Bab 85 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 85

Malam berganti pagi, pagi berganti malam waktu terus
berputar cepat, tanpa terasa sudah 2 tahun 6 bulan Aqila dan Arka berpisah.
Hari ini 25 Maret 2022, Aqila akan melangsungkan wisuda nya.
Aqila berhasil menyelesaikan kuliah lebih cepat dari target, semua berkat
kepintaran yang di turun kan keluarga pada dirinya.
Aqila meminta keluarga nya untuk menyembunyikan ini dari
Arka, biarkan semua ini menjadi kejutan sebagai hadiah sudah menepati syarat
untuk tidak menemui nya, meski setiap hari selalu di ganggu dengan telpon
bahkan video call.
Tiada kata absen Arka menghubungi Aqila berkata rindu, tidak
kuat, pengen mati dan lainnya hingga Aqila tidak tega dan ikut sedih.
Menjalani hubungan LDR tidak membuat hubungan menjadi
renggang melainkan semakin dekat.
2 Tahun 6 Bulan menjelaskan isi hati nya, telah jatuh cinta
pada Aqila.
Semua anggota keluarga Adijaya menghadiri acara Wisuda
Aqila.
"Princess, Mommy bangga sama kamu, selain cantik dan
baik hati, kamu juga cerdas seperti Kakek mu. Jadilah Princess yang selalu
dapat membanggakan keluarga." Ucap nya lalu memeluk Aqila.
"Semua ini berkat Daddy dan Mommy yang sudah mewariskan
pada Qila." Memeluk balik Mommy bahagia dapat menyelesaikan pendidikan
lebih cepat dari perkiraan awal.
Aqila masih belum percaya dapat menyelesaikan pendidikan nya
lebih cepat seperti sekarang ini. Semua terasa mimpi namun inilah kenyataan
yang di sadari saat mencubit pipi sendiri.
Cubitan pada diri sendiri terasa sakit hingga ia sadar ini
nyata bukanlah mimpi.
"Tidak seperti itu juga, jika tidak ada niat princess
untuk belajar tidak mungkin princess bisa, jadi stop untuk merendahkan diri
sesekali terima untuk meroket, karena tidak tiap hari meroket dengan pujian
bukan?" Senyum Mommy setelah berkata memandang putri nya.
"Benar kata Mommy kamu. Princess anak keluarga Adijaya,
tegak kan kepala terima pujian tanpa harus merendahkan diri, kamu harus
terbiasa dengan segala pujian dari keluarga atau orang lain di luar sana,
karena keluarga Adijaya selalu di puji entah itu dari orang luar atau dalam,
tapi bukan karena sering di puji jadi besar kepala dan sombong. Sifat sombong
itu temannya setan, jadi jangan sekali sombong kalau tidak ingin dosa."
Nasehat bijak Daddy memandang putri nya.
"Iya Dad, Qila akan akan usahakan dan selalu ingat
nasihat Daddy." Janji Aqila mengangkat kedua jari membentuk huruf V dengan
menampilkan senyum manis.
***
Di kantor Arka di tumpuk kan dengan dokumen, tiap hari
kerjaan nya selalu mengencani kertas-kertas saking tidak pernah bebas memandang
penuh cinta pada dokumen.
Hari-hari nya sedikit berubah dalam kehidupan, semenjak
kepergian Aqila dan kesempatan yang di berikan.
Meski Siska sesekali masih keras kepala datang menemui Arka,
namun sekali tidak pernah di gubris.
Siska hanya angin lewat bagi Arka. Datang membuat rusuh
hingga menjadi bahan tontonan pengawai yang berada di sini Siska tidak peduli.
Arka kehabisan akal hingga melepaskan semua pada Yudha.
Yudha yang diberikan tugas mengurus wanita gila bernama Siska, menarik nafas
frustasi, kenapa harus dia lagi setiap ada masalah pribadi.
Yudha berpikir apa Arka hanya tau membuat masalah, tapi
tidak tau menyelesaikan, jika benar bagaimana bisa menjadi pemimpin kalau
masalah pribadi saja tidak bisa di atasi.
"Ada apa?" Terus terang Arka malas berbicara
panjang, saat ini sedang sibuk, tapi malah di ganggu dengan sambungan telepon.
