Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 90 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 90

Melangkah masuk. Dari jarak jauh Arka dapat melihat seorang wanita berbincang sama kedua orang tua nya. Dari postur tubuh mirip dengan wanita yang dia kenalin, tapi segera di sangkal, mana mungkin seseorang yang berada jauh bahkan masih lama dalam target untuk kembali mendadak ada di hadapannya.

Arka menggeleng kepala memaki diri sendiri.

Apa ini faktor rindu teramat dalam padanya. Dia tidak ingin terlalu jauh halusinasi, sendiri akan membuat dirinya sedih.

Melihat putra nya sudah kembali." Kak lihat siapa yang datang?" Ucap Mama menyuruh Arka menebak dari balik postur tubuh Aqila yang membelakangi nya.

"Arka tidak tau, dan tidak mau tau, Mama dan Papa lanjutkan saja perbincangan, jangan meminta Arka untuk menebak hal yang tidak penting seperti ini hanya membuang waktu." Kata Arka malas, semakin di pandang lebih dekat, Arka tersadar seperti nya bukan Aqila.

Dari panjang rambut dan warna cat bukan gaya model Aqila dulunya, bahkan gaya pakaian yang di gunakan terlihat berbeda dari Aqila biasanya. Arka mengingat jelas postur tubuh Aqila yang dulu, tanpa berpikir jika semua dapat berubah seperti sekarang di hadapannya.

"Kakak serius tidak menganggap ini penting? apa tidak menyesal setelah mengetahui siapa orang di depan Mama?" Tanya memastikan pada sikap Arka malas tau dan tidak peduli perkataan nya.

"Jika Mama ingin menebak silakan suruh Papa saja Arka tidak selera!" ucap nya lalu beranjak pergi dari tempat berdirinya.

Aqila mendengar perkataan Arka tidak peduli, tidak antusias membatin kesal, lalu berinisiatif membuka suara.

"Apa setelah mendengar suara ini, masih sama tidak selera?" Tanya Aqila membuka suara tanpa berhadapan karena posisi nya masih sama seperti awal membelakangi Arka.

Suara tersebut begitu familiar masuk ke dalam gendang telinga Arka. Bahkan sekarang tidak lanjut berjalan. Memandang ketiga orang di depan, membuat Arka ragu dengan pikiran yang merasa jika suara tersebut adalah orang yang di nanti kehadirannya.

"Siapa wanita yang di depan Mama?" Tanya Arka menatap lekat wanita yang membelakangi nya.

"Dasar anak bodoh tadi Mama suruh tebak tidak mau, mendengar suara nya saja sudah langsung penasaran, bukannya tadi mau masuk, ya sudah masuk saja hilangkan rasa penasaran, lagian ini tidak penting dan buang waktu." Mengingatkan Arka pada perkataan sebelum nya.

"Itu tadi sebelum mendengar suaranya?"

"Emang kenapa setelah mendengar suaranya? apa Kakak mengenal nya?" Memandang wajah penasaran Arka tidak lepas menatap Aqila.

"Sudah lah katakan saja siapa wanita bersama Mama ini?" Desak Arka malas menjawab pertanyaan Mama yang membuat dirinya makin penasaran.

"Tidak akan, Kakak tebak saja." Balas Mama menatap nantang Arka.

"Oke Arka tebak." Menyerah nya dari pada makin penasaran."Arka tidak tau, tapi suara nya sama persis dengan Qila, mungkin saja kebetulan." Sambung Arka memandang bergantian orang di hadapannya.

"Kenapa bisa begitu? mungkin saja dugaan kakak benar."

"Tidak mungkin Ma, Qila masih beberapa tahun untuk kembali dan rambut Qila gak pernah di cat seperti ini." Bantah Arka tidak yakin.

"Apa kakak pikir 2 tahun lebih tidak membuat seseorang berubah penampilan? jika begitu Kakak salah." Ucap nya membuat Arka tak mengerti maksud perkataan nya.

"Maksud Mama bagaimana? jangan berbelit-belit dalam berucap. Bukannya paham tapi sebaliknya. Mama hanya membuat Arka makin bodoh mendengar penjelasan tak guna.

Aqila diam menyimak perbincangan Mama dan Arka menjadi gregat, kenapa Arka tidak percaya dengan dugaan nya sekarang.

