Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 64 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 64

Siska di kamar dengan sebuah benda pipi di tangan tertawa puas.

"Aku yakin setelah ini kamu tidak akan bisa menolak untuk bertemu denganku Ar. Kita berdua sudah di takdir kan bersama sekuat apapun kamu menghindar akan banyak cara yang akan menyatukan kita kembali." Ucap Siska tertawa keras.

Setelah mengirim pesan pada Arka, Siska langsung segera siap, dia yakin kali ini tidak ada penolakan Arka lagi.

Di tempat lain, Arka yang mendapat sebuah pesan dari Siska berdecak kesal membaca isi pesan tersebut.

"Kurang ajar mau apa lagi wanita ini, jika dia berani sedikit saja menyentuh Qila, tidak akan aku maafkan, tangan nya akan hilang dari anggota tubuh dan hari tersebut akan menjadi hari terakhir melihat matahari terbit." Marah Arka meremas kuat ponsel.

Arka segera memencet telpon kantor."Segera ke ruangan ku!" Perintah Arka tanpa menunggu balasan orang tersebut langsung mematikan panggilan sepihak.

"Kurang ajar kebiasaan selalu saja sama tidak pernah hilang, apa tidak bisa dia menunggu setelah aku bicara baru mematikan sambungan telpon." Maki Yudha kesal.

"Aku yakin pasti ada masalah lagi, mana ada seorang Arka Dirgantara tidak menghubungi seseorang jika ada masalah. Apa dia pikir aku ini mesin pengurus masalah yang di alami." Pikir Yudha, meski mulut mengoceh malas, dia tetap bergerak menuju ruangan Arka.

"Ada apa memanggil ku, jangan bilang ada masalah lagi?" Terus terang Yudha yang sudah dapat menebak.

Arka mendengar tebakan Yudha yang benar tidak perduli dengan wajah kusut nya.

"Temui Siska di tempat ini, beri dia peringatan untuk tidak bermain dengan ku, jika masih menyayangi nyawa nya."

"Kenapa harus gue, kenapa bukan lho saja bro, ini urusan kalian berdua kenapa harus gue yang mengurus, ini tidak ada kaitan dengan pekerjaan." Protes Yudha malas menemui Siska wanita gila.

"Ini perintah bukan minta tolong! lakukan saja apa perintah ku, atau.... " Senyum Arka menggantung perkataan nya dengan senyum sinis nya.

"Yaelah gitu aja udah ancam gak seru lho bro."

"Kalau gak mau di ancam ikuti saja, gak usah banyak protes."

"Iya iya gue ikut, kapan lagi lho dapat sahabat sekaligus karyawan yang baik dan penurut seperti gue. Gue rasa gak bakal ada, mana ada yang betah sama sikap semena kamu." Kata Yudha lalu tertawa sendiri dengan ucapan nya sendiri.

"Berani lho yah hina atasan!" Kesal Arka dengan hinaan Yudha.

"Lah kenapa marah kalau tidak benar?" Tanya Yudha sedikit menahan tawa melihat reaksi wajah kesal Arka.

"Rasain makangnya jadi orang jangan sesuka hati perintah orang, lho pikir gue robot kapan saja lho suruh selalu siap dan selalu ada. Makan nih kesal." Batin Yudha tertawa.

"Sana keluar siapkan diri. Kerjakan seperti apa yang katakan tadi." Ulang Arka sebelum Yudha meninggalkan ruangan nya.

"Iya iya. Lama-lama lho sama seperti perempuan cerewet nya pakai minta ampun." Pusing Yudha mendengar ocehan Arka tidak cape terus mengingatkan dirinya.

"Yudha sekali lagi lho bicara seperti itu, Siap-siap menjadi pengangguran." Ancam Arka.

Mendengar ancaman tegas Arka yang sudah sangat kesal dengan ejekan nya dari tadi, Yudha langsung melarikan diri dari pada lebih marah mending menyelamatkan diri mencari aman.

"Kurang ajar makin hari Yudha makin berani saja." Ucap Arka bingung kenapa Yudha seberani ini padanya bahkan tidak ada rasa takut sedikitpun pada dirinya.

Setelah kepergian Yudha dari ruangan, Arka kembali fokus pada dokumen kerja.

