Bab 68 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 68

Yudha mendengar ucapan Arka menjadi kaget.
"Ngapain kesana?" Namun sayangnya pertanyaan nya
tidak di respon, sebab Arka semakin menjauh dari posisi Yudha berada.
Tidak ingin Arka membuat rusuh di perusahaan orang, Yudha
akhirnya mengikuti Arka.
Melajukan mobil dengan keadaan cepat, Arka menyalip semua
kendaraan yang menghalangi nya untuk segera tiba di perusahaan Adijaya.
Tidak peduli betapa resiko menyalip, Arka terus melakukan
meski banyak mulut mencaci tajam. Bagi Arka umpatan mereka tak penting dan tak
berarti untuk nya, karena sekarang hal yang lebih penting adalah menemui Aqila.
Kesempatan tak selalu datang kedua kali. Dua kali hanya
sebuah anugrah sang kuasa yang mempercayai umat nya untuk memperbaiki yang lalu
menjadi lebih baik.
Yudha melihat betapa laju Arka mengendarai mobil juga
menambah kecepatan laju mobilnya. Meski menerima hal yang sama seperti Arka
umpatan tajam dari sang pengendara lainnya dia tak memperdulikan.
30 menit mengendarai dengan kecepatan full. Mobil Arka lebih
dulu tiba, selisih 1 menit dengan Yudha.
Yudha segera lari saat tiba di parkiran menyusul Arka yang
sudah berada di depan pintu masuk perusahaan Adijaya.
"Huhhh." Tarik nafas dalam lalu menghembus pelan
menormalkan detak jantung yang hampir copot karena mengejar Arka.
Saking tegang dengan kelakuan Arka yang menemui Aqila di
perusahaan Adijaya, Yudha merelakan dirinya celaka di jalan hanya demi menyusul
Arka.
Arka menoleh pada Yudha yang ternyata mengikuti sampai sini,
terlihat biasa. Berjalan mendekati resepsionis, banyak karyawan bahkan bisa di
kata semua mengenal Arka.
Arka berjalan dengan kayak cool wajah dingin yang selalu dia
tunjukkan dimana pun berada. Semua karyawan melihat kedatangan Arka menunduk
hormat dan juga takut.
Resepsionis yang sudah mengetahui Arka adalah suami Ibu
Aqila langsung menghubungi mengabari kalau suami nya berada disini.
Aqila yang mendapat kabar jika Arka berada di sini kaget,
pasalnya dia belum sempat memberitahu seorang pun keluarga Dirgantara. Terus
sekarang bagaimana Arka mengetahui keberadaan nya. Aqila bingung penasaran
hingga memutuskan keluar menemui Arka.
Semua karyawan yang bingung dengan kedatangan Arka dadakan,
berbincang tanpa ingat dengan kerjaan sekarang.
"Ada urusan apa ya Pak Arka Dirgantara ke Kantor kita?
Apa ada urusan penting, atau dia ingin bertemu Pak Farel." Ucap karyawan
lain.
"Kayaknya tidak, tadi gue dengar dari Ibu Vita
resepsionis, Pak Arka itu suami nya Ibu Aqila sekretaris CEO."
"Masa sih? jadi Ibu Qila bukan orang sembarang, terus
kenapa dia mau bekerja kalau sudah kaya, apa saja yang di inginkan dalam
sekejap pasti dengan mudah suaminya berikan. " Kata mereka yang bingung
apa alasan hingga Aqila mau bekerja dan bersusah payah membanting tulang
seperti ini.
"Semua jawaban ada pada Ibu Qila. Kita jangan berpikir
negatif atau kita sendiri yang akan rugi jika di dengar suami nya."
Memperingati teman karyawan lainnya.
"Lho betul dari pada kita dapat masalah, mending cari
aman saja." Membenarkan perkataan nya.
"Iya lho betul, mending kita lihat saja mumpung live
dan gratis."
"Selamat Siang Pak, Kami sudah menghubungi Ibu Qila
sebentar lagi akan datang, mohon menunggu sebentar." Ucap resepsionis
tersebut, Arka yang baru ingin membuka suara langsung tersenyum puas tanpa
berkata mereka sudah tau tujuannya.
"Baiklah."
Tidak memakan banyak waktu, Aqila sekarang sudah tiba dan
melihat sosok pria yang akan menjadi mantan suami nya itu.
