Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 67 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 67

Aqila tidak mengenal Yudha sekalipun Yudha berada di hadapan nya.

Aqila datang menghampiri Bian dan menyerah ponsel nya.

"Ini Ponsel Kabin tadi ke selip di sofa ruang kerja Qila."

"Astaga ternyata ponsel nya sedang bermain petak umpet." Kata Bian mengulur tangan menerima ponsel lalu mengacak kecil rambut Aqila seperti seorang anak kecil.

"Kabin rambut Qila jadi berantakan, sekarang kita lagi di Kantor jangan sampai ada yang tau apa hubungan Qila sama Kabin." Memperingati Bian, dan Yudha mendengar ucapan Aqila menyalah arti perkataan tersebut dengan menggeleng kepala kaget.

"Astaghfirullah, jadi Aqila juga sama seperti Siska, mereka kaum wanita kenapa tega berselingkuh apa tidak cukup mendapatkan pria kaya, banyak orang menginginkan berada di posisi nya tapi selalu tidak bisa, kenapa sekarang Aqila bisa menyiakan kesempatan ini." Kata Yudha kecewa dirinya berpikir Aqila adalah perempuan yang berbeda dari yang lain, yang menerima sikap dan kelakuan Arka yang berada di luar kata sabar.

"Apa semua perempuan sama seperti ini, tidak akan pernah puas dengan satu pria meski dia sudah kaya sekaligus." Ucap Yudha lagi bertanya pada dirinya sendiri." Apa semua ini harus aku sampai kan pada Arka, tapi bagaimana jika laporan ini membuat mereka ribut, Arka bisa murka dan bagaimana nasib Aqila nanti." Pikir nya tidak tega dengan hal yang akan terjadi sama Aqila.

Yudha masih belum mengetahui pernikahan Arka kini sudah berada di ujung tanduk. Laporan atau tidak juga sama tidak berubah apapun.

Tiba-tiba ponsel Yudha berbunyi.

"Hallo, Ada apa?" Tanya Yudha mengangkat sambungan telpon.

"Bagaimana berhasil atau tidak?" Tanya terus terang tanpa basa-basi.

"Iya semua berhasil."

"Cepat kembali, gue tunggu dalam waktu 30 menit belum tiba gaji lho di potong 40%." Ancam Arka langsung mematikan sambungan setelah menyampaikan ancaman pada Yudha.

"Dasar perhitungan, balik saja pakai waktu. Apa di otak nya hanya selalu ada sikap mengekang orang tanpa memikirkan perasaan orang tersebut. Apa karena ini Aqila tidak betah bersama Arka." Tebak Yudha masih berdiri diam tanpa berpindah atau bergegas cepat balik ke Kantor, dirinya sama sekali tidak mengindahkan ancaman Arka.

Aqila dan Bian bersamaan menoleh pada Yudha yang mengoceh tidak jelas menatap layar ponsel.

Saat Yudha menaikan wajah mengarah ke depan, dirinya di buat terkejut karena saat ini arah pandang mereka memandang lekat padanya.

Yudha yang gugup dengan arah pandang mereka segera kabur meninggalkan tempat ini dengan segera masuk dan melajukan mobil balik ke perusahaan.

"Aneh." Kata Aqila memandang sikap Yudha yang tidak jelas.

"Sudah biarkan, sekarang kita masuk saja. Bukannya kamu mau lanjut mengurus surat pengunduran secara resmi biar tidak ada yang curiga? terus sekarang kenapa masih disini. Jangan menunda lebih lama, keburu waktu nya habis." Mengingat kan Aqila yang masih memandang pria aneh tersebut.

***

Yudha kini telah tiba di perusahaan Dirgantara, perasaan nya seperti dentingan jam yang berputar memperdengarkan suara pergerakan jarum, dan hal tersebut kini yang sedang di rasakan Yudha.

Langkah kaki berjalan laju dengan otak tak konsen melihat ke depan, seakan tidak ada siapapun di sini hingga bebas menaruh mata ke arah manapun. Panas dan ketakutan awal bertambah lipat saat tiba di kantor untuk memberi laporan penyelidikan.

Bimbang antara kasih tau yang di di dengar dan di asumsi sendiri atau tidak. Terus bejalan dan menimbang Yudha sekarang sudah berada di depan pintu ruangan Arka.

Tidak sadar atau sengaja, Yudha masuk ke ruangan Arka tanpa mengetuk terlebih dahulu, seakan ini ruangan nya.

