Bab 6 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami
yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 6

Arka terus mengoceh dengan omelan yang keluar dari mulut
tanpa henti, Aqila muak dengan Arka terus menuduh diri nya yang buruk tanpa
bukti.
Apa dia pikir hidup nya hanya memikirkan dia, hingga harus
merencanakan hal buruk untuk membalas kelakuan Arka. Aqila bukan wanita
rendahan yang selalu membalas perbuatan jahat orang dengan kejahatan, karena
itu bukan tipe Aqila kejahatan harus dibalas kejahatan.
Bagi Aqila prinsip yang selalu ia pegang teguh adalah
kejahatan harus di balas dengan kebaikan, meski kejahatan itu sangat
menyakitkan untuk ia terima.
"Apa itu yang selalu ada di otak mu? apa tidak ada yang
lain, sedikit saja tidak lebih. Aku bingung sama kamu kapan bisa berpikir baik
tentang ku, aku bukan seseorang seperti yang kamu pikirkan, karena itu tidak
mungkin dan tidak akan mungkin." Tegas nya memperingati Arka agar stop
berpikir buruk tentang dirinya.
"Kamu sangat pandai bersilat lidah sampai-sampai Papa
dan Mama percaya sama omongan kamu. Aku jadi penasaran apa kamu sebelumnya
pernah menjadi artis sinetron hingga pintar membuat orang percaya dengan mulut
kotor mu itu. Tapi kayak nya tidak, aku ragu mana ada kru yang mau menerima
kamu menjadi artis mereka. Model seperti kamu cocok nya jadi pengamen jalanan
bukan artis." Hina Arka memandang rendah Aqila.
"Yah kamu benar aku tidak cocok jadi artis, karena aku
bukan orang yang pandai akting atau orang yang pandai berasumsi buruk kepada
orang lain, karena itu sifat yang di benci Allah. Menuduh tanpa bukti tempat
nya di neraka bukan di surga." Membalik keadaan membalas hinaan Arka tepat
sasaran.
"Kam_"
"Kenapa? apa kamu akan menyakiti ku lagi? silakan aku
sudah siap dengan siksaan mu, tapi jangan harap dengan itu aku akan takut sama
kamu, karena itu tidak akan mungkin. Aku bukan wanita di luar sana yang akan
diam jika di tindas." Ucap Aqila cepat memotong ucapan Arka yang ingin
marah.
Prokk
Prokk
Prokk
"Kamu semakin berani ternyata, aku pikir setelah semua
yang aku perbuat ini kamu akan takut ternyata aku salah, kamu pantas di sebut
wanita tak ular." Lagi dan lagi Arka mengejek Aqila tanpa berpikir.
Arka merasa wanita yang ia hadapi ini bukan wanita lemah
yang berada di luaran sana yang akan takut jika di sakiti terus menerus. Arka
semakin yakin Aqila wanita berbahaya tidak takut akan bahaya dari semua
perbuatan yang ia lakukan saat ini.
Lagi dan lagi ia menatap tajam Aqila penuh kebencian. Arka
mengenggam kedua tangan ingin rasa nya hari ini juga ia membunuh Aqila menemui
ajal untuk menanggung perbuatan jahat yang sudah ia lakukan terhadap dirinya
dan juga Siska.
"Terserah kamu mau berpikir apa tentang ku. Ada apa
kamu memanggil ku, jika hanya ingin berdebat maaf aku tidak ada waktu karena
aku lagi malas meladeni mu." Berdiri Aqila masih setia tanpa ingin duduk
di samping Arka.
"Tidak ada waktu kata mu? kamu harus sadar sekarang
kamu di sini hanya menumpang, jangan berharap untuk jadi ratu atau majikan di
mansion ini, karena itu tidak akan terjadi." Tegas Arka menatap
Aqila."Kamu bukan istri ku, jadi jangan bermimpi mendapatkan sepeser
bulanan dari saya." Sambung Arka lagi.
