya, emang apa kaitan kepindahan kalian dengan
cucu?" Binggung Mama menatap tanya.
"Ada, jika Arka dan Qila segera pindah, kita akan lebih
fokus. Tapi sebaliknya jika tetap disini bakal lama." Ucap asal Arka.
Aqila mendengar jawaban asal Arka menjadi tersenyum.
"Dasar aneh, jawaban gak masuk di akal." Batin
nya.
***
"Kamu serius kita bakal pindah dari sini?" Tanya
Aqila mengingat percakapan mereka saat di meja makan.
"Iya, aku sudah mempersiapkan ini sejak lama, hanya
menunggu kepulangan kamu baru kita pindah, sekarang kamu sudah balik jadi
menunggu apalagi." Jawab Arka.
Aqila membalikkan posisi tidur menatap Arka." Kenapa
buru-buru, kamu bahkan belum bicarakan ini padaku."
"Maaf, aku lupa." Bohong Arka. Dia mengingat tapi
dengan kejadian tadi mendadak menghancurkan mood dalam berkata.
"Oke kali ini aku maafkan, tapi lain kali gak ada lagi,
aku gak mau tau dengan cara begini." Langsung membalikkan posisi tidur
membelakangi Arka.
Arka tersenyum melihat kelakuan Aqila langsung menarik peluk
dari belakang.
Aqila tidak menolak, bagi nya tak masalah jika hanya memeluk
karena dia sendiri sudah nyaman dengan pelukan Arka.
"Sayang." Bisik Arka tepat pada gendang telinga
Aqila.
"Tidur lah, bukannya besok kamu harus ke kantor."
Mengingat kan Arka.
"Aku ingin kamu mengubah nama panggilan ku, jangan
memanggil dengan sebutan Arka, Kakak atau Ar. Aku ingin yang lain dan
spesial." Kata Arka, mendengar permintaan aneh nya, Aqila mendadak
berbalik menatap Arka.
"Terus, kamu mau aku panggil apa? Aku gak tau nama
panggilan yang cocok untukmu?" Jujur Aqila tidak tau panggilan apa yang
cocok untuk pria arogan di depan nya. Meski kini sudah tidak, tapi sedikit
masih melekat pada dirinya.
Aqila binggung kenapa mendadak Arka berkata seperti ini, apa
tadi ke bentur sesuatu hingga aneh, tapi seingat nya sejak tadi mereka terus
berdua tidak ada yang terjadi sama Arka. Terus kenapa mendadak aneh jika semua
baik-baik saja.
Aqila menatap lekat Arka yang sedang berpikir dengan perkataan
nya.
"Hubby." Ucap Arka.
"Apa gak ada yang lain, bukan nya itu seperti
novel-novel."
"Gapapa sayang, panggilan hubby bagus, apalagi yang
sebutin kamu."
"Gak ada yang lain at_"
Arka langsung membungkam mulut Aqila dengan bibir nya. Dia
tidak ingin mendengar bantahan Aqila.
Luma*an awal hanya ingin membungkam Aqila, lama kelamaan
menjadi ingin lebih. Arka turun pada leher, kali ini dia terbawa permainan nya
sendiri saat ingin lebih. Aqila menggeleng kepala mengingat kan pada nya,
jangan.
Mengingat saat ini ada tamu, Arka menyudahi, mengatur rapi
baju Aqila lalu menarik selimut menutup tubuh. Dan dirinya bangun menuju kamar
mandi menenangkan diri sekalian Pusaka bawah sudah menegang.
Jika terus seperti ini, bisa gila dirinya, kenapa selalu
tidak bisa mengontrol jika berhadapan dengan Aqila.
Dirinya tidak mungkin memarahi Aqila karena semua ini bukan
salah atau maunya, ini sudah hukum alam kuadrat wanita yang harus di terima.………(Bersambung
Bab 93 )
Posting Komentar untuk "Bab 92 Pernikahan Di Atas Kertas "