Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 79 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 79

Awal nya Farel dan Bian melarang keras Arka nginep apalagi berada satu kamar bersama Aqila. Namun setelah mendengar perkataan Daddy.

Jika terus membantah secepatnya kalian berdua akan Daddy nikahkan. Mereka tidak bisa membantah dan terpaksa mengiyakan, daripada segera menikah, calon saja tidak ada terus mau menikah sama siapa? tidak sudi menikah dengan calon pilihan Daddy. Emang yang nikah Daddy hingga calon pendamping harus di pilih Daddy seperti memilih pakaian saja.

Aqila dan Arka kini sudah berada di kamar yang di tempati Aqila.

Aqila sedikit canggung berada satu ruangan bersama Arka. Entah kenapa kenangan dulu kembali teringat.

Aqila berusaha menghilangkan kenangan dulu yang kembali memutari otak dan langsung bangun dari duduk menuju kamar mandi. Namun sebelum itu Arka sudah menahan tangan nya lebih dulu.

Aqila menoleh ke belakang melihat Arka menggenggam tangan nya dan ikut berdiri.

"Ada apa?" Tanya Aqila binggung, saat ini hati nya sudah tak karuan. Bahkan tak bisa di kontrol.

"Kamu mau kemana?" Tanya balik Arka melihat bangun nya Aqila mendadak.

"Aku ingin membersihkan diri, jika kamu ingin istirahat dulu silakan." Jawab Aqila memandang Arka yang menatap dirinya.

"Aku akan menunggumu."

Perkataan Arka mendadak membuat Aqila mengerut kening binggung.

"Kenapa menunggu ku? jika kamu sudah cape istirahat saja tidak perlu menunggu ku." Aqila pusing niatnya pergi untuk menghilangkan rasa canggung, malah di tambah rasa canggung lebih besar.

"Tidak Aku akan menunggu saja, Aku tidak bisa istirahat dengan pakaian seperti ini." Pandang Arka dengan pakaian yang di kenakan begitu formal saat kemari.

Aqila langsung menjatuhkan pandangan ke arah Arka dari ujung rambut hingga ujung kaki ternyata benar pakaian Arka sangat formal bagaimana bisa istirahat, jika dia berada di posisi Arka juga bakal sama.

"Maaf aku melupakan itu, kalau begitu aku pinjam baju pada Kak Farel untuk kamu kenakan hari ini." Ujar Aqila.

Saat ingin berjalan keluar, Arka kembali menahan tangan Aqila."Jangan lama." Pesannya lalu melepaskan genggaman pada Aqila.

"Iya, aku hanya meminjam baju tidak akan lama." Balas Aqila lalu berjalan pergi meninggalkan Arka berdiri mematung menatap kepergian nya.

Arka kembali duduk di ujung tepi kasur memandang setiap sudut kamar yang di tempati Aqila.

"Aku tidak menyangka ternyata Qila anak Pak Rama Adijaya." Batin Arka masih tidak percaya dengan kenyataan yang di ketahui hari ini.

Terus memandang dengan otak juga ikut bekerja mendadak Arka teringat belum mengabari Papa dan Mama jika hari ini dia tidak akan balik pulang ke rumah.

Arka merogoh masuk tangan ke saku mencari ponsel, saat menemukan ponsel Arka segera menghubungi Mama. Sambungan telpon kini telah di angkat Mama.

"Assalamu'alaikum Ma." Salam Arka.

"Walaikumsalam, Ka tumben telpon Mama, apa ada masalah serius? kenapa jam segini belum pulang? Pertemuan hari ini baik-baik saja kan?" Tanya bertubi Mama pada Arka.

"Satu-satu Ma, kenapa main nyerocos saja. Bagaimana Arka mau katakan jika sebelum bicara sudah disambut hangat pertanyaan bertubi Mama ini."

"Dasar anak nakal jadi kamu salahkan Mama begitu." Marah Mama.

"Arka bukan menyalahkan Mama, Arka hanya pusing Mama langsung nyerocos saja."

"Iya, sekarang kamu dimana? kenapa belum pulang?"

"Arka di kediaman Adijaya dan bakal nginep di sini, jadi Papa dan Mama tidak usah menunggu."

"Apa yang terjadi? kenapa Ka nginep di sana?"

"Ceritanya panjang Ma, nanti bakal Arka ceritakan, Sekarang Arka di sini bersama Qila dan ini lagi berada di kamar Qila."

Berbincang cukup lama melalui sambungan telepon. Aqila sampai sekarang belum juga kembali.

Arka yang sudah selesei berbicara setelah menenangkan Mama nya yang penasaran. Kini sudah menanti kedatangan Aqila namun belum juga ada tanda kedatangan nya.