"Kamu tenang saja, aku tidak akan meminta uang sepeser
dari mu, aku sadar diri siapa kamu, siapa aku, meski kamu tidak menganggap ku
istri, aku akan tetap menghormati dan menghargai kamu selayak istri terhadap
suami." Bijak Aqila bukan membuat Arka terharu malah menambah muak dan
benci nya merasa Aqila sedang berakting.
"Kata-kata yang indah untuk di dengar, aku jadi terharu
kamu istri yang baik, aku beruntung memiliki istri seperti kamu." Ucap
Arka memuji Aqila berbeda dengan hati nya merasa jijik.
Aqila diam mendengar perkataan Arka, ia mencoba mencerna apa
yang di dengar ini mimpi atau nyata. Jika nyata apa iya secepat ini hanya
mendengar ucapan nya. Tapi tidak ada salah untuk percaya siapa tahu benar Arka
sudah sadar.
"Kenapa diam, apa kamu tidak aku berkata seperti
itu?" Melihat Aqila yang bingung.
"Tidak." Jawab Aqila bingung harus menjawab apa,
jujur ia tidak tau harus senang atau tidak dengan perubahan Arka.
"Bagus, Aku harap kamu bisa bedakan mana akting dan
tidak, karena itu yang aku lakukan saat kamu bicarakan."
Aqila bingung dengan perkataan Arka barusan maksud nya apa,
bedakan, akting, semua nya terus memutari otak nya mencerna maksud perkataan
Arka semakin menambah pusing.
"Maksud nya gimana? aku gak paham?" Bingung Aqila
memandang Arka.
Di luar negeri Siska sama sekali tidak mengingat Arka,
pikiran nya hanya tertuju pada karir yang akan ia rintis.
Siska yakin ia bisa sukses mengapai cita-cita nya sebagai
model terkenal. Meski harus berada lama di luar negeri Siska siap karena tujuan
nya hanya satu sukses.
"Siska jangan lupa sebentar kita harus ke studio untuk
casting, aku harap kamu yang akan terpilih."
"Makasih, aku tidak tau harus berkata apa selain
makasih, kamu sangat baik padaku, selalu mendukung semua cita-cita ku. Aku
harap kamu jangan sekali berubah yah."
"Tidak akan, aku akan menjadi Roland yang sama seperti
yang kamu kenal sekarang, tidak akan berubah." Memeluk erat Siska, meski
hati nya sakit berkata seperti itu, tapi jika ini demi kebaikan Siska akan ia
lakukan.
"Yah sudah sekarang kamu siap biar nanti gak kelamaan
tunggu kamu."
"Okey, aku masuk dulu yah, jangan kangen aku gak bisa
nanggung jika kamu kangen lho."
"Gak usah ge'er, mana ada aku kangen yang ada kebalik
kamu yang kangen."
"Sorry yah aku gak sudih kangen kamu, tiap hari aja
lihat mulu."
"Sudah sana masuk, ngomong terus kapan siap nya."
"Iya bos bawel amat kamu kayak emak-emak. Lagi Pms
lho."
"Kamu pikir aku perempuan yang mengalami
menstruasi?"
"Bisa jadi." Ketawa puas Siska meninggalkan Roland
terlihat jengkel dengan ejekan barusan.
Di kamar Aqila sedih lagi dan lagi ia tertipu dengan mulut
manis Arka yang mengerjai dirinya, sok baik dan manis hanya lah akting semata
untuk mengajar Aqila.
"Kenapa aku sangat bodoh bisa mempercayai dia,
bagaimana bisa pria seperti dia berubah dengan cepat, kenapa aku dengan mudah
percaya." Monolog Aqila merutuki kebodohan nya yang mudah mempercayai pria
seperti Arka..……(Bersambung bab 7 )
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 7 Novel Pernikahan Di Atas Kertas
Posting Komentar untuk "Bab 6 Pernikahan Di Atas Kertas "