Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 86 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 86

Yudha sudah memberi peringatan dengan suara tegas, namun apa yang dilakukan Siska? masih saja acuh tidak takut, menganggap peringatan tersebut hanya angin yang tidak berani Yudha lakukan.

Muak dengan kelakuan keras kepala Siska, Yudha langsung menyeret Siska dengan kasar meski terus berontak tidak di peduli kan, Siska sudah membuat otaknya hampir pecah, karena wanita gila di depan nya ini semua tugas tertunda hingga dia harus mengerjakan dari awal.

"Lepas kan, apa begini cara kau memperlakukan perempuan?" Berontak Siksa minta di lepaskan.

"Tergantung sikap wanita tersebut, jika seperti kamu sudah dipastikan seperti ini." Jawab Yudha terus menyeret paksa Siska.

"Dasar pria brengsek! tunggu kau balasan dari ku nanti!" Maki Siska, tidak di peduli kan Yudha seakan tuli dengan perkataan yang di ucapkan.

Semua karyawan yang berada di sana melihat kejadian yang pernah terjadi bahkan masih dengan wanita yang sama.

Karyawan berbisik sesama rekan kerja melihat hal yang sama terulang kembali.

"Lihatlah perempuan itu tidak ada malu, meski sudah di perlakuan seperti itu masih saja datang." Ucap A.

"Jadi wanita seperti tidak ada harga diri saja. Syukur Pak Arka tidak bersama dengannya, jika iya kasihan kehidupan Pak Arka kedepan nya." Sambung B.

"Tapi, apa alasan Pak Arka berpisah dengan Nona Siska? bukannya dulu mereka sangat lengket bahkan setiap hari Nona Siska selalu menemani. Kenapa mendadak menolak keras?" Tanya C.

"Pasti terjadi sesuatu, tapi gue bersyukur Pak Arka tidak bersama dia. Belum jadi istri saja dia sudah semena-mena bagaimana kalau benaran jadi istri?" Balas B. Mengingat sikap Siska sewaktu dulu masih menjadi kekasih Arka.

"Lho benar, Pak Arka masih di berkati sang Kuasa hingga di beri petunjuk yang benar."

"Sudah, mending kita lanjutkan nanti di dengar Pak Arka atau Pak Yudha, tamatlah riwayat kita."

***

Di dalam ruang kerja, Arka mendadak kepikiran sama Aqila, entah kenapa otak nya gelisah.

Perasaan mengatakan ada sesuatu yang terjadi sama Aqila.

"Ada apa dengan perasaan ku? kenapa mendadak seperti ini? Apa Qila di sana baik-baik saja, sejak malam telpon nya susah di hubungi." Khawatir Arka tidak biasa Aqila seperti ini, jika tidak ada kabar sebelumnya Aqila akan memberi kabar. Namun sekarang hilang total.

Arka kembali mengambil ponsel segera menghubungi Aqila, kali ini sambungan nya nyambung tapi tidak di angkat.

"Tadi tidak aktif, sekarang aktif tapi tidak diangkat, kemana kamu Qila? jangan bikin aku khawatir seperti ini, jika tidak mengingat syarat gila dari kakak mu, sudah dari jauh hari aku menyusul dan tinggal bersamamu. Biarkan semua urusan kerjaan aku berikan pada Yudha yang handle." Cemas Arka meremas acak rambutnya.

Arka bangkit dan berjalan mondar-mandir tidak jelas. Ponsel nya tidak lepas dari genggam tangan, dia terus menghubungi Aqila.

Berulang kali terus menghubungi dengan jawaban yang sama, Arka memasukkan ponsel di saku celana, menutup layar laptop, menyambar kunci mobil, lalu berjalan keluar dari ruangan

Yudha melihat Arka melangkah pergi dari ruangan segera keluar menyusul.

"Pak Arka." Panggil Yudha, jika berada di lingkungan umum akan memanggil sama dengan staff lain, jika hanya berdua akan memanggil nama.

"Ada apa?" Masih terus melangkah jalan di ikuti Yudha.

"Hari ini, jam 14:00 siang ada meeting dengan klien dari Singapura. Mereka ingin membahas proyek pembangunan. Mereka juga menitip pesan Pak Arka datang sendiri tanpa minta di wakili." Jelas Yudha menyampaikan sesuai permintaan klien.

