Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 63 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 63

Arka diam dan kembali menjawab.

"Menebak saja." Jawab enteng nya.

Mereka menggeleng kepala dengan jawaban anaknya. Sejak kapan suka menebak biasanya juga selalu mencari bukti.

"Inilah buruk kamu Ka, jangan membiasakan untuk menebak. Biasa kan untuk mencari bukti biar tidak jadi fitnah." Nasihat Mama Diana agar Arka dapat menghilangkan perilaku buruk yang dapat merugikan dirinya sendiri.

"Iya Ma." Angguk Arka.

"Nanti Mama akan coba hubungi Qila untuk membuktikan perkataan kamu."

"Iya, semoga tebakan aku benar jika tidak berarti Qila telah.... " Gantung Arka tidak dapat berkata lagi menyampaikan isi pikirannya.

"Hush sudah jangan berpikir negatif, kita positif thinking saja."

"Tapi, aku susah melakukan itu Ma, pikiran terus mengarah kesitu. Berusaha mencoba tetap saja tidak bisa."

"Itulah keburukan kamu ka, sekarang coba lah meski perlahan tapi pasti."

"Benar kata Mama kamu, perlahan tapi pasti seperti Papa dulu sama Mama kamu juga gitu." Membenarkan perkataan istrinya.

"Jadi dulu Papa juga sama." Tanya memastikan dengan apa yang di dengar barusan.

"Iya, tapi tidak seperti kamu juga, Papa masih lebih baik." Protes tidak terima disamakan oleh anaknya.

"Kan, Papa sendiri tadi yang bilang kenapa mendadak seperti menarik lagi perkataan."

"Bukan menarik, tapi membenarkan."

"Sudah gitu aja di debat kan, kayak gak ada topik lain saja. Papa juga udah tua bukannya mengalah." Ceramah Mama pusing melihat perdebatan tak jelas mereka.

***

Pagi hari seperti biasa Arka sudah bersiap berangkat kerja. Sebelum berangkat tidak lupa menyantap sarapan.

Hari ini Arka menggunakan jas setelan berwarna biru tua dengan rambut tidur kesamping seperti kayak opa Korea.

Umur Arka tidak mudah lagi, kini usia nya sudah menginjak 27 tahun. Meski di usia yang hampir kepala 3 ketampanan nya masih terlihat jelas di wajah bagi siapapun orang yang melihat nya.

"Ka, jangan terlalu forsi kerja, waktu istirahat langsung istirahat, jangan menunda-nunda nanti kamu sakit. Kepentingan yang utama." Nasihat Mama Diana melihat dandanan rapi Arka yang ingin segera berangkat setelah sarapan.

"Iya." Sahut mengiyakan nasihat Mama Diana.

"Ka, ini hari ada klien dari luar negeri yang akan datang ke perusahaan, berikan yang terbaik jangan mengecewakan mereka, meski perusahaan Dirgantara besar." Mengingatkan Arka agar tidak lupa diri dan besar kepala dengan apa yang dimiliki sekarang.

"Iya, Arka akan selalu ingat itu."

"Yah sudah sana berangkat nanti kamu terkena macet lagi." Usir Mama Diana.

"Mama usir?" Tanya Arka dengan wajah cemberut.

"Tidak usir Ka, Mama tidak mau kamu terkena macet nanti kasihan klien yang sudah tiba duluan."

"Jadi maksud Mama, klien lebih penting dari Arka gitu?" Tanya memastikan perkataan yang di tangkap dari penjelasan nya.

"Bukan gitu Ka, sudah kamu langsung berangkat saja, Mama pusing jelaskan sama kamu, gak paham juga." Menyerah pasrah menjelaskan beribuh kali juga hasilnya sama bikin pusing.

"Yah sudah kalau gitu Arka berangkat dulu, jangan lupa semalam tadi." Arka kembali mengingatkan pembahasan mereka semalam.

"Iya Mama ingat, entar juga bakal Mama lakukan."

Setelah kepergian Arka, Mama Diana segera mencoba menghubungi Aqila untuk membuktikan perkataan semalam.

Baru sekali menghubungi terdengar jelas nada sambung yang terhubung.

"Assalamu'alaikum, Ma." Salam Aqila di sebrang sana.

"Walaikumsalam sayang." Menjawab balik salam Aqila.

"Apa Mama menganggu kamu?" Takut menganggu waktu Aqila.