15 menit setelah kepergian Aqila belum kembali membuat Arka mondar mandir depan pintu tidak jelas, otaknya kembali berpikir apa ini kerjaan Farel.

"Apa ini ulah Farel. Syukur dia kakak Qila jika tidak sudah ku lawan sejak tadi, kenapa juga Qila harus memiliki Kakak seperti mereka kayak tidak ada kakak selain mereka di dunia ini." Gumam Arka mengacak rambut gusar.

Arka berniat ingin menyusul Aqila, namun belum sempat keluar ternyata Aqila sudah datang membuka pintu terlebih dahulu.

"Kenapa berdiri di sini? apa kamu memerlukan sesuatu?" Tanya Aqila melihat berdirinya Arka di depan pintu.

"Aku tadi ingin menyusul kamu, tapi keburu kamu sudah datang." Jawab Arka lalu berjalan dan kembali duduk di tepi ranjang.

"Kenapa menyusul apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?" Jalan Aqila mendekati Arka.

"Tidak aku hanya khawatir kenapa kamu belum juga kembali." Balas Arka tidak menunjukkan ekspresi khawatir seperti apa yang dikatakan barusan.

"Tapi dari wajah kamu tidak seperti apa yang kamu katakan barusan?" Ujar Aqila meletakkan pakaian yang akan Arka kenakan setelah susah payah perjuangan Aqila membujuk kakak nya yang keras Kepala tidak ingin meminjamkan.

"Apa perlu menunjukkan setelah kamu sudah di sini?" Tanya balik Arka.

"Tidak juga sih, tapi kalau kamu mau ya silakan gapapa, gak masalah juga." Santai Aqila lalu berjalan meninggal kan Arka menuju masuk kamar mandi.

Sedangkan Arka tidak lagi membalas perkataan Aqila, mendengar bunyi pintu kamar mandi Aqila masuk ke dalam.

20 menit menunggu. Aqila telah selesai membersihkan diri dan sekarang sudah berganti pakaian dengan pakaian tidur berjalan menuju meja rias.

Aqila mengabaikan Arka yang terus memandang nya setelah keluar dari kamar mandi.

Aqila menjatuhkan bokong pada kursi meja rias dan menatap cermin pada pantulan wajah nya.

Memakai beberapa benda yang sering di gunakan sebelum tidur sudah menjadi rutinitas malam, pagi, siang dan sore.

Aqila rajin memakai cream malam sebelum tidur di wajah agar tetap terlihat cantik, bahkan dirinya rajin menggunakan masker di waktu senggang jika tidak ada kerjaan.

Namun setelah menikah tidak ada waktu senggang untuknya menggunakan masker kembali.

Arka tidak mengalihkan mata pada Aqila. Kenapa dirinya begitu bodoh hingga tak pernah menyadari jika selama ini ada wanita lebih cantik dari Siska yang mendampingi dirinya.

Bahkan saking bodoh nya tidak menyadari jika Aqila tidak seperti apa yang di pikirkan. Arka menyesali perbuatannya dulu kenapa tidak kepikiran untuk menyelidiki semua ini, jika dari dulu pasti semua tidak akan seperti ini.

Aqila merasa terus di pandang sejak tadi menoleh ke belakang ternyata benar dirinya sedang di pandang Arka.

"Kenapa memandang ku seperti itu? apa ada yang aneh dengan wajah ku?" Tanya Aqila memengang wajahnya mencari sesuatu yang terus membuat dirinya terus dipandang.

Arka tidak menjawab pertanyaan Aqila, dia berdiri berjalan menghampiri Aqila yang tidak tau diam memandang Arka berjalan mendekati menaiki alis bingung apa yang akan di lakukan Arka.

Saat tiba tepat di hadapan Aqila, Arka merendahkan tubuh mensejajarkan dengan posisi Aqila saat ini duduk di bangku rias.

Aqila diam bingung apa yang akan di lakukan Arka saat ini.

"Maaf selama ini lama sadar." Arka menatap lekat wajah Aqila dengan menggenggam erat tangan.

"Iya." Jawab Aqila. Mendadak dia teringat sesuatu yang menggangu otak hingga tidak bisa tenang setelah pertemuan di cafe tadi."aku bisa bertanya sesuatu pada kamu?" Tanya Aqila penuh hati-hati ada sedikit keraguan untuk bertanya, tapi dirinya sudah berada di batas ujung penasaran yang tidak bisa di tahan lagi………(Bersambung  Bab 80 )

Posting Komentar untuk "Bab 79 Pernikahan Di Atas Kertas "