Bab 89 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 89

Di ruang meeting Arka fokus mendengar prestasi klien yang
ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan Dirgantara grup.
Arka tidak menyadari jika sekarang waktu makan siang, hari
ini fokusnya pada kerjaan.
Yudha mencatat sedikit presentasi klien untuk pertimbangan
akhir.
"Sekian presentasi dari perusahaan kami." Tunduk
Hormat, lalu kembali duduk pada tempat nya.
"Sebelum memutuskan, kami akan berunding terlebih
dahulu." Ucap Yudha di balas angguk paham mereka.
Yudha menyodorkan hasil presentasi klien pada Arka, kedua
berunding serius dengan suara kecil yang tidak dapat di dengar mereka.
Keluarga Adijaya telah tiba di mansion utama. Setelah
mendarat di bandara, jemputan keluarga Adijaya sudah berada di parkiran, sesuai
perintah Daddy Rama.
"Princess apa sekarang mau langsung pergi?" Tanya
Mommy memandang Aqila yang sudah rapi.
"Iya Mom." Jawab Aqila.
"Maaf ya princess, Mommy dan Daddy gak bisa ikut antar,
tapi Mommy janji besok bakal kunjung princess."
"Kakak juga gak bisa antar Dek, maaf ya, tapi Kakak
janji besok bakal ikut Daddy dan Mommy kunjung." Ucap Farel menatap Aqila
berdiam diri di tempat.
"Iya Kak gapapa, Qila bisa maklumin, Daddy, Mommy dan
Kakak pasti cape setelah perjalanan jauh. Gak usah di pikirin Qila bisa
sendiri." Balas nya memahami posisi mereka saat ini pasti lelah dan
membutuhkan istirahat.
"Makasih Adik kakak yang cantik, baik dan perhatian
selalu mengerti keadaan keluarga nya." Puji Farel lega. Aqila dapat
memahami keadaan mereka saat ini.
Setelah berbincang kecil pada keluarga, Aqila pamit segera
balik, dia tidak sabar memberi kejutan dan melihat reaksi Arka dengan
kedatangan nya.
Apa reaksi Arka akan sama dengan pikiran yang sudah di
bayangkan atau sebaliknya. Di dalam Mobil Aqila terus diam mengarah mata pada
kaca memandang tembus jalan yang di penuhi kendaraan.
Sang supir melihat majikan nya terus diam sejak masuk tadi,
binggung.
30 menit melewati rute perjalan menuju kediaman Dirgantara,
Kini Aqila telah tiba, supir membantu menuruni barang bawaan Aqila.
"Apa perlu saya bantu sampai dalam Nyonya?" Tanya
sopir keluarga Adijaya memandang majikan nya.
"Tidak perlu, terima kasih, Bapak bisa pulang
sekarang." Jawab Aqila sopan.
"Baik jika begitu Bapak permisi, jaga kesehatan Nyonya
di sini." Pamit beranjak masuk ke dalam mobil.
Aqila berjalan masuk dan menekan bel.
Ting Nong...
Ting Nong...
Beberapa kali menekan bel, akhirnya pintu terbuka. Betapa
kaget Art melihat kedatangan Aqila. Setau mereka dari majikan nya, Nyonya Aqila
berada di Amerika melanjutkan pendidikan. Bahkan mereka sudah tau Aqila adalah
anak dari Rama Adijaya pengusaha ternama.
"Nyonya Aqila. Apa ini benar Nyonya Aqila? bukannya
kata Tuan dan Nyonya besar, Nyonya berada di Amerika dan akan balik 5 tahun
lagi? terus kenapa sekarang berada di sini? apa semua ini hanya halusinasi?
atau ini kembaran Nyonya Aqila? tapi apa mungkin ada yang semirip ini?"
Ujar nya kaget tidak percaya menatap orang di hadapan nya.
Melihat reaksi dan ucapan kaget Art, Aqila tersenyum.
"Assalamu'alaikum." Salam Aqila menatap Art yang
lupa mengucap salam, saking kaget melihat kedatangan nya.
"Eh,. Walaikumsalam." Ragu Art, menatap Aqila.
"Ini benaran Qila, Bibi gak lagi halusinasi, yang
dikatakan Papa dan Mama benar seharusnya Qila pulang 5 tahun lagi. Tapi tidak
jadi karena Qila menyelesaikan lebih cepat dari perkiraan waktu yang di
berikan."
