Bab 58 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 58

Suasana kantor yang sempat rame mendadak hening seperti tak
berpenghuni. Arka kembali masuk ke dalam bilik tersembunyi dengan memijat
kening pusing dengan semua yang terjadi hari ini.
Belum satu masalah selesei sudah datang lagi yang baru.
Di tempat lain Aqila duduk anteng di ruang kerja nya, saat
ini semua karyawan belum mengetahui jika dia adalah adik dari Farel.
Aqila sengaja menahan Farel untuk tidak memberitahu, dia
hanya ingin semua tetap seperti ini tanpa ada yang mengetahui indentitas nya.
Jam makan siang telah tiba, Aqila tidak bersemangat ke
kantin mengingat dirinya akan melanjutkan pendidikan di USA seketika itu juga
dirinya malas melakukan apapun.
"Qila yuk ke kantin." Ajak Dewi.
"Malas, kamu aja sendiri, aku disini saja." Tolak
Aqila yang malas melakukan apapun.
"Tumben, ada apa sih kalau ada masalah cerita jangan di
simpan sendiri." Ucap Dewi.
"Aku gapapa, lagi malas saja hari ini."
"Yah sudah kalau begitu, aku pesan makan nanti kita
bareng disini." Kata Dewi tanpa menanya pendapat Aqila lalu berjalan
meninggalkan nya.
Aqila duduk termenung dengan memangku dagu di kedua tangan
nya. Menatap dinding ruangan kerja dengan pikiran yang melayang ke luar tanpa
menyadari berulang kali pintu di ketuk.
Tidak ada jawaban dari ketukan pintu, Farel berinisiatif
langsung masuk, ternyata orang yang diharapkan untuk menjawab lagi termenung
entah sedang memikirkan apa, Farel sendiri tidak tau.
Farel berjalan mendekati Aqila.
"Qila." Panggil Farel saat tiba di depan nya.
Namun tidak ada balasan dari Aqila, Farel kembali memanggil
ulang Aqila.
"Aqila Dewi karisma Adijaya." Panggil ulang Farel
menaiki satu okta suara nya.
"Astaghfirullah Kak Farel." Teriak Aqila kaget.
"Pikirin apa kamu Qila, kenapa melamun gak jelas kayak
gini?"
"Qila gak mikirin apa-apa Kak." Aqila terpaksa
bohong.
"Serius nih, apa kamu gak lagi berbohong?" Tanya
lagi menaikan alis.
"Serius Kak Farel yang paling tampan sedunia."
Ucap Aqila.
Saat yang bersamaan Dewi datang dan mendengar penggalan
kalimat Aqila.
"Aku gak salah dengar nih, Qila bilang Pak Farel
tampan, apa mereka memiliki hubungan spesial, tapi bagaimana bisa Qila memiliki
suami, apa Qila selingkuh?" Gumam Dewi berpikir bingung dengan apa yang di
dengar."Oh no Qila apa yang kamu perbuat, kenapa bisa melakukan ini."
Dewi kini berