Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 87 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 87

Mendengar perkataan Mama seperti itu, Arka menggeleng kepala.

"Mama jangan berkata seperti itu, Mama tega lihat Arka hancur jika Qila kenapa-napa." Protes tidak terima.

"Kenapa salahin Mama? kan, Mama ingatin kamu, bukan katain."

"Sudah, Arka malas kalau di sini hanya bikin pusing, mending tadi Arka masuk saja." Bangkit Arka meninggalkan Papa dan Mama.

"Di nasehati kok, jadi ngambek. Maksud Mama kan, baik mau ingatin bukan katai. Emang kata-kata Mama ada yang salah ya Pa?" Tanya Mama.

"Tidak salah, hanya saja sekarang Arka lagi sensitif, tau sendiri Qila gak angkat telpon nya. Jadi biarin saja dia tenang, nanti kalau udah normal balik lagi kayak biasa."

"Iya, Papa benar. Zaman sekarang anak muda kalau sudah cinta ada saja kelakuan mereka, galau, sedih, senang dan lain laginya."

"Mama kayak gak pernah mudah saja."

"Pernah Pa, tapi tidak seperti ini juga."

***

Tiba di kamar Arka langsung membuang jas sembarang arah, dan menjatuhkan diri pada kasur empuk.

Menatap langit atap dengan perasaan penuh khawatir terhadap Aqila. Arka pusing harus melakukan apa. Mencoba hubungi ulang masih tetap sama, aktif tapi tidak angkat.

"Qila kamu di mana jangan bikin aku khawatir seperti ini, please angkat telpon ku, jika kamu terus seperti ini, aku bisa gila." Kata Arka memijit pelipisnya.

Ting... 💌

Arka yang cemas mendengar dering telpon langsung mengambil cepat ponsel.

Melihat nama pengirim pesan, orang yang sudah hampir membuat dirinya gila. Tidak menunggu lama Arka membuka isi pesan tersebut.

Istriku 💞

Maaf, Aku gak bisa angkat telpon, hari ini jadwal ku padat. Jangan khawatirkan aku, aku disini baik. Jaga kesehatan mu, jangan terlalu forsi dengan kerjaan.

Begitu lah pesan dari Aqila.

Arka menarik nafas lega mengetahui Aqila baik-baik saja.

"Alhamdulillah." Lega Arka, lalu membalas pesan Aqila.

^^^Alhamdulillah, Aku khawatir sama kamu. Lain kali jangan ulangi lagi, Kamu hampir bikin aku gila seperti ini. Jaga kesehatan aku merindukan mu.💘😘^^^

Arka bangun meletakkan ponsel di meja samping tempat tidur. Dan bangun menuju kamar mandi. Dirinya sedikit lega mendapat kabar jika Aqila baik.

***

keluarga Adijaya telah berada di rumah, setelah menghadiri cara wisuda dan melihat langsung putri nya mendapat penghargaan menjadi kebanggaan tersendiri untuk mereka.

Tidak lupa Farel merekam dengan camera bawaan nya.

Farel bahagia melihat senyum lepas Aqila.

"Qila setelah ini, kamu mau ikut bareng kita ke Indonesia atau gimana?" Tanya Farel memandang Aqila sibuk bermain ponsel, entah apa yang dilakukan, membuat Farel penasaran.

"Qila ikut." Jawab tanpa menoleh, mata masih fokus pada benda kecil di tangannya.

Melihat respon seperti ini, Farel langsung mengambil ponsel ditangan Aqila.

"Kakak, kenapa ambil ponsel Qila." Kaget melihat ponsel nya sudah berpindah, tidak lagi berada di tangannya.

"Apa yang kamu lakukan kenapa serius sama ponsel. Apa wajah kakak berada di dalam sini." Tunjuk pada ponsel Aqila.

"Issh, kakak apaan sih, Qila lagi balas pesan Arka, kasihan sejak pagi telpon tidak Qila angkat, makangnya Qila kirim pesan biar gak khawatir." Jelasnya, lalu mengambil balik ponsel di tangan Farel, namun tidak semudah itu.

"No, biarkan sih bodoh itu khawatir, sekali-kali terapi otak." Ucap Farel mengatai Arka. Aqila mendengar perkataan Farel tidak terima.

"Sih bodoh yang kakak maksud itu suami Qila!" Tatap kesal pada Farel, sudah 2 tahun lebih ini, tetap saja memanggil Arka dengan panggilan bodoh.

