Bab 69 Novel Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 69

Arka melihat tidak ada respon apapun dari perkataan nya
terhadap Aqila menjadi ragu bercampur takut.
Apa sekarang tidak ada kesempatan lagi, Arka diam membatin
pasrah keputusan apapun yang diberikan Aqila dia akan terima.
"Tidak usah menjawab, aku tau kesalahan ku sangat besar
bahkan susah untuk dilupakan dan di maafkan. Aku akan tanda tangan surat
perceraian kita, aku janji tidak akan menganggu kehidupan mu." Janji Arka
melepas genggaman nya pada Aqila.
Aqila tersentuh semua perkataan Arka seakan mengenai lubuk
hati nya. Dari wajah terlihat Arka bersungguh-sungguh menyesal.
Namun kini Aqila bimbang jika dia memberi satu kesempatan
pada Arka bagaimana dengan keluarga nya? apa yang harus dia jelaskan pada
mereka? belum tentu mereka menyetujui begitu saja.
Aqila berada di dua pilihan yang sama-sama membingungkan
untuk memilih yang satu dan juga satu lainnya.
Berada di posisi yang tak pernah di sukai adalah hal yang
sangat di benci mati oleh Aqila.
Posisi yang sama penting di suruh memilih adalah hal yang
sulit untuk di lakukan.
Jika diberi umpama memilih kaki atau tangan? Apa bisa di
pilih dari salah satunya? Dua-dua sangat penting hingga sulit untuk di pilih,
tanpa tangan bagaimana bisa makan, menulis dan lainya. Kaki, jika tidak ada
kaki bagaimana bisa jalan.
Untuk itu sekarang Aqila berada di posisi di lemah, dia
ingin memberi Arka kesempatan untuk membuktikan apa benar perkataan nya, jika
masih saja mengulangi hal yang sama maka tidak akan ada kesempatan lainnya
lagi.
Arka berdiri dari bangku dan saat ingin melangkah pergi dari
tempat nya mendadak Arka berhenti tidak lanjut pergi.
"Apa begini saja perjuangan kamu?" Tanya Aqila
membuka suara setelah lama diam berpikir.
"Maksudnya?" Tanya balik Arka yang belum konek
dengan maksud perkataan Aqila.
"Masa sih, seorang Arka Dirgantara sih CEO tidak paham
maksud perkataan ku?" Aqila tidak menjawab malah melempar balik pertanyaan
pada Arka.
Arka diam dan lebih tidak mengerti maksud perkataan Aqila
yang makin kesini membingungkan dirinya.
Aqila melihat wajah bingung tak mengerti Arka seperti orang
bodoh, akhirnya mendapatkan ide jail untuk mengerjai nya.
Kapan lagi dia bisa mengerjai Arka, anggap saja ini sebagai
balasan dari kelakuannya selama ini.
Melihat tampang Arka seperti orang bodoh sangat menyenangkan
dan terhibur untuk Aqila, karena selama ini dia hanya melihat tampang kejam dan
menakutkan Arka tak berperasaan padanya.
"Aku akan memaafkan kamu tapi dengan satu syarat, kalau
kamu bisa menyanggupi ini maka aku akan memberi kamu satu kesempatan."
Tantang Aqila senyum sampul penuh makna.
Mendengar kata kesempatan. Arka tanpa berpikir panjang
langsung mengangguk iya.
"Tantangan apapun aku siap demi kamu, meski nyawa ku
taruhan sekali pun." Serius dan yakin Arka dengan perkataan nya.
Kata-kata Arka seakan membuat hati nya bahagia. Entah kenapa
perasaan Aqila senang bahkan ingin terbang bebas di langit dan berkata hari ini
hatinya sedang bahagia.
***
Di posisi lain Bian yang melihat keberadaan Aqila tidak ada
di tempat langsung mencari.
Bian mencari Aqila di ruang kerja Farel, namun tidak
ditemukan keberadaan nya.
"Dimana Qila? kenapa di semua ruangan tidak ada."
Kata Bian pusing mencari Aqila tidak bertemu juga.
"Apa sudah mencari di ruangan Dewi?" Tanya Farel
yang tau mereka sahabat bahkan bisa di kata seperti adik kakak karena keakraban
mereka.
Jika orang luar yang tidak mengenal mereka, maka akan
mengira Aqila dan Dewi adalah kakak adik saking dekat dan lengket.
"Ruangan Dewi? emang ada urusan apa Qila kesana?"
Tanya balik Bian yang tidak tau.
"Dewi sahabat Qila, mereka sangat dekat siapa tau saja
Qila ada disana." Jawab Farel.