***

"Kak Siska." Kaget Aqila melihat orang tersebut yang memanggil nya adalah Siska wanita yang kabur dari hari pernikahan hingga dirinya menjadi korban dari perbuatan.

"Kamu ngapain di sini, dan ibu ini siapa?" Tunjuk Siska yang memandang penampilan menarik Mommy dari atas hingga bawah barang yang di kenakan sangat mewah dan mahal.

"Oh iya, Qila lupa kasih tau semenjak kakak kabur." Sindir Aqila menekan kata Kabur.

Siska mendengar kata sinis yang di ucapkan Aqila menjadi kesal." Kurang ajar sudah berani sekarang dia sama gue. Oke lho sudah salah cari lawan Qila." Batin Siska kesal yang sangat membenci Aqila dari awal orang tua nya mengadopsi.

"Heheh, maaf karena kakak kamu jadi menganti kan Kakak, Tapi sekarang semua itu tidak perlu lagi kakak sudah kembali, jadi kamu bisa lepaskan Arka." Balas Siska tanpa malu meminta kembali, seperti barang belanjaan yang salah di beli.

Aqila mendengar jawaban tanpa dosa dan enteng keluar dari mulut Siska menjadi bingung kenapa tidak ada rasa bersalah sedikitpun dari Kakak nya. Apa sekarang tidak memiliki urat malu.

Aqila bingung dengan semua yang di perbuat Kakak nya apa masih pantas dia berkata seperti ini, bahkan meminta balik seperti barang dagangan.

Menatap Siska dengan penuh pertanyaan batin. Aqila kembali membuka suara membalas perkataan nya." Apa kakak pikir Arka itu barang dagangan yang kapan saja bisa di kembalikan setelah apa yang kakak lakukan. Jangan bermimpi untuk Qila membiarkan itu."

"Maksud kamu apa Qila, kenapa berkata seperti itu? Arka tidak mencintai kamu, dia hanya mencintai Kakak sadar itu. Jangan memaksa sesuatu yang tidak mungkin terjadi dalam hidup mu."

Mendengar perkataan Siska, Aqila terdiam kaku, dia juga bingung dan membenarkan ucapan Siska. Meski Arka menolak keras perceraian ini dia tidak tau apa karena merasa bersalah atau sudah mulai ada hati dengan nya.

Aqila tidak bisa membalas. Melihat perdebatan yang serius Bian yang sejak tadi diam memantau jarak jauh segera berjalan mendekati mereka.

"Ada apa ini?" Tanya Bian meminta penjelasan pada Aqila.

Aqila yang di lirik dengan tatapan tanya, berkata santai." Biasa Kak, orang yang tak bertanggung jawab yang rela kabur demi impian dan menjadikan seseorang yang menanggung dari hasil perbuatan nya, setelah tergapai impian nya dengan enak datang meminta balik seperti barang dagangan." Sindir Aqila tanpa menatap orang Siska.

Mendengar sindiran Aqila memalukan dirinya seperti itu membuat nya kesal." Kamu dasar tidak tau malu, sudah di besarkan bukan nya terima kasih sekarang makin melunjak, apa kamu berpikir setelah menikah dan mendapatkan pria kaya kamu bisa sombong seperti ini." Maki Siska dengan menaikan sedikit suara hingga membuat mereka menjadi bahan tontonan orang yang berada di sini.

"Qila sadar diri, bahkan sangat sadar, jika Qila tidak sadar tidak mungkin Qila menganti kan posisi Kakak. Apa kakak lupa saat itu banyak tamu undangan dari kedua bela pihak. Apa kakak tidak berpikir bagaimana malunya keluarga kita jika pernikahan nya batal."

"Malu kata kamu, sebenarnya kamu yang malu Qila sudah berada di posisi yang tidak seharusnya kamu berada." Balas Siska.

"Kenapa harus Qila yang malu? Coba kakak pikir ulang semua yang kakak perbuat, mungkin Kakak lupa saking pusing ingin balik sama Arka." Ejek Aqila senyum puas dapat membungkam mulut cerewet tidak malu Siska..……(Bersambung  Bab 65 )

Posting Komentar untuk "Bab 64 Pernikahan Di Atas Kertas "