"Mama tidak menganggu kok."

Kedua saling berbincang bertukar kabar satu sama lain. Tanpa terasa mereka sudah menghabiskan waktu berbincang selama setengah jam, hingga akhirnya Aqila memutuskan sambungan karena ada sesuatu yang harus di kerjakan.

Setelah sambungan terputus, Mama Diana terdiam sejenak dan berpikir mengingatkan ucapan Arka semalam.

"Kontak Qila masih sama, jadi dia blok kontak Arka hingga tidak tersambung." Analisa batin Mama Diana berpikir dengan semua yang baru saja dia buktikan.

"Bagaimana Ma? apa benar Qila menganti nomor?" Tanya Papa Beni yang datang menghampiri istrinya.

"Tidak Pa." Menggeleng kepala.

"Berarti Qila menaruh kontak Arka di daftar hitam."

"Iya." Angguk mengiyakan.

"Yah sudah mau bagaimana lagi, ini sudah keputusan Qila. Kita tidak boleh egois dengan semua yang di lakukan Arka selama ini. Biarkan Arka kali ini yang berusaha."

"Iya Pa, Mama setuju. Mama tidak menyalahkan Qila atau lainnya, karena Mama dapat memaklumi dengan apa yang di perbuat Qila saat ini."

***

Aqila hari ini datang ke kantor sedikit terlambat,

Mommy meminta Aqila menemani nya sebelum pergi meninggalkan Indo.

Dan Aqila tidak enak menolak permintaan nya selain menyetujui.

"Princess masih lama gak?" Teriak Mommy dari lantai bawah.

"Sedikit lagi, Mommy duluan saya ke mobil, Qila nyusul." Balas Aqila dari lantai atas kamar tidak kalah teriak.

"Yah sudah kalau gitu Mommy tunggu di mobil." Teriak lagi berjalan keluar.

Setiba masuk di dalam melihat Mommy sendiri tanpa Aqila. Bian bertanya bingung.

"Dimana Qila? kenapa mommy sendiri saja?"

"Masih dandan." Jawab asal tidak tau apa yang dilakukan Aqila sekarang hingga lama begini.

"Masa sih." Balas Bian sedikit ragu dengan jawaban Mommy.

Beberapa menit kemudian Aqila datang menghampiri mereka.

"Maaf jadi lama nunggu nya." Ucap Aqila tidak enak membuat mereka menunggu, sebab sejak mengakhiri sambungan telepon dari Mama Diana, Aqila lupa meletakkan ponsel ke arah mana, karena dirinya langsung asal membuang handphone saat mendengar suara Mommy nya.

"Apa kamu dandan Qila?" Tanya Bian membalik arah memandang Aqila yang terlihat biasa tidak seperti orang dandan.

Aqila mengerut kening bingung maksud dari Bian dandan, sejak kapan dirinya menjadi perempuan repot yang berdandan hanya untuk ke mall."Ngapain dandan?" Tanya balik Aqila.

"Tadi kata Mommy kamu dandan." Jawab Bian menoleh Mommy yang tersenyum manis. Aqila langsung mengikuti arah pandang tersebut.

"Sudah ayo jalan sekarang, Qila juga harus ke kantor nanti." Ucap Mommy mengalihkan pembicaraan kedua anak nya yang menatap tajam kearahnya.

Kini mereka sudah tiba di Mall, Aqila menemani Mommy nya keliling melihat barang favorit yang di incar, dan Bian memilih duduk di cafe. Menemani kaum wanita berbelanja suatu hal yang membosankan bagi nya.

"Mommy ingin mencari apa, kenapa tidak ada satu barang yang Mommy temukan dari tadi?" Tanya Aqila bingung, kenapa sudah setengah jam memutar belum juga satu barang yang di pilih Mommy nya.

"Princess barang yang Mommy ingin kan tidak ada, bagaimana Mommy bisa memilih jika barang tersebut sudah di ambil pembeli lain."

"Jadi sekarang bagaimana, jika barang incaran Mommy tidak ada?"

"Kita lanjut keliling saja."

Keliling memutari Mall lantai dua. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama Aqila.

"Qila." Panggil orang tersebut.

Mendengar namanya di panggil Aqila berbalik dan terkejut melihat orang tersebut..……(Bersambung  Bab 64 )

Posting Komentar untuk "Bab 63 Pernikahan Di Atas Kertas "