Bab 81 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 81

Pagi hari semua anggota keluarga Adijaya sudah bersiap untuk
mengantar Aqila ke bandara. Mommy sedih harus berpisah dengan anak nya,
kesedihan bertambah mengingat setelah selesei kuliah Aqila akan ikut ke rumah
suami.
"Jangan sedih seperti ini, bagaimana jika Princess
melihat ini, dia bakal sedih tau Mommy nya sedih." Ujar Daddy melihat
wajah tak semangat.
"Bagaimana tidak sedih Dad, Princess akan pergi,
setelah balik dari Amerika akan ikut suami dan Aku akan benar kehilangan
Princess! kenapa kita telat menemukan Princess, jika semuanya lebih awal, semua
tidak akan seperti ini!" Menyesal memandang Daddy yang ikut sedih
mendengar perkataan nya.
"Tidak usah di sesali, semua sudah terjadi sekarang
yang perlu kita lakukan memberi kebahagiaan yang dulu pernah hilang tidak
sempat kita berikan. Dan juga kita harus temui orang tua angkat Princess untuk
berterima kasih. Tanpa mereka kita saat ini tidak akan bisa bertemu princess
jika mereka tidak merawat dan membesarkan Princess."
"Daddy benar, setelah mengantar Princess, kita ajak
Arka untuk menemui orang tua angkat Princess." Menatap suami nya setuju
atau tidak dengan saran nya.
"Oke, lebih cepat lebih baik." Menyetujui saran
istri nya.
***
Di kamar Aqila memasukkan barang bawaan ke koper, semalam
dia lupa mengepakkan barang. Semua mendadak lupa, padahal jauh hari dirinya
sudah memikirkan untuk mengemas malam hari saat pagi jalan.
Melihat betapa repot dan kewalahan Aqila mondar mandiri
mengambil barang yang akan di masukkan ke koper membuat Arka pusing.
"Kenapa repot-repot membawa semua ini? kamu bisa beli
saat tiba di sana, aku akan transfer jadi tidak usah menyusahkan diri membawa
banyak barang." Ujar Arka memandang Aqila.
"Tidak perlu, aku punya uang jadi kamu tidak perlu
repot transfer untukku." Tolak Aqila, ingatan lalu kembali muncul saat
Arka berkata tidak akan menafkahi dan meminta untuk dirinya mencari uang
sendiri untuk memenuhi kebutuhan.
Semua terekam jelas di otak nya. Meski sekarang situasi
sudah berubah tetap saja Aqila tidak ingin menerima.
"Kenapa? aku suami mu sudah kewajiban menafkahi lahir
dan batin." Tatap Arka tidak mengerti penolakan Aqila.
"Kenapa dulu kamu tidak berkata seperti itu, kenapa
baru sekarang? kenapa? Tapi percuma jika di ingat kembali semua telah terjadi,
sekarang aku harus lupakan semua. Membuka lembaran, menutup rapat lembaran lama
dan jadikan lembaran lama sebagai pelajaran." Batin Aqila menatap Arka
yang menatap nya.
"Iya Aku tau kamu suami ku, tapi sekarang aku masih
punya uang jadi aku tidak butuh uang sekarang." Tolak halus Aqila tidak
ingin Arka tersinggung.
"Baik lah aku tidak bisa memaksa mu, tapi jika suatu
saat kamu butuh kabari aku, please jangan meminta pada orang tua dan kedua
kakak mu. Nanti apa yang akan mereka pikirkan tentang ku." Pinta Arka.
"Iya."
"Barang apa lagi yang ingin kamu bawa biar aku
bantu?"
Kedua saling kerja sama menyiapkan barang-barang yang di
bawa, tanpa terasa semua nya sudah selesai.
"Akhirnya selesei juga." Pandang Aqila melihat
barang bawaan nya.
"Yah sudah kita langsung ke bawah saja, pasti semua sudah
menunggu." Ajak Arka menarik koper bawaan Aqila.
"Biarkan aku bantu satu." Aqila tidak enak melihat
Arka membawa kedua koper nya sendiri.
"Tidak perlu aku bisa sendiri, kamu jalan saja."
Tolak nya tidak ingin Aqila cape menarik koper.
"Tapi itu bara_"
"Tidak ada tapian, jalan saja aku tidak ingin mendengar
penolakan selain persetujuan." Kata Arka cepat memotong ucapan Aqila.
Aqila pasrah jika terus keras kepala Arka akan makin keras
kepala dan itu akan membuat mereka di bawah menunggu lebih lama.
