Bab 84 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 84

Arka melihat kelakuan kakak ipar nya menggeleng kepala.
Sungguh jahil kenapa di situasi menegangkan seperti ini masih bisa becanda. Apa
saja yang dipikirkan.
Daddy dan Mommy melihat aksi Farel seperti biasa. Hanya diam
tanpa ikut campur. Mereka tidak kaget lagi hal seperti ini biasa Farel lakukan
untuk memancing amarah lebih besar pada lawannya.
"Kamu!" Bentak Papa Lion di sikapi Farel santai
dengan nada tinggi nya.
"Kenapa marah? niat saya baik memberi Bapak minum. Saya
cemas lho takut Bapak kenapa-napa. Bapak sangat berjasa bagi kami keluarga
Adijaya, apa salah saya memberi sedikit perhatian sebagai ucapan terima
kasih." Ucap Farel menekan kata Adijaya.
Sontak kedua orang tersebut kaget mendengar kata Adijaya.
"Ka_kalian ke_luarga Adijaya?" Terbata-bata Papa
Lion tidak percaya dengan apa yang baru di dengar.
Semua ucapan Farel seperti petir seakan mendadak langsung
mengenai pikiran hingga terus memikirkan.
"Kenapa Bapak gugup seperti itu? apa ada yang salah
dengan perkataan saya barusan?" Ucap Farel berlagak tidak tau kenapa
ekspresi mereka mendadak berubah.
Kedua nya diam tak berkata, mengetahui siapa orang di hadap
mereka ini, mendadak membuat nyali menjadi menciut. Awal terus berkoar tidak
henti mendadak berubah seperti anak kucing takut kehilangan induk.
Farel melihat pucat nya kedua orang di hadap nya ini setelah
mengetahui mereka adalah keluarga Adijaya, diam kehabisan kata dalam berucap.
"Tidak usah takut seperti ini, bersikaplah seperti
biasa, saya dan orang tua saya tidak akan tega menghancurkan Bapak dan Ibu,
kami masih memiliki hati." Menatap kedua orang tersebut terus menunduk.
Dan Daddy Rama memberi kode pada Farel untuk diam biarkan dia bicara sekarang.
"Kedatangan awal kami dengan tujuan ingin berterima
kasih pada kalian yang sudah merawat dan membesarkan putri kami, namun semua
tidak jadi setelah mengetahui kenyataan ini, kalian pasti memperlakukan Putri
kami sangat buruk bukan?" Tanya Daddy Rama.
"Diam kalian sudah menjawab pertanyaan saya, iya. Jadi
pembicaraan kita sampai di sini saja, sebelum saya dan keluarga saya pergi, ada
satu hal yang ingin saya ingat kan pada kalian. kesalahan kali ini akan saya
maafkan, tapi tidak untuk lain waktu. Jika sedikit saja mulut kalian kembali
mengatai anak saya, maka tidak akan ada toleransi, terima sendiri resiko dari
perbuatan kalian." Tegas Daddy menatap tajam bergantian memperingati keduanya
sebelum pergi dari tempat ini.
Mereka bangkit dari duduk dan Daddy langsung menyodorkan
secarik cek di meja tepat di hadapan kedua orang tersebut." Anggap sebagai
bayaran sudah merawat putri kami. Lebih nya untuk memperbaiki sikap kalian dan
juga putri kesayangan kalian itu." Kata Daddy Rama langsung beranjak pergi
dari tempat dan di ikuti mereka lainnya.
Tiba di area parkiran, Arka pamit pisah karena harus segera
ke kantor, tapi sebelum ke kantor ia akan ke rumah berganti pakaian tidak
mungkin menggunakan pakaian ini.
Rasanya tidak nyaman menggunakan pakai yang sama sejak
semalam. Dan kedua mertua mengizinkan.
"Hati-hati dijalan, terima kasih sudah mengantar Daddy
dan Mommy kesini." Ucap Mommy.
"Sama-sama, Arka pamit dulu. Assalamu'alaikum."
Salam Arka menyalim punggung tangan kedua mertua nya. Dan untuk Farel hanya di
beri senyuman sekilas lalu beranjak masuk kedalam mobilnya.
****
Malam hari, Keluarga Dirgantara duduk berkumpul dengan versi
biasa.
Mendengar semua cerita Arka tentang kenyataan siapa Aqila
sebenarnya dan juga kesempatan yang diberikan pada nya. Papa dan Mama bahagia
mendengar hal tersebut, sekarang doa mereka telah terkabul
Mama Diana menangis terharu akhirnya Aqila dan Arka kembali
bersama.