"Ada mantan kekasih lho di lobi. Gua udah cegah tapi
terus paksa mau ketemu lho. Mending lho iyakan saja, sumpah gue gak sanggup
urusan wanita gila ini." Menyerah Yudha tidak tau harus melakukan apalagi,
Siska keras kepala berkali-kali di bentak, di caci, di maki dan di usir tetap
saja kembali lagi.
"Itu urusan lho, gue lagi sibuk jangan hubungi gue
hanya untuk kabari ini jika tidak ingin gaji di potong." Ancam Arka
sebelum mematikan sambungan telepon.
"Sial, ini masalahnya kenapa harus gue yang urus. Jika
begini terus gue bisa mati muda." Gumam kecil Yudha, lalu berbalik
menghadap Siska yang setia duduk di kursi lobi.
"Nona Siska yang terhormat, saya mohon dan sangat
memohon kepada nona untuk segera meninggal kan kantor ini. Pak Arka tidak bisa
di ganggu. Jika ingin bertemu silakan di lain tempat jangan disini. Apa Nona
tidak malu setiap kemari selalu di perlakuan kasar. Jagalah sedikit saja harga
diri sebagai wanita jangan seperti ini. Jika sudah di tolak maka sadarlah dan
berhenti mengejar. Seharusnya pria yang mengejar wanita bukan sebaliknya. Jika
saya menjadi nona pasti sangat malu dan saat ini tidak akan berdiri disini
saking malu nya berkali-kali di perlakuan buruk di depan umum, bahkan menjadi
tontonan." Ucap Yudha panjang lebar tanpa sadar menyuruh Siska untuk
mengingat kembali.
"Kau siapa berani berkata seperti itu! Bos saja tidak,
sok tegur. Ingat posisi kau disini hanya bawahan tidak lebih." Maki Siska
tidak terima dengan ucapan Yudha.
"Saya memang bukan Bos, dan saya sadar saya hanyalah
bawahan, tapi saya berhak melarang siapapun yang ingin menemui Pak Arka. Saya
di beri pesan langsung dari Pak Arka untuk tidak menerima tamu seperti Nona.
Sebenarnya Nona Malu sebagai wanita, bukan seperti semakin di tolak semakin
gencar." Kata Yudha mencibir jijik.
"Saya tidak percaya, Arka tidak mungkin bicara seperti
itu! Saya ini cinta pertama dan terakhir nya. Pasti kau mengarang cerita agar
saya tidak bertemu dengan Arka kan?" Tuduh Siska ngotot tidak percaya.
"Mengarang cerita? saya tidak ada waktu mengarang
cerita seperti yang di tuduhkan Nona, Bukan sebaliknya Nona lah yang pandai
mengarang cerita?" Ucap Yudha membalikkan pertanyaan pada Siska.
"Dasar karyawan kurang ajar, awas kau jika saya sudah
kembali pada Arka akan saya pecat dan blacklist nama kau di semua perusahaan,
biar menjadi miskin." Ancam Siska, membuat Yudha mendengar hal tersebut
tersenyum mengejek.
"Silakan saja jika Nona bisa, tapi saran saya mending
Nona jangan berpikir terlalu tinggi nanti jatuh. Takutnya benturan dari jatuh
terlalu tinggi dapat membuat Nona gila." Ejek Yudha.
"Kau!" Geram Siska, lalu mendorong paksa Yudha
ingin masuk menemui Arka dan mengadu semua sikap karyawan kurang ajar padanya.
Hal tersebut tidak di biarkan Yudha, dia menahan kuat hingga
Siska tidak bisa terobos masuk.
"Saran saya mending Nona pulang, percuma tetap disini
Pak Arka tidak ingin menemui Nona."
"Tidak, apa hak kau mengatur saya mau pulang atau tidak!
Sekarang menyingkir lah dari hadapan saya." Geram Siska menatap marah pada
Yudha selalu saja mencegah dirinya bertemu Arka.
"Jawaban saya akan selalu sama, tidak. Sekarang Nona
pulanglah, sebelum batas kesabaran saya habis hadapi Nona yang keras kepala
seperti ini." Mengingat kan Siska yang bersikap acuh dengan peringatan nya………(Bersambung
Bab 86 )
Posting Komentar untuk "Bab 85 Pernikahan Di Atas Kertas "