"Jadi ini benar yang berada di hadapan Bibi sekarang
Nyonya Aqila?" Tanya Art tidak percaya, wajah bodoh penuh keraguan tidak
percaya jelas dari wajah nya.
"Iya Bibi lagi tidak berhalusinasi. Papa dan Mama
ada?"
"Ha iya, Tuan dan Nyonya ada di dalam. Mereka pasti
senang melihat kedatangan Nyonya." Antusias Art bahagia kedatangan Aqila.
Art tersebut bahagia hari yang di nantikan kini telah tiba,
kedatangan Aqila bagaikan lampion menerangi lingkungan gelap menjadi terang,
bahkan suasana yang sunyi menjadi rame kembali berwarna.
Semenjak kepergian Aqila, rumah kembali sepi seperti
kehilangan warna dalam kertas putih.
Aqila berjalan perlahan memandang setiap sudut ruangan yang
masih tetap sama sebelum dirinya pergi, bahkan tidak ada yang berubah pada
posisi benda di sini.
Papa dan Mama yang belum mengetahui keberadaan Aqila masih
terus berbincang kecil, tanpa menyadari keberadaan Aqila kini sudah berada di
hadapan kedua nya.
"Assalamu'alaikum." Salam Aqila memandang asyiknya
kedua mertua berbincang hingga tidak menyadari kedatangan nya.
"Walaikumsalam." Sahut kedua serentak sangat
familiar dengan suara tersebut.
Saling tatap dan kompak menoleh pada asal suara salam tersebut.
Papa dan Mama terperangkap kaget tak dapat berkata apapun,
selain diam saling pandang kembali, lalu berganti menatap orang di hadapan nya.
Halusinasi itulah yang di pikirkan keduanya.
"Apa Papa juga melihat?" Tanya nya pada sang
suami.
"Iya, Papa lihat."
"Apa terlalu rindu sama Qila hingga halusinasi saja
barengan seperti ini?" Tanya Mama tidak percaya dengan apa yang di lihat.
Aqila melihat reaksi mertua nya hanya tersenyum. Ucapan
mereka sungguh aneh.
"Papa dan Mama tidak sedang berhalusinasi, ini benaran
Qila." Berjalan mendekati kedua mertua, barang bawaan nya sudah di bawah
Art ke kamar.
"Pa, Mama dengar lagi."
"Iya, Papa juga sama."
Sekali lagi Qila tersenyum dengan perkataan kedua mertua
masih menganggap yang berada di hadapan mereka ini hanyalah sebuah kepalsuan
atau halusinasi.
"Pa, Ma, tidak halusinasi, ini benaran. Qila
menyelesaikan kuliah lebih cepat, makangnya sekarang sudah berada dan kumpul
bareng." Kata Aqila kembali menyakinkan.
***
Setelah meeting selesei, Arka kembali masuk ke ruangan.
Yudha setia mengikuti dari belakang.
"Bro serius gak lapar? apa perlu gue pesan online? gue
gak mau nanti di omelin Mama Diana di katain gue gak ingatin lho."Ucap
Yudha memandang Arka, jari tangan tak lepas dari komputer nya.
"Gue belum lapar, kalau gak ada yang lain silakan
tinggalkan ruangan ini." Kata Arka tanpa menoleh.
"Lho itu ya, di perhatiin bukannya bilang terima kasih,
malah ngusir. Dasar aneh." Ucap Yudha beranjak keluar dari
ruangan."Apa yang ada di otak Nona Aqila hingga memaafkan pria ini,
sungguh malang nasib Nona Aqila pasti nyesal." Gumam nya.
Tanpa terasa, waktu menunjukkan pukul 16:00 Sore, banyak
staff karyawan kembali ke rumah masing-masing. Begitu dengan Arka yang sudah
siap untuk balik.
Arka mengendarai mobil dengan santai tanpa terburu-buru.
Macet sudah sering, namun kali ini berbeda karena dia tidak mengoceh.
Mobilnya kini sudah masuk di arena lingkungan Dirgantara.
Arka keluar dan melangkah masuk ke dalam.………(Bersambung Bab 90 )
Posting Komentar untuk "Bab 89 Pernikahan Di Atas Kertas "