Arka melihat kedatangan Aqila hari ini terpanah, semenjak
tidak seatap dengannya, banyak perubahan dari, berdandan dan juga penampilan
fashion.
Aqila merasa tidak nyaman dengan tatapan Arka seperti orang
kelaparan langsung menyadarkan nya." Kita bicara di luar." Ucap Aqila
berjalan meninggalkan Arka yang masih mematung diam di belakang.
Yudha melihat sahabat nya diam mematung berjalan mendekati
nya dan berkata." Hay bro jangan melamun, itu ikutin Aqila." Menepuk
pundak.
Arka yang sadar langsung berjalan menyusul Aqila tanpa
membalas ucapan Yudha.
"Kebiasaan kalau udah gini, langsung saja
ninggalin." Gerutu Yudha.
Di luar Aqila berdiri menunggu kedatangan Arka yang sangat
lambat seperti keong, langkah nya sangat lambat bagaimana mau mengikuti lomba
lari jika jalan saja lelet. Syukur Arka orang kaya, coba kalau miskin entah apa
yang akan dilakukan.
Arka kini telah berada di hadapan Aqila dengan menatap lekat
wajah cantik yang sangat di rindu kan selama ini.
Menyesal tidak perlu di tanyakan lagi, Arka sangat menyesal
telah menuduh tanpa bukti. Dia berusaha untuk memperbaiki semua meski dengan
nyawa sebagai taruhan.
"Qila." Panggil Arka memandang Intens wajah cantik
istrinya, entah statusnya akan tetap menjadi istri atau akan berubah setelah
berbincang.
Arka penuh harap kali ini ada kesempatan untuk nya
memperbaiki semuanya.
Aqila memandang balik tatapan Arka, meski tak setajam yang
dilakukan Arka padanya.
"Katakan apa yang ingin kamu katakan, aku gak punya
banyak waktu. Setelah itu tanda tangan surat perceraian kita dan jangan pernah
menemui ku lagi."
Mendengar perkataan Aqila yang pada intinya, Arka mendadak
lesuh dan kusut, wajah yang awal semangat berubah tak bersemangat, entah karena
perkataan Aqila atau sudah mengetahui dirinya tidak memiliki kesempatan untuk
memperbaiki.
Aqila memperhatikan perubahan Arka mendadak hati nya juga
merasa sedih.
Sempat memiliki perasaan pada Arka membuat dirinya bimbang apa
perasaan itu masih ada atau sudah hilang. Aqila tak tega melihat wajah lesuh
Arka, hingga dirinya mengajak Arka untuk duduk di sebuah cafe samping Kantor,
dari pada harus berdiri seperti ini yang entah kapan Arka akan membuka mulut
dan berkata.
Arka mengiyakan dan mengikuti Aqila.
Kini mereka berdua telah berada di cafe.
"Bicarakan apa yang kamu bicara, aku akan mendengar kan
nya." Lembut Aqila mengubah nada bicara tidak tega melihat raut wajah
Arka.
Arka memandang Wajah Aqila yang memberikan kesempatan untuk
bicara, namun kali ini nada bicara Aqila lebih lembut dan enak di dengar dari
sebelumnya.
Tidak ingin membuang kesempatan yang sudah diberikan Aqila.
Arka menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan keinginan nya.
"Qila." Menggenggam lembut tangan Aqila penuh
cinta, jika ada alat yang bisa mengukur, Arka akan mengukur.
Mendapat perlakuan dan ucapan lembut dari Arka yang tidak
pernah dia dapat kan sebelumnya, membuat hati Aqila tak karuan.
Selama seatap dengan Arka tak pernah sekalipun dia mendapat perlakuan
dan perkataan lembut atau baik dari Arka. Dan kini sekali mendapatkan nya rasa
nya aneh dirasakan dan di dengar.
Tidak mendapat penolakan dari genggaman tangan nya, Arka
menatap Aqila lebih dalam." Qila aku tidak ingin bercerai dari mu, berikan
aku satu kesempatan, aku janji akan berubah dan menganti luka dulu yang aku
berikan dengan kebahagiaan yang akan membuat kamu bahagia, meski tidak bisa
melupakan kenangan buruk yang aku perbuat tapi setidaknya aku akan menganti
nya." Serius Arka mengelus tangan lembut Aqila.
Aqila diam mematung mendengar perkataan Arka, tanpa bisa
berkata apapun………(Bersambung Bab 69 )
Posting Komentar untuk "Bab 68 Pernikahan Di Atas Kertas "