"Kenapa seperti itu?" Tanya Arka berhenti mendadak dan Yudha sejak tadi mengikuti dari belakang kaget tanpa sadar menabrak Arka.

"Lho gak punya mata!" Marah Arka.

Mood yang sedang kurang baik di buat lebih tidak baik.

Yudha melihat aneh Arka mendadak marah hanya karena hal sepele menjadi bingung.

"Lho lagi pms ya?" Bisik Yudha dan langsung mendapat jitakan telak pada jidat nya.

"Auwh, kenapa di pukul? Sakit tau, emang salah nya di mana dengan pertanyaan gue ini?" Mengelus jidat yang jitak Arka.

"Kalau bicara pikir dulu, lho pikir gue pria apaan, hah?"

" Sorry, habisnya lho mendadak sensitif marah tidak jelas."

"Hmm, lho urus saja klien dari Singapura, jika mereka bertanya kenapa gue gak bisa datang? bilang saja ada urusan mendesak yang tidak bisa di tinggal, kalau mereka tidak terima dengan alasan nya, langsung batalkan kerja sama dengan mereka." Pesan Arka lalu berjalan pergi, Yudha mendengar lagi dan lagi dia yang harus menangani klien memijat kepala yang tidak pusing mendadak pusing.

Sebenarnya itu hanya alasan nya berkata jika klien ingin bertemu langsung agar dia tak minta di wakili seperti ini, namun rencana nya gagal malah sekarang rencananya kena pada dia sendiri.

"Kenapa gue lagi? sudah bersusah payah menyusun, tetap saja gagal." Kesal Yudha memandang kepergian Arka sudah jauh dari hadap nya.

Arka melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Hari ini entah kenapa dia ingin pulang cepat dan mengistirahatkan diri di rumah dari pada di kantor. Padahal di kantor juga ada ruang pribadi untuk nya, tapi dia tetap memilih rumah.

30 Menit mengendarai mobil. Kini mobilnya sudah terparkir rapi di kediaman Dirgantara.

Papa dan Mama melihat kedatangan Arka lebih awal dari sebelumnya bingung, baru beberapa jam di kantor kenapa sekarang sudah balik.

Melihat wajah anaknya tidak seperti pagi saat berangkat, membuka suara bertanya.

"Ka, kamu kenapa? tumben pulang cepat, ini masih jam 10. Apa kamu sakit?" Khawatir Mama bangkit mendekati Arka dan meletakkan tangan di jidat, tidak panas.

"Badan kamu gak panas, terus kenapa kamu pulang cepat? apa ada masalah di kantor?" Tanya Mama menarik Arka untuk duduk.

Arka mengikuti dan duduk di samping Mama.

"Ka, kenapa? kalau ada sesuatu yang menganggu pikiran, ceritakan saja, jangan di pendam. Sedikit bercerita pasti akan sedikit tenang, percaya sama Mama." Menyakinkan Arka menatap wajah yang jelas sedang ada sesuatu yang di pikirkan.

Arka berpikir tidak ada salah menceritakan apa yang membuat pikiran nya tak konsen kerja, hingga memilih pulang seperti sekarang.

Lagian perkataan Mama ada benarnya, sedikit bercerita dapat membuat sedikit lebih tenang. Meski tidak semua, tapi sedikit itu sudah mending.

"Jadi begini Ma, sejak malam Arka hubungi Qila nomornya tidak aktif, dan pagi saat Arka hubungi nomor nya nyambung tapi tidak di angkat. Sebelumnya Qila tidak pernah seperti ini, jika ada sesuatu dia langsung kabari dari jauh hari bukan seperti ini tidak ada kabar. Kan, Arka jadi cemas takut Qila kenapa-napa di. Jika tidak ingat sama syarat pemberian Kakak Qila mungkin sekarang Arka sudah nyusul Qila, bukan seperti ini tidak bisa melakukan apapun." Jelas Panjang lebar hal yang membuat nya tak fokus.

Papa dan Mama mendengar cerita anak nya tersenyum geleng kepala betapa khawatir hanya karena tidak mengangkat telpon.

"Ka, mungkin Qila lagi sibuk. Jangan berpikir negatif, bagaimana jika pemikiran mu jadi kenyataan, karena omongan dan kecemasan suami kadang bisa menjadi doa." Kata Mama………(Bersambung  Bab 87 )

Posting Komentar untuk "Bab 86 Pernikahan Di Atas Kertas "