Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 62 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 62

Aqila kini berada di kamar dengan wajah tak menentu, pikiran tak searah dengan apa yang ingin di lakukan.

Mereka yang masih setia berkumpul di ruang keluarga menunggu kedatangan Aqila yang sampai saat ini belum turun menjadi penasaran apa yang dilakukannya hingga selama ini.

Bian ingin menyusul Aqila, namun di cegah Farel."Biarkan dia menenangkan diri, jangan menganggu. Saat ini Qila membutuhkan ketenangan."

"Tapi Rel." Protes Bian yang masih ingin menyusul Aqila.

"Tidak ada tapian!" Tegas Farel tidak menerima bantahan apapun.

Bian adalah sosok pria yang perhatian, tapi perhatian nya sangat berlebihan melebihi Farel.

Jika diartikan pria overprotective tingkat tinggi level 10.

Entah kenapa Aqila bisa memiliki kakak seperti Bian, itu sudahlah takdir sang kuasa yang tidak bisa di tolak atau dibantah.

Satu jam diam merenung sendiri dan merasa lebih mending dari sebelum. Aqila keluar dengan pakaian santai menuju ruang keluarga menghampiri mereka yang mungkin sudah menunggu lama bahkan sudah berpikir aneh tentang dirinya yang belum juga datang.

Menuruni satu persatu anak tangga, Aqila di pandang mereka yang melihat kedatangan nya yang lebih segar dan pasti lebih cantik.

"Sini Princess duduk." Tepuk Mommy pada sofa samping nya.

Aqila langsung duduk setelah mengangguk iya.

"Princess apa kamu marah sama Daddy kamu?" Tanya Mommy khawatir saat tadi Aqila meninggalkan mereka.

"Tidak Mom, Qila tidak marah, Qila hanya lagi cape saja jadi terlihat kurang semangat kayak suntuk gitu. Tapi sekarang sudah lebih baik kok." Kata Aqila.

"Alhamdulillah Bagus Mommy dengarnya, Mommy tidak mau kamu marah karena semua tindakan Daddy kamu itu semata hanya demi kebaikan kamu bukan lainnya."

"Iya Mom, Qila tau semua Daddy lakukan demi kebaikan Qila."

"Yah sudah sekarang kamu makan dulu sana, pasti belum makan kan?" Tebak menaikan alis.

"Iya Mom." Senyum Aqila menunjukkan sederet gigi putih nya.

Aqila makan dengan lahap, otak boleh pusing, tapi jangan sampai nafsu makan berkurang dengan adanya masalah.

Berbeda dengan Arka yang lebih memilih mengurung diri di kamar, merasa dunia nya benar-benar hancur sekarang.

"Ka, ayo makan sejak tadi kamu belum makan." Ajak Mama mengetuk pintu kamar Arka.

Namun panggilan nya tidak ada sahutan dari dalam. Melihat dari celah pintu terlihat jelas Arka terduduk lemas di bawah lantai dengan kepala menyandar pada ujung tepi kasur ranjang.

Melihat hal tersebut, Mama Diana langsung terobos masuk.

"Ka, ayo makan kasihan Papa sudah tunggu dari tadi." Ajak ulang memandang wajah lesuh putranya.

"Mama yakin kamu bisa lewati ini, kamu anak mama yang kuat." Menyemangati sambil tersenyum memberi kekuatan.

Arka tidak menjawab malah melakukan hal yang tidak biasa dilakukan, otomatis Mama Diana kaget mendapat pelukan mendadak Arka sambil menangis kecil di pundaknya.

Mendapat serangan mendadak, Mama Diana tak bisa berkata saking terbawa perasaan mendengar pilu tangisan Arka sampai ke dalam lubuk hati.

Tak pernah sekali dirinya mendengar atau melihat Arka terpuruk berat seperti ini, Sosok Aqila begitu berarti hingga bisa mengubah sesuatu yang tidak pernah terjadi menjadi terjadi.

"Kamu berhasil masuk di kehidupan Arka. Lihatlah sekarang Arka begitu menyesal, Mama harap hubungan kalian bisa di perbaiki, Mama tidak tega melihat Arka seperti ini." Batin sedih berharap semua bisa segera membaik.