Arka melihat kedatangan Yudha yang ingin memberi laporan, langsung melepaskan kerjaan nya dan antusias untuk mendengar cerita yang sudah membuatnya ingin mati karena penasaran.

"Cepat cerita kan semua!" Perintah Arka antusias tidak sabar, seperti orang yang ingin membuang hajatan panggilan alam.

"Sabar napa bro, ini juga baru tiba dan langsung ke sini, apa gak di suruh duduk dulu, kasih minum atau pijatan gitu." Cengengesan Yudha senyum jail.

Mendengar penuturan Yudha Arka langsung memesan minum, tanpa menunggu lama 3 menit kemudian minum sudah berada di hadapan Yudha.

"Cepat cerita kan!" Ucap Arka yang sudah sangat penasaran.

"Iya ini juga mau cerita, sabar gue minum dikit napa." Protes Yudha bingung kenapa Arka begitu penasaran, apa reaksi nya akan tetap sama setelah mendengar semua ceritanya.

"Iya cepat minum nya."

"Hmmm," Dehem Yudha lalu meminum minuman yang di hadapnya, setelah merasa lega dan lebih fresh yang di rasakan pada tenggorokan. Yudha segera mulai menceritakan.

"Pasang telinga baik-baik, jangan kaget berlebihan karena itu tidak baik." Nasihat mengingatkan Arka yang serius menatap nya.

"Lho ini mau cerita atau apa sih, kenapa sangat bertele-tele. Jangan sampai kesabaran gue habis mendengar semua ini."

"Iya gak sabaran banget seperti ibu-ibu yang mau lahiran."

"Cepat." Perintah Arka tidak ingin mendengar kalimat lain selain penjelasan.

Tidak ingin memancing kemarahan Arka lebih dalam, Yudha memutuskan untuk segera bercerita.

"Jadi begini bro, saat gue menyelidiki ternyata Aqila istri lho itu bekerja di perusahaan Adijaya dengan jabatan sekretaris CEO. Dan pria yang tadi gue bicarakan di telpon ternyata pria itu adalah adik CEO Bian Chandra Adijaya." Jelas Yudha yang memilih tidak menceritakan sebagian dari laporan sebelum membenarkan apa benar asumsi nya. Bagaimana juga hati kecilnya memberatkan bahwa Aqila bukan wanita seperti itu.

"Maksud kamu Qila adalah sekretaris perusahaan Adijaya, tapi bagaimana bisa? perusahaan mereka bukan perusahaan kecil yang menerima lulusan SMA." Protes Arka bingung.

"Mana gue tau soal itu, tanya saja sama HRD yang menerima Aqila. Lagian lho aneh deh bro, Aqila istri lho kenapa gak tau tentang ini?" Penasaran Yudha yang siap mendengar penjelasan Arka.

"Hubungan gue dan Aqila sudah berada di ujung tanduk, bahkan Aqila sudah menggugat cerai. Semua ini karena kesalahan gue di masa lalu yang sangat jahat." Menyesal Arka dengan suara sedih mengingatkan masa lalu yang kelam.

"Sabar bro ini adalah ujian, gue yakin suatu saat nanti lho bisa bahagia. Tapi kalau boleh tau apa alasan yang mendadak membuat istri lho menggugat cerai lho?" Tanya lagi Yudha.

"Gue gak tau apa alasan nya, tapi gue akan berusaha untuk mempertahankan pernikahan ini. Meski sedikit kesempatan tapi gue akan tetap berusaha." Semangat dan yakin Arka dengan perkataan nya.

"Semoga semua cepat membaik, gue akan selalu berdoa untuk lho."

"Terima kasih."

10 menit kemudian, ponsel Arka bergetar satu pesan masuk dari Mama nya. Membuka dan membaca isi pesan tersebut.

^^^Mama💞^^^

^^^Ka, Mama sudah menghubungi Qila nomor nya aktif. Berarti Qila tidak menganti nomor, tapi nomor kamu sudah di blok dimasukkan di daftar hitam hingga tidak bisa menghubungi Qila lagi. ^^^

Begitulah isi pesan dari Mama Diana.

Arka membaca seksama satu persatu kata yang tertera pada layar ponsel langsung bangun menyambar kunci mobil keluar meninggalkan Yudha.

"Hai bro lho mau kemana? kenapa buru-buru gitu?" Tanya Yudha.

"Perusahaan Adijaya." Balas Arka tanpa menoleh..……(Bersambung  Bab 68 )

Posting Komentar untuk "Bab 67 Pernikahan Di Atas Kertas "