"Baiklah." Pasrah nya lalu berjalan dan di ikuti
Arka dari belakang.
Setiba di ruang keluarga semua mata memandang kedua pasangan
baru turun.
Farel dan Bian menatap Arka saling lempar pandang satu sama
lain melihat Arka membawa koper Aqila seperti seorang pengawal.
"Kenapa baru turun?" Penasaran Farel sejak tadi
menunggu, tapi baru sekarang tiba.
"Maaf kak, tadi Qila lagi peking." Ucap Aqila senyum
pepsodent menampilkan deretan gigi putih seperti Iklan TV.
"Semalam ngapain? kenapa gak peking?"
"Qila kecapean jadi gak sempat untuk bangun peking
lagi." Jawab santai Aqila, di salah artikan mereka.
Farel dan Bian sekali lagi saling pandang. Apa mereka
semalam melakukannya? apa Aqila akan segera mengandung anak pria brengsek, dan
kita akan menjadi Uncle. Begitu lah arti tatapan kedua yang saling lempar
pandang geleng kepala.
"Kecapean." Ucap kecil Mommy lalu tersenyum
memandang suami nya, sebentar lagi akan menjadi Opa Oma.
Begitu sebaliknya dengan Daddy menatap dan melempar senyum
kecil pada istrinya.
Aqila dan Arka melihat sikap aneh mereka setelah mendengar
ucapan nya. Mengerut kening bingung.
"Daddy, Mommy, kakak, kenapa?" Tanya Aqila bingung
apa sebenarnya terjadi hingga mereka diam.
"Tidak, Mommy dan Daddy hanya tidak sabar menanti cucu
dari kalian, benar kan Dad?" Tanya nya pada suami lalu menatap bergantian
pada Aqila dan Arka.
Kedua mendengar ucapan Mommy mendadak aneh seperti ini
menjadi lebih bingung.
"Benar kata Mommy, Daddy tidak sabar mengendong
cucu." Membenarkan ucapan Mommy. Mereka semakin bingung apa maksud orang
tua di hadapan nya ini.
Kenapa mendadak topik pembicara jadi ngelantur seperti ini.
Berbeda dengan Farel dan Bian masih belum ingin Adik nya
mengandung anak Arka, sebelum melihat langsung perubahan dan kesungguhan Arka
pada adik perempuan satunya.
"Lihat lah Farel dan Bian tidak bisa berkata saking
tidak sabar menunggu kabar baik dari kalian." Ucap Mommy salah mengartikan
perubahan wajah mereka.
Aqila dan Arka langsung berpindah menatap Farel dan Bian
bergantian. Wajah mereka saat ini tidak menunjukkan ekspresi hingga susah di
tebak apa yang di pikirkan.
"Kenapa?" Serentak kedua menatap balik.
"Tidak, Qila hanya bingung kenapa kak Farel dan Kabin
diam setelah mendengar ucapan Qila tadi?"
"Tidak, kakak lagi tidak mood jadi malas bicara."
"Sudah, sekarang kita berangkat saja. Arka nanti kamu
jangan langsung balik setelah mengantar Princess, kamu temanin kita temui orang
tua angkat Princess." Ucap Daddy mengganti topik dengan menghentikan topik
awal.
"Iya Dad."
"Kenapa tidak sekarang Dad, sekalian Qila mau
pamit."
"Tidak bisa Princess, kamu harus berangkat sekarang,
kalau telat kamu bisa terlambat tiba di sana. Bagaimana juga kamu harus banyak
istirahat karena besok sudah masuk kampus." Larang Daddy menjelaskan
alasan sebenarnya agar Aqila tidak salah paham.
"Iya Dad."
"Princess jangan sedih, nanti setelah balik Princess
bisa temui mereka lagi, sekarang fokus kuliah saja." Memandang wajah Aqila
tanpa ekspresi.
"Iya Mom."
"Apakah pembicaraan ini bisa di pending dulu, jika
terus berlanjut seperti ini kapan berangkat nya? Aku dan Qila akan benar tiba
malam di sana jika begini." Ujar Bian buka suara tidak habis pikir dengan
anggota keluarga nya tadi berkata A sekarang berkata B, entah sebentar apa
lagi.
"Ya sudah kita berangkat sekarang." Ucap Daddy
mengandeng istrinya dan Arka setia membawa koper Aqila………(Bersambung Bab 82 )
Posting Komentar untuk "Bab 81 Pernikahan Di Atas Kertas "