Bab 88 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 88

Pagi ini semua anggota keluarga Adijaya bersiap untuk balik
ke Indonesia, kali ini kepulangan mereka menggunakan jet pribadi.
Mereka sedikit santai tidak seperti sebelumnya mengejar
waktu.
Aqila sudah mengemas barang dari semalam, setelah pulang
dinner keluarga.
Di kamar Aqila memandang sekeliling sudut ruangan yang sudah
di tempati dua tahun lebih, banyak kenangan di lalui di kamar ini.
Mata menatap rindu dan berat harus meninggalkan kamar yang
sudah membuat nya nyaman berada di sini.
Di ruang keluarga, semua duduk santai berbincang dengan
sedikit snack pelengkap obrolan kumpulan keluarga.
Mereka sudah siap, sekarang sedang menunggu Aqila yang belum
juga turun.
"Bian, serius dengan keputusan kemarin?" Tanya
Mommy menatap Bian duduk memainkan benda pipi di tangan.
"Iya, Mom. Bian sudah pikir kan ini jauh hari, jadi
tidak perlu ada yang harus di ragukan." Balas Bian menghentikan keasyikan
pada ponsel dan memandang balik memberi keyakinan penuh.
"Baiklah, Mommy senang Bian sangat menyayangi Princess
sampai segini nya. Semoga kasih sayang Farel dan Bian sampai mati, tidak pernah
pudar." Kata Mommy.
Semalam setelah pulang dinner keluarga, Bian menyampaikan
niat nya yang akan menetap di Indonesia dan menyerahkan semua pekerjaan pada
staff kepercayaan nya. Dia akan bekerja dari jauh dan akan turun tangan jika
keadaan benar mendesak tidak bisa di kontrol atau di kendalikan orang lain.
Awal nya, Daddy kaget dengan keputusan dadakan yang Bian
katakan, namun setelah mendengar penjelasan nya, dia mengerti dan paham yang di
rasakan Bian hingga berani mengambil keputusan besar ini.
"Iya Mom, itu akan selalu."
"Mommy jangan khawatir kasih sayang Farel pada Qila
akan permanen tidak akan pudar." Timpa nya pada perkataan Bian.
"Senang Mommy dengar nya. Satu hal yang perlu Farel dan
Bian ingat. Meski Qila sudah menikah dan sebentar akan kembali ke rumah
suaminya, tetap lindungi Qila." Pesan nya menatap bergantian pada kedua
anak nya.
"Iya, itu sudah pasti, Farel akan selalu menjaga Qila."
"Bian juga Mom." Timpa nya berjanji.
"Ini baru namanya putra sejati keluarga Adijaya, kompak
dan bersatu." Ucap bangga Daddy terharu.
Kasih sayang kedua putra nya sudah menjelaskan, sayang
begitu dalam melebihi orang tua.
15 menit berbincang kecil, Aqila juga belum datang.
"Kemana princess? kenapa jam segini belum juga turun?
Bian coba cek ke atas!" Perintah Daddy.
"Baik Dad." Sahut Bian beranjak bangkit pergi
menuju kamar Aqila.
Tok...
Tok...
Tok...
"Qila." Panggil Bian, setelah mengetuk pintu tidak
mendapat sahutan dari dalam.
"Apa yang di lakukan Qila di dalam?" Gumam Bian,
langsung menerobos masuk ke dalam.
Mata nya terperangkap kaget tidak melihat seorang pun di
kamar Aqila.
"Dimana Qila? kenapa tidak ada, pantas ketukan ku tak
di dengar." Ucap Bian mengeledah arah mata setiap sudut ruangan.
Melihat tidak ada jejak keberadaan pergi Aqila ke mana. Bian
berinisiatif ke balkon kamar, dia yakin jika semua tempat tidak ada pasti
disana.
Dan ternyata dugaan Bian tepat, Aqila sekarang berada di
balkon menikmati udara pagi yang sejuk, kedua tangan di tegak lurus rileks,
mata di tutup.
Bian melihat hal tersebut berjalan mendekati Aqila dan ikut
apa yang dilakukan nya.
"Kenapa di sini? apa ada sesuatu yang Qila
pikirkan?" Tanya Bian dengan posisi berdiri menutup mata dan tangan di
buka lebar.
Mendengar suara Bian bertanya, Aqila kaget langsung membuka
mata dan menghentikan aktivitas, menoleh menatap Bian yang melakukan aktivitas
nya.