Aqila mencoba sabar dengan panggilan Farel pada Arka mungkin efek kesal dan marah dengan kelakuan dulu, tapi kelamaan di biarkan panggilan tersebut tidak hilang malah tambah melekat.

Melihat tatapan kesal Aqila padanya, Farel acuh tak peduli. Hal tersebut semakin menambah kekesalannya.

Bian melihat Aqila kesal tidak tega.

"Farel jangan jahil seperti ini, kembali kan ponsel Qila." Bujuk Bian.

"Tidak, hari ini ponsel Qila aku sita biarkan si bodoh itu terapi, kapan lagi terapi gratis seperti ini." Kata Farel tanpa dosa.

"Kakak!" Teriak Aqila kesal."Daddy lihat Kakak, ponsel Qila di ambil." Aduh memasang wajah sedih agar di bantu.

Melihat wajah sedih Aqila, Daddy menjadi gemas Qila terlihat seperti tidak sedih melainkan seperti anak kecil meminta pertolongan.

"Farel jangan jahil begini, cepat kembalikan ponsel Qila, kasihan suami nya pasti khawatir. Makangnya sudah Daddy bilang segera nikah biar puas jahil sama istri, jangan sama istri orang. Ingat umur sudah tua, tidak mudah lagi." Mengingatkan Farel untuk segera menikah.

"Qila memang istri orang, tapi adik Farel." Membenarkan perkataan Daddy sedikit salah.

"Tetap saja Farel, jadi kapan kamu mau temui calon kamu sama Daddy dan Mommy?"

"Kenapa sekarang bahas Calon, sudah Farel bilang dari dulu dan sekarang serta seterusnya Farel tidak akan menikah. Memiliki Mommy Dan Qila itu sudah lebih cukup, Farel tidak ingin menambah satu wanita dalam kehidupan Farel!" Tegas Farel.

"Itu beda sayang, Mommy tetap Mommy Ibu kamu, Princess tetap princess adik kamu dan pasangan itu adalah hal yang utama seperti Mommy dan Daddy sekarang. Pendamping yang akan menemani kamu sampai usia tua. Apa kamu tidak ingin memiliki anak. Masa ingin terus seperti ini?" Tanya Mommy.

"Keputusan Farel sudah bulat. Soal anak? Farel rasa tidak perlu, anak Qila bakal Farel anggap anak sendiri." Jawab santai tanpa ragu.

"Sayang, biarkan masa lalu menjadi masa lalu, jangan di ingat dan dibawa ke masa depan, semua tidak baik, tidak semua perempuan itu sama, bukti nya kayak Mommy dan adik kamu." Jelasnya, tau masa lalu Farel hingga sulit membuka hati dan mempercayai wanita lagi, selain Mommy dan Aqila.

"Tidak Mom, keputusan Farel tidak bisa di ganggu gugat, jadi maaf jika lagi dan lagi mengecewakan Mommy dan Daddy."

"Sudah bicara nya nanti, sekarang kita rayain keberhasilan Aqila yang meraih gelar sarjana." Ucap Bian mengambil alih mengubah topik.

Melihat topik pembicaraan yang sudah sangat jauh dari pembicaraan awal, Bian langsung membuka suara, menghilangkan situasi tidak enak seperti ini pada sebelumnya yang pernah terjadi.

"Qila ganti baju sana, Dad, Mom, Rel jangan lupa ganti baju, 15 menit berkumpul lagi di sini." Bangkit Bian, di ikuti Aqila dan Farel, namun berbeda jalur arah tempat.

Tiba di kamar Qila meletakkan ponsel, lalu menuju lemari mencari pakai yang cocok dan sesuai untuk makan malam mereka.

Saking semangat mencari pakaian, Aqila tidak mendengar dering ponsel sejak mencari pakaian terus berbunyi.

Aqila bernyanyi kecil senang bisa menyelesaikan pendidikan lebih cepat, dia tidak sabar ingin memberi kejutan pada Arka.

Membayangkan reaksi dan wajah Arka yang akan kaget melihat kedatangan, terus membuat Aqila tersenyum sendiri. Menggambar kan reaksi Arka dengan pikiran nya sudah membuat Aqila tersenyum, bagaimana jika melihat langsung pasti lucu.

"Aku tidak sabar menunggu besok." Sambil memilih pakaian namun tidak ditemukan yang cocok, lalu menutup pintu lemari, berpindah pada lemari satu………(Bersambung  Bab 88 )

Posting Komentar untuk "Bab 87 Pernikahan Di Atas Kertas "