Bab 91 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 91

Papa dan Mama tersenyum melihat kelakuan Arka pada Aqila.
"Romantis nya jangan di tempat umum, di sini masih ada
orang." Kata Papa melihat anaknya tanpa malu mengumbar kemesraan nya.
"Papa iri? bukannya setiap hari melakukan sama
Mama?" Ucap Arka tanpa malu, membuat wajah Mama bersemu merah.
"Dasar anak nakal, kenapa setiap berkata tidak pernah
di filter." Maki Mama menatap kesal.
"Apa perkataan ku salah? kayaknya tidak semua yang ku
katakan benar. Papa dan Mama selalu mengumbar kemesraan di semua tempat."
Balas Arka tidak merasa salah dengan perkataan nya.
"Apa Kakak tidak akan seperti ini bersama Qila?"
Tanya Papa, seketika Arka tersenyum.
"Kenapa tersenyum?" Sambung Papa menatap senyum
jahil Arka.
"Apa tidak boleh?" Tanya balik Arka.
"Tidak ada."
"Ya sudah kalau gitu, Arka bebas dong tersenyum."
"Iya terserah, Ayo Ma bersiap." Kata Papa
mengandeng tangan sang istri.
"Papa dan Mama mau kemana?" Tanya Arka memandang
belum jauh langkah kaki dari tempat awal.
"Papa dan Mama mau ke rumah." Berhenti Papa
menoleh.
"Ngapain ke rumah sakit? Papa sakit? atau Mama?"
Cemas Arka bangkit mendekati kedua orang tua ingin sekali tertawa melihat
betapa khawatir putra nya.
"Papa dan Mama baik."
"Terus, ngapain kesana, kalau sehat?"
"Papa dan Mama mau jenguk teman." Menatap Arka
seketika lega jika orang tua nya baik
"Sudah, kamu ajak Qila ke kamar saat tiba belum sempat
istirahat." Kata Mama, menatap Aqila diam menyimak seperti penonton setia
melihat drama keluarga Dirgantara.
Arka menoleh memandang Aqila tersenyum memandang balik
tatapan nya.
"Yah sudah sana urus Qila, Papa dan Mama masuk
dulu." Ucap nya lalu kembali melangkah menuju kamar.
Arka berjalan mendekati Qila, mengulurkan tangan. Aqila
menerima dan berjalan bergandengan.
"Kenapa tidak mengabari ku jika mau balik?" Tanya
Arka menatap Aqila.
"Aku ingin memberi kamu kejutan, kalau aku kasih tau
gak bakal jadi kejutan." Jawab Aqila.
"Bukan kejutan tapi terapi, apa kamu tau aku hampir
gila jika tadi yang ku lihat hanya halusinasi, mungkin hari ini dan kedepan
semua yang ku lihat nyata kehadiran mu akan aku anggap halusinasi."
"Masa gitu, kenapa aku gak melihat itu?"
"Emang kamu mau lihat?" Tanya balik Arka
tersenyum.
"Lihat? apa yang ingin kamu perlihatkan padaku?"
Binggung Aqila mengerut kening binggung.
Arka membuka pintu dan masuk berdampingan bersama Aqila.
"Yakin ingin aku perlihatkan?" Tanya Arka,
mendadak firasat Aqila tidak enak.
"Tidak, sana ganti baju. Setelah itu baru aku."
Usir Aqila.
"Kenapa gak bareng saja, kenapa harus sendiri?"
Goda Arka berhasil membuat pipi Aqila merona.
"Mesum, sana ganti pakaian." Malu Aqila menundukan
kepala.
"Mesum sama istri sendiri gak salah kan? dari pada
mesum sama wanita lain." Senyum jahil Arka.
"Awas kalau benar, gak bakal aku beri kesempatan!"
Ancam Aqila serius.
Mendengar tegas nya ancaman Aqila seakan membuat nyali nya
menciut. Awalnya ingin becanda, tapi di tanggap serius.
Wajah Aqila terlihat jelas tidak sedang becanda, Arka
tersenyum palsu menutupi ketakutan nya.
"Aku becanda Qila, mana mungkin aku melakukan itu, yang
ada kedua kakak mu sudah menebang habis kepala ku dan mungkin saja sudah
berpindah posisi." Jelas Arka.
"Jika sudah tau, jangan macam-macam diluar sana."
Kata Aqila bangkit, namun ditahan Arka hingga kehilangan keseimbangan dan
terjatuh di bawah kasur.