Ingin rasanya dia menyumbat mulut Arka agar fokus hanya pada mata melihat siapa orang di hadapan nya ini, bukan mengandalkan mulut.

Papa melihat kebodohan putra nya kurang percaya pada dugaan nya, menggeleng kepala. Sejak kapan putra nya menjadi seperti ini, biasanya juga yakin dengan sesuatu yang ada di benak nya.

"Kakak serius tidak tau, apa Kakak ragu jika sesuatu yang di bayangkan tidak sesuai pikiran?" Tebak Papa membuka suara memandang tatapan lekat Arka serius pada Aqila tidak lepas.

"Papa benar."

Pengakuan Arka barusan membuat Aqila tidak menyangka. Apa begitu takut berkata sesuai pikiran nya. Jika benar Aqila merasa bersalah telah menyetujui syarat kakak nya untuk Arka.

Tapi kini telah terjadi, Aqila berjanji tidak akan meninggalkan Arka.

Aqila perlahan membalikkan badan. Arka terus memperhatikan gerakan tersebut secara intens hingga wajahnya kini dilihat jelas Arka.

Wajah kaget dan mulut menjadi kaku. Arka tak dapat berkata dengan apa yang di lihat di depan nya.

Air mata jatuh tanpa izin melihat sesuatu yang sangat di rindukan. Jika ini hanyalah halusinasi, Arka berharap biarkan ini sedikit lebih lama, jika mimpi jangan biarkan dia terbangun. Bangun kan dirinya jika waktu telah tiba.

Melihat reaksi Arka yang berbeda dari perkiraan menjadi binggung, Arka menangis itulah hal yang tidak pernah ada di benak nya.

"Kenapa menangis? Apa kamu tidakk suka kedatangan ku?" Binggung Aqila menatap Arka terus menjatuhkan air mata, bukannya bahagia di tampil kan di wajah, ini sebaliknya.

"Pa, Ma, Arka tidak salah lihat kan? Ini benar Qila, bukan halusinasi atau mimpi kan?" Tanya menatap Papa dan Mama di balas angguk iya. Dirinya tak merespon perkataan Aqila.

Arka berjalan mendekati Aqila. Mengelus kedua pipi, semua seperti nyata bukan halusinasi atau mimpi.

"Ini benaran kamu?" Memandang lekat wajah Qila yang memandang balik dirinya.

"Iya ini Aku." Jawab Qila tersenyum melihat kurang yakin Arka dengan apa yang di lihat sekarang.

"Aku tidak halusinasi atau mimpi kan? ini benaran kamu?" Tanya ulang Arka belum puas dengan jawaban Aqila.

"Iya ini aku, bukannya kamu sudah mengelus pipi ku tadi, jadi apa yang membuat dirimu masih belum percaya?" Menaikan alis binggung kenapa susahnya percaya dengan apa yang di lihat sekarang.

"Jadi sekarang aku tidak sedang halusinasi atau mimpi? semua ini nyata kamu berada di hadapan ku." Ucap bahagia Arka langsung memeluk erat Aqila seakan takut kehilangan lagi.

Papa dan Mama melihat semua ini bahagia jadi ikut meneteskan air mata. Langit cerah mendadak gelap ikut menyaksikan pertemuan kedua insan yang berpisah cukup lama. Bahkan mengeluarkan derasnya kebahagiaan nya melalui hujan.

"Mama harap pertemuan ini menjadi awal hubungan yang baik untuk kalian berdua." Batin nya memandang anak dan mantunya.

Arka tidak melepaskan pelukan nya, bahkan lebih erat dari sebelum nya.

"Apa kamu ingin membunuh ku dengan pelukan mu ini." Ucap Aqila sedikit sesak dengan tindakan yang di perbuat Arka.

"Maaf, aku gak bermaksud seperti itu, aku bahagia kamu sudah kembali." Melepaskan pelukan pada Aqila.

"Iya, tapi gak gini juga caranya, ini namanya kamu membunuh ku perlahan tanpa kamu sadari."

"Itu tidak akan terjadi. Aku sangat mencintai kamu, sangat dan sangat." Mendarat kan ciuman bertubi pada kening Aqila penuh cinta.………(Bersambung  Bab 91 )

Posting Komentar untuk "Bab 90 Pernikahan Di Atas Kertas "