Bab 82 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 82

Kini mereka telah berada di bandara, Aqila dan Bian akan
segera naik. Pesawat akan segera berangkat melihat cuaca beberapa jam akan ada
badai memutuskan pilot untuk segera berangkat.
Mommy memeluk erat Aqila."Princess jaga diri kamu
baik-baik di sana. Bian jaga adik mu, awas jika ada sedikit lecet di tubuh
Princess kamu akan Mommy nikah kan hari itu juga." Ancam menatap serius Bian.
"Iya Mom, Bian janji akan menjaga Qila dengan nyawa
Bian sendiri, tidak akan Bian biarkan seorang menyentuh atau menyakiti Qila
sekali pun itu semut." Janji Bian memberi kata perumpamaan.
"Baik lah Mommy pegang janji kamu."
"Princess, maaf Daddy dan Mommy tidak bisa ikut, tapi
kita janji akan berkunjung ke sana, jaga diri dan belajar sungguh-sungguh biar
cepat kelar." Membelai lembut anak rambut Aqila penuh kasih
sayang."Bian ingat pesan Daddy." Sambung mengingat kan.
"Iya Dad, Bian selalu ingat, penting kan Qila dari
apapun kerjaan yang sedang kamu lakukan. Sekali princess akan tetap princess
keselamatan yang utama, jika sampai teledor kepala akan hilang dari tempat
nya." Tegas Bian mengucap ulang kata-kata pesan Daddy.
"Anak pintar, ingat selalu dimana pun kamu
berada."
"Iya, Daddy jangan khawatir tanpa di beritahu Bian
pasti melindungi Qila."
Arka diam melihat pemandangan yang jarang dia lihat, betapa
besar rasa sayang mereka pada Aqila. Pantas saja kedua kakak nya marah
mengetahui kehidupan adiknya dulu menderita di tangan nya. Rasa sayang mereka
saja melebihi apapun.
Arka tidak bisa berkata apapun, mendengar banyak kata
nasihat di titipkan pada Aqila, Arka kehabisan kata-kata, hanya ada satu yang
memutari di otak pesan untuk Qila.
Kini kalimat perpisahan telah mereka lakukan kini berganti
pada Arka.
Aqila menatap Arka yang diam belum berkata membuka suara.
"Kamu kenapa?" Tanya bingung melihat wajah Arka.
"Aku tidak tau harus berkata apalagi, semua kata sudah
mereka katakan tadi, pesan ku hanya satu untukmu. Aku akan setia menunggu.
Belajar lah yang benar agar cepat selesei." Pandang Arka lekat lalu
mengecup kening Aqila.
"Iya, aku pegang janji mu." Balas Aqila memberi
senyum manis pada Arka.
"Kamu juga harus janji jangan memandang pria lain di
sana."
"Iya itu tidak mungkin aku tau batasan, kalau kamu aku
tidak tau." Sindir Aqila spontan langsung menutup mulut dengan tangan.
Sebelum pesawat benar-benar berangkat, Aqila memeluk
perpisahan terakhir kali dengan Mommy, Daddy, Farel dan juga Arka.
***
Keluarga Adijaya dalam perjalanan ke rumah orang tua angkat
Aqila. Mengikuti mobil Arka sebagai petunjuk di depan, mobil mereka di
belakang.
"Sudah jangan sedih, Mommy bisa nyusul Princess kapan
saja. Sekarang jangan sedih lagi, apa mau nyusul sekarang juga?" Hibur
nya, sejak kepergian Aqila, sang istri terus saja diam.
"Iya Dad." Jawab tak semangat.
Daddy menghela nafas tidak tau harus melakukan apa membujuk
sang istri yang sedang sedih.
Kini mereka telah tiba di kediaman orang tua angkat Aqila.
Rumah sederhana tidak besar dan tidak kecil.
"Ayo Dad, Mom." Arka menghentikan perkataan nya
dan menoleh Farel bingung harus memanggil Farel atau Kak Farel.
"Panggil Kak Farel biar sama seperti Qila." Farel
tau kebingungan Arka menatap dirinya.
"Iya Kak." Canggung Arka namun tetap dia ucap
kan." Mari langsung masuk saja." Ajak Arka dan mereka langsung
melangkah masuk bersama.
Ting Tong...
Ting Tong...
kedua orang tua yang sedang duduk berbincang menghentikan
perbincangan mendengar bel pertanda ada tamu.
"Sabar." Bangkit Mama berjalan membuka pintu.
Srett...
Pintu terbuka orang pertama yang di lihat adalah Arka.