"Oh begitu, yah sudah Gue langsung cek kesana
saja." Kata Bian lalu berjalan pergi dari ruangan Farel.
Farel memandang kepergian Bian, langsung ikut kepikiran
dimana Aqila berada sekarang tumben jam segini tidak ada di ruangan.
Aqila tidak biasa seperti ini, dia adalah orang yang aktif
dan tidak suka meninggalkan kerjaan di saat jam tugasnya. Lalu kenapa mendadak
seperti ini kayak ada sesuatu yang tidak beres.
Farel langsung bergegas keluar dari ruangan nya menyusul
Bian yang berkata ingin ke ruangan Dewi.
Saat tiba dan ingin masuk ke ruangan Dewi.
Bian keluar dari dalam.
"Kok sendiri? Qila mana? apa masih ada di dalam?"
Tanya Farel menautkan alis.
"Qila tidak ada di dalam."
"Terus Qila dimana?"
"Gue juga gak tau, kalau tau ngapain cari, seperti
orang kurang kerjaan saja." Kata Bian sedikit kesal dengan pertanyaan
Farel yang bertanya balik pada dirinya.
"Yah sudah kita cari sama-sama saja." Saran Farel.
"Tidak. Mending kita pisah saja biar gampang menemukan
Qila, kalau kita bersama akan lama menemukan nya."
"Oke gue setuju dengan lho kali ini. Sekarang lho cari
di bawah, gue di atas siapa tau saja Qila ada urusan dengan staff
marketing." Kata Farel.
"Baiklah. Jika sudah menemukan langsung kabari,
sebaliknya dengan gue nanti."
"Siang Pak." Hormat tunduk karyawan melihat
kedatangan Farel berkunjung ke lantai atas, tidak seperti biasa. Farel tidak
pernah berkunjung selain mengadakan rapat dadakan itu pun sudah di kabari
hingga sebelumnya mereka sudah bersiap menyambut kedatangan Farel.
"Siang juga." Rama Farel membalas Sapaan
mereka."Apa kalian di sini ada melihat Ibu Qila?"
"Tidak Pak, kami tidak melihat, sehari ini Ibu Qila
tidak kesini." Jawab mereka yang tidak melihat kedatangan Aqila sejak
tadi.
"Oh gitu, yah sudah lanjut kerja, jika salah satu dari
kalian melihat Ibu Qila segera beritahu saya mencari nya." Kata Farel
meninggalkan pesan sebelum kembali ke arah lain untuk mencari Aqila.
Bian keliling mencari keberadaan Aqila juga belum menemukan
sampai saat ini.
"Dimana kamu Qila, kenapa mendadak hilang?" Ucap kecil
Bian, yang tak sengaja di dengar karyawan lain yang sedang melintasi samping
Bian.
"Pak Bian mencari Ibu Qila?" Tanya memastikan
Karyawan tersebut takut salah dengar.
"Iya, apa kau melihat keberadaan Ibu Qila
sekarang?"
"Iya Pak, tadi saya melihat, tapi sekarang saya tidak
tau di mana mereka sekarang?"
"Mereka? maksud kau Ibu Qila dengan seseorang?"
"Iya Pak, Ibu Qila bersama suami nya Pak Arka
Dirgantara. Tadi Pak Arka datang bersama asisten nya untuk menemui Ibu Qila dan
sekarang mereka sedang pergi."
"Suami nya kesini? buat apa kemari? apa yang mereka
bicara sebelum pergi?"
"Saya kurang tau Pak, Tapi saya rasa mereka sedang
bertengkar, dari nada bicara Ibu Qila saat bicara tadi sangat ketus. Saya saja
yang dengar jadi kasihan sama suaminya, kok bisa Ibu Qila ketus bicara nya,
kayak gak ada sopan santun saja sama suami padahal Pak Arka tampan dan nilai
plus kaya. Kalau saya jadi Ibu Qila tidak mungkin bersikap seperti itu."
Ucap panjang lebar nya tanpa sadar sejak tadi Bian sudah menatap tajam karena
terus lancang mengatai adik nya dengan mulut kotor nya.
"Apa kau sudah puas menyampaikan pendapat? sebelum
berbicara atau berkomentar pedas tentang kehidupan orang lebih baik berkaca
terlebih dahulu apa kehidupan mu sudah benar atau tidak, jangan sampai nanti di
katain balik tidak bisa membela diri, karena ucapan seseorang yang benar pada
kehidupan nyata mu." Sindir balik Bian yang tidak suka adiknya di hina………(Bersambung
Bab 70 )
Posting Komentar untuk "Bab 69 Novel Pernikahan Di Atas Kertas "