"Kakak sejak kapan di sini?" Tanya balik Qila
tidak menjawab pertanyaan Bian.
Bian menjatuhkan tangan, membuka mata dan menatap Aqila.
"Barusan sekitar 3 menit. Apa yang Qila lakukan di
sini? apa ada sesuatu yang di pikirkan?" Tanya ulang Bian menatap lekat
adiknya diam kembali memandang lurus pemandangan di depan.
"Tidak ada kak, Qila hanya ingin menghirup udara
sebelum benar berangkat." Jawab Qila tanpa menoleh.
"Apakah benar begitu, gak ada lagi yang Qila pikirkan selain
itu?" Tanya nya kurang yakin jawaban nya.
"Benar kak, Qila gak bohong." Ucap yakin.
"Yah sudah kalau begitu ayo masuk, semua sudah pada
tungguin Qila." Ajak nya mengandeng ujung tangan Aqila.
Aqila menerima gandengan tersebut dan berjalan masuk.
"Orang yang di tunggu akhirnya datang juga, sedang apa
diatas? kenapa baru datang?" Tanya Farel memandang kedatangan kedua
adiknya bergandengan tangan.
"Hehehe, maaf." Ucap Aqila mengangkat kedua jari
membentuk huruf V. Yang sudah menjadi kebiasaan nya.
"Iya gapapa, sekarang Princess sudah datang, kita
langsung berangkat saja." Ucap Daddy.
***
Di kamar Arka sudah bersiap diri untuk berangkat kerja, hari
ini ada beberapa pertemuan dengan klien.
Mood nya sedang bagus setelah semalam mendapat kabar dari
Aqila. Sekarang dia tak lagi uring-uringan seperti sebelumnya.
Arka keluar menuruni anak tangga satu persatu.
"Pagi, Pa, Ma." Sapa Arka lalu menjatuhkan bokong
pada kursi.
"Pagi juga Kaka." Serentak kedua.
"Hari ini Ka, pulang cepat seperti kemarin atau kembali
normal?" Tanya Mama melihat wajah Arka tidak seperti kemarin di tengkuk
seperti kenebo kering.
"Normal." Jawab Arka, lalu memasukkan roti kedalam
mulut.
"Apa sudah ada kabar dari Qila?
"Sudah, kalau belum tidak mungkin Arka bisa seperti
ini." Jawab, kembali mengunyah makanan.
Mereka makan sambil berbincang kecil, di keluarga Dirgantara
tidak ada larangan makan harus diam seperti keluarga Adijaya cukup denting
piring dan sendok yang berbunyi tidak boleh ada suara orang di dalam meja
makan.
Mereka membebaskan kan siapapun bicara di dalam meja makan,
asal tidak menganggu.
"Apa rencana kamu sudah bulat Ka, setelah Qila balik
mau pindah? kenapa gak mau tinggal sama Papa dan Mama?" Tanya Mama sedih
mengingat keputusan beberapa hari Arka yang ingin hidup mandiri dengan keluarga
kecil.
"Iya, Ma. Rumah nya sudah Arka siapkan, hanya menunggu
kepulangan Qila." Jawab Arka.
Dia sudah berpikir lama tentang hal ini, dia ingin menjalani
kehidupan rumah tangga berdua tanpa campur tangan dan pengawasan orang tua nya.
"Mama akan merindukan kalian nanti." Lirih Mama.
"Mama jangan sedih, nanti Arka dan Qila akan sering
berkunjung ke sini lagian sekarang masih lama, Qila juga belum menyelesaikan
pendidikan di sana, Mungkin satu tahun lagi baru selesai itu sih kalau cepat
kalau gak satu tahun lebih." Kata Arka yang belum tau jika saat ini
pendidikan Qila sudah selesai, bahkan sekarang dalam perjalanan ke Indonesia.
"Iya, Kak."
Arka merogoh saku celana mengambil ponsel melihat satu pesan
dari Yudha langsung bangkit.
"Pa, Ma. Arka berangkat dulu, klien sudah menunggu di
kantor." Bangkit Arka berjalan menyalim punggung kedua orang tuanya.
"Hati-hati di jalan jangan ngebut, ingat makan tepat
waktu." Pesan Mama.
"Iya."………(Bersambung Bab 89 )
Posting Komentar untuk "Bab 88 Pernikahan Di Atas Kertas "