"Mama kenapa menangis, bukannya Mama senang Arka dan Qila
bersama?" Heran Arka melihat Mama nya menangis bukan nya bahagia.
"Dasar anak bodoh, Mama menangis terharu, apa kamu baru
sekali melihat ini?" Maki nya kesal sama anak bodoh nya ini.
"Ooo, Arka pikir Mama tidak senang."
Bugh....
"Auwh sakit, kenapa Mama pukul Arka seperti ini?"
Mengelus lengan yang di pukul kuat.
"Makangnya punya mulut itu di filter dulu biar gak asal
bicara. Sekali lagi bicara seperti itu Mama bakal bilang Qila cabut tuh
kesempatan keduanya. Biar nangis darah sekalian." Ancam Mama.
"Tidak akan, Qila cinta sama Arka, gak bakal dia
cabut." Pede Arka sangat narsis dengan senyum penuh keyakinan.
"Tau dari mana Qila cinta sama Kamu?" Heran Mama
melihat betapa pede nya.
"Insting." Jawab Arka tanpa dosa.
"Anak ini, Mama tanya serius ternyata hanya
insting." Menggeleng kepala pusing dengan sikap anaknya ini setelah
mendapat kesempatan kedua berubah aneh." Jangan pede pastikan dulu apa
benar Qila cinta sama kamu atau tidak, jangan sampai itu insting asal dan berujung
sakit hati untuk diri sendiri." Nasehat Mama.
"Tidak perlu Ma." Tolak nya.
"Dasar anak bodoh keras kepala, makan apa Mama waktu
ngidam kamu hingga sebodoh ini." Ucapnya tidak habis pikir menatap malas
anak tengil ini.
"Kenapa tanya Arka, saat itu Arka di dalam perut mana
tau Mama makan apa, tanya saja sama Papa?" Melempar tanya pada Papa yang
diam menyimak tanpa ikut nimbrung pada perkataan mereka.
"Kenapa jadi Papa?"
"Kan, Papa yang selalu mendampingi Mama, masa Arka?
lahir saja belum bagaimana cara dampingi." Heran dengan pertanyaan kaget
Papa nya.
"Dasar bocah tengil selalu saja jawab, nyesal Papa
adain kamu di dunia." Kesal nya pada Arka.
"Ya sudah, Arka juga gak suruh di lahir kan." Ucap
santai tanpa peduli kesal Papa dengan jawaban nya.
"Kamu ini ya ka!" Geram Papa kesal naik darah.
"Iya ini Arka, kenapa?" Sekali lagi jawaban Arka
ini membuat frustasi Papa ingin sekali menelan hidup jika semua itu bisa.
"Ayo Ma masuk kamar, jika terus disini darah tinggi
Papa bisa naik." Merangkul pinggang mesra sang istri. Arka kesal melihat
sang Papa mengumbar kemesraan di hadapan nya.
"Sok romantis, gak ingat umur aja." Sindir Arka
sedangkan Papa dan Mama tidak perduli terus melangkah jalan.
Memandang kepergian orang tua, Arka kesal perkataan nya di
anggap angin lalu.
"Hufh begini rasanya jauh dari istri, melihat
keromantisan orang di depan mata rasanya sesak sampai ke hati. Menyusul juga
tidak bisa, kenapa syarat begini berat. Kenapa Qila tidak protes? apa Qila
senang tidak berjumpa dengan ku selama 5 tahun? " Batin Arka galau.
Arka bangkit berjalan menaiki tangga, wajah di tengkuk lemas
tak semangat. Entah dia bisa menjalani 5 tahun tanpa Aqila atau tidak? sehari
baru pisah sudah membuat dirinya galau tidak jelas.
Ingin menyusul Aqila secara diam, Arka takut ketahuan dan akan
berujung pengadilan. Dia yakin bahkan sangat yakin jika keluarga Adijaya pasti
memberi pengawasan ketat. Sedikit saja kecerobohan yang dilakukan akan
berakibat fatal pada hubungannya. Hingga Arka memilih menerima dan pasrah meski
hati menangis sedih tiap hari merindukan Aqila.
(Sabar ya Arka, udah mending 5 tahun,
rencananya author mau kasih 10 tahun, tapi mikir lagi, apa Arka
sanggup puasa 10 tahun………(Bersambung Bab
85 )
Posting Komentar untuk "Bab 84 Pernikahan Di Atas Kertas "