Menunggu lama kedatangan istri nya memanggil Arka belum kembali, Akhirnya dia memutuskan untuk melihat apa yang terjadi.

Melihat sesuatu yang langkah di lihat, Papa Beni berjalan lebih dekat dengan perasaan campur aduh, entah bahagia karena akhirnya anak nya sadar, atau sedih melihat terpuruk nya Arka.

"Aduh, kenapa putra keluarga Dirgantara cengeng seperti ini, mana Arka yang Papa kenal kuat dan pemberani." Ejek nya.

"Pa." Panggil Arka dengan suara lesuh tak semangat.

"Ada apa jagoan Papa, kenapa menjadi seperti perempuan yang habis melahirkan." Ejek lagi.

"Aku mohon bicara sama Qila beri aku satu kesempatan!" Lirih berharap Orang tuanya dapat membantu berbicara dan membujuk Aqila.

Mendengar permintaan Arka kedua saling pandang.

"Ka, Papa ingin membantu kamu, bahkan Mama kamu juga sama seperti Papa. Tapi kami tidak bisa melakukan apapun, sebelum kamu meminta, kami sudah berbicara ini, tapi Qila tetap kuat sama pendirian nya. Sekarang giliran kamu membuktikan pada Qila jika kamu sudah berubah, bukan Arka yang dulu." Jelas panjang lebar menatap lekat Arka.

"Tapi Pa, apa Qila bisa memaafkan?" Ragu bisa mendapat maaf dari Qila.

"Jika kamu belum mencoba bagaimana mau tau, Qila memaafkan atau tidak." Balas nya menyakinkan Arka apa salah mencoba sesuatu.

Karena kadang apa yang di pikirkan tidak pernah selalu terjadi dengan apa yang kita alami. Seperti mimpi belum tentu terjadi di dalam dunia nyata.

Mendapat support dari kedua orang tuanya Arka menjadi semangat dan langsung menghapus cepat tetesan bening yang sempat mampir di pipi.

Arka akan berusaha memperbaiki semua yang di buat hancur. Meski harapan nya kecil apa salah mencoba.

"Nah ini baru anak Papa, Arka Dirgantara yang kuat dan pemberani. Tidak cengeng seperti anak kecil yang minta jajan tapi tidak dikasih." Ejek mengingat wajah lucu terpuruk nya Arka.

"Sudah Pa jangan mengejekku lagi, aku tidak ingin membalas saat ini." kata Arka malas berdebat.

"Siapa yang meminta kau balas anak bodoh."

"Sudah sekarang waktunya makan, jangan ribut seperti ini, atau tidak makan sama sekali." Ancam Mama menakuti keduanya.

Kini mereka bertiga menikmati makan yang di hidang para pelayan.

Melihat kembali nya Arka tidak seperti tadi, Mama Diana bersyukur.

"Alhamdulillah, anakku kembali ceria, Ya Allah berikan kebahagiaan pada putra ku. Jangan engkau uji rumah tangga nya." Batin Mama memandang lahap nya Arka menyantap makanan.

Papa Beni melihat arah pandang istrinya tau jika saat ini dirinya sedang berdoa dalam batin. Dia juga sama saat ini berdoa dalam batin kebahagiaan putra nya.

Meski sekarang Arka bisa kembali ceria, tapi semua tidak menjamin bertahan lama. Apa mendengar keputusan Aqila Arka akan menerima atau sebaliknya. Harapan mereka saat ini Arka kuat apapun keputusan Aqila, karena kecil harapan mereka saat ini untuk Aqila menerima dan memberi kesempatan setelah apa yang di perbuat Arka.

"Ma, apa memiliki nomor terbaru Qila?" Tanya Arka di sela mengunyah makanan di mulutnya.

"Nomor baru?" Ulang nya tidak mengerti nomor baru apa.

"Iya Nomor baru. Qila sudah menganti kontak, makangnya Aku susah menghubungi nya." Jelas Arka menatap serius Mama nya yang tidak tau soal ini.

"Mama tidak tau soal itu. Dari mana kamu tau Qila menganti nomor?" Penasaran dari mana Arka tau kalau selama ini saja hubungan mereka renggang..……(Bersambung  Bab 63 )

Posting Komentar untuk "Bab 62 Pernikahan Di Atas Kertas "