"Eh Nak Arka tumben kemari? apa ada masalah dengan
Qila?" Tebak nya asal nyerocos tanpa mempersilahkan masuk terlebih dahulu.
"Apa boleh kami masuk dulu?" Tanya Arka bingung
kenapa Mertua angkat nya memperlakukan tamu seperti ini, bukan di suruh masuk
malah di biarkan berdiri seperti ini.
"Aduh, maaf saya tidak lihat ternyata Nak Arka tidak
sendiri. Mari masuk." Mempersilahkan masuk.
"Terima kasih."
Mereka mengikuti langkah tuan rumah membimbing masuk.
Sang suami kaget melihat istri nya datang membawa Arka dan 3
orang tak di kenal namun wajah mereka tak asing.
Menatap sang istri bertanya. Dibalas kedipan Mata."Mari
silakan duduk, saya akan menyiapkan minum dulu."
"Terima kasih, maaf sudah merepotkan." Ucap Mommy
tak enak.
"Tidak merepotkan." Balas nya, lalu berjalan
meninggal kan mereka menuju dapur.
Tidak ada satu dari mereka membuka suara untuk memulai
pembicaraan, masing-masing mereka masih betah diam menutup rapat mulut.
Sampai kedatangan Ana Mama angkat Aqila tetap diam.
Farel memandang sekeliling sudut ruangan tanpa terlewatkan.
Hal tersebut tidak luput dari penglihatan tuan rumah.
"Hmm, maaf kedatangan kami yang mendadak mungkin
menganggu waktu nya." Ucap Daddy Rama sebelum menyampaikan tujuan
kedatangan mereka.
"Iya tidak apa-apa. Kalau boleh tau kedatangan Bapak,
Ibu kemari ada keperluan apa?" Tanya menatap bingung.
"Tebak Mama, kayak nya ini ada sangkut paut dengan Qila
si anak sial itu pasti." Tebak asal dengan wajah tidak suka namanya Aqila.
"Apa benar begitu?" Tanya Lion Papa angkat Aqila
menatap tidak enak." Maaf jika Qila membuat masalah, Qila bukan anak
kandung kami, dia hanya anak angkat yang di buang keluarga kandung karena
kelahiran nya hanya membawa kesialan buat orang di sekeliling seperti kami
sekarang ini." Sambung nya sangat membenci Aqila setelah mengetahui
kebaikan mereka di balas dengan kejahatan.
Mendengar anak nya terus di hina dan di jelek keluarga
angkat nya sendiri, mereka ragu jika Aqila di perlakukan dengan baik. Sekarang
semua sudah terlihat jelas betapa benci dan tidak suka terhadap Aqila.
Daddy Rama mengepal kuat tangan marah, berani nya mereka
menghina di hadap nya, begitu pula dengan Farel geram ingin menonjok habis
mulut pria tua ini. Kenapa sebelum bicara tidak di filter dulu.
"Kenapa Papa dan Mama berkata seperti itu? bagaimana
juga Qila anak Papa dan Mama, meski bukan anak kandung, tapi kalian sudah
membesarkan Qila sejak bayi, tidak ada kah sedikit rasa sayang sama Qila?"
Tanya Arka menahan amarah ingin mengetahui apa alasan mereka tidak menyukai
Aqila istrinya.
Dirinya juga kesal seperti Daddy, tapi dia berusaha tenang
untuk mengetahui alasan kebencian mereka.
"Sayang. Tapi sekarang tidak. Semua telah hilang dengan
kelakuan Qila perbuat pada anak kami Siska. Qila tidak tau balas budi, dia yang
membuat Siska kabur dari pernikahan nya sendiri dengan cara mengancam. Apa itu
masih bisa di kata masih sayang setelah apa yang di perbuatan?" Kata nya
memandang balik Arka.
"Maksud Mama mengancam seperti apa?" Penasaran
Arka merasa semua tidak benar.
"Kemarin Siska menelpon Mama dan menceritakan
semua."
"Siska? apa yang di ceritakan? apa Mama percaya begitu
saja?" Tanya balik Arka geram dengan wanita satu itu.
"Banyak hal dan jelas Mama percaya, Siska anak kandung
Mama, tidak mungkin berkata bohong."
Mendengar betapa besar Mama Angkat Aqila percaya sama Siska,
membuat Arka geram ingin sekali dia membuka semua keburukan anak yang sangat di
percaya itu, biar sekalian bungkam mengetahui betapa memalukan putri kesayangan
nya itu………(Bersambung Bab 83 )
Posting Komentar untuk "Bab 82 Pernikahan Di Atas Kertas "