Arka memandang lekat wajah Aqila yang tertindih dirinya
akibat tarikan yang mengakibatkan kedua mendapat momen romantis.
"Bertahun-tahun tidak bertemu, kamu semakin
cantik." Mengelus lembut perlahan dari pipi hingga menyentuh bibir akhir.
Aqila tidak menolak, dia melihat apa yang dilakukan Arka,
tatapan kedua begitu dalam.
"Aku mencintaimu Aqila Dewi Karisma Adijaya. Hanya kamu
yang ada di hatiku sekarang dan selama nya." Sambung Arka sekilas mencium
bibir Aqila.
Aqila tak memberi reaksi apapun. Dia membiarkan Arka berkata
sepuas yang ingin di katakan.
"Qila apa kamu juga mencintaiku?" Tanya Arka
memandang diam Aqila.
Selama 2 tahun lebih tak sekali pun, Arka mendengar atau
mendapat pesan dari Aqila berisi perasaannya. Hanya dia yang selalu mengungkapkan
perasaan.
Hal tersebut membuat pikiran Arka terus bertanya.
"Maaf." Satu kata keluar dari mulut Aqila setelah
lama diam.
"Maaf untuk?" Mengerut kening binggung maksud
perkataan Aqila.
Aqila mendorong kuat tubuh Arka hingga berpindah posisi.
Saat beranjak bangun, Arka menahan."Kenapa menghindar?
apa kamu tidak mencintai ku juga?"Serius Arka menatap Aqila.
"Maaf. Aku ingin mengganti pakaian, lepaskan tangan mu
dari tanganku." Kata Aqila, namun tak di lepaskan Arka.
"Tidak, aku akan lepaskan setelah kamu mengatakan."
Ucap Arka menggenggam lebih erat tangan Aqila.
"Ak_Aku, Ma_af." Ucap Aqila terbata-bata menatap
Arka dengan wajah sedih."Sudah jatuh cinta sama kamu." Sambung Aqila
tersenyum puas mengerjai Arka.
Melihat wajah sedih dan murung Arka menjadi kebahagiaan
tersendiri untuknya. Bagaimana tidak? wajah Arka begitu lucu.
Mengetahui dirinya sedang di kerjain, Arka kesal dan balik
membalas. Mengendong Aqila membaringkan di kasur dan langsung menindih hingga
tak bisa berontak.
"Apa yang kamu lakukan Ka?" Gugup Aqila dengan
wajah kedua yang sangat dekat.
"Balas dendam, bukannya tadi kamu mengerjai ku? Betapa
takut dan khawatir aku dengan perkataan kamu barusan hampir membuat jantung ku
berpindah tempat." Kata Arka.
Tanpa aba langsung menyerang Aqila, ******* rakus bibirnya,
tanpa memberi jeda hingga Aqila kehabisan oksigen, memukul kecil dada Arka.
"Apa kamu ingin membunuh ku" Tatap Aqila kesal dan
menghirup udara.
"Tidak mungkin sayang, aku belum memiliki anak darimu,
bagaimana bisa membiarkan dirimu tiada."
"Jadi maksud mu, setelah melahirkan baru aku mati
gapapa gitu?" Tanya Aqila dengan tatapan sinis.
"Eh, bukan itu maksud ku sayang, tapi.... "
"Sudah, cepat bangun atau aku tidak akan memaafkan
mu." Ancam Aqila serius.
Aqila bangun meninggalkan Arka diam mematung memandang
kepergian nya masuk ke ruang ganti.
Di dalam Aqila berdiri menatap cermin pada pantulan wajah
nya."Maaf, bukan aku ingin menolak mu, tapi aku tidak ingin membuat mu
kecewa di tengah permainan. Aku tidak tau jadwal ku kali ini datang lebih awal
dari sebelum nya." Ucap Aqila dengan perasaan bersalah tidak melakukan
kewajiban sebagai istri.
"Apa Qila teringat dengan malam itu?" Gumam Arka.
Arka binggung apa yang harus di lakukan agar Aqila tidak
menolak nya. Apa dia harus membiarkan semua berjalan seperti air, tanpa
meminta, atau paksaan lainnya.
Jika begitu apa dia sanggup, namun semua terasa berat selama
ini dia sudah berusaha menahan dan sabar, namun saat sudah bersama harus
bersabar kembali.………(Bersambung Bab 92
)
Posting Komentar untuk "Bab 91 Pernikahan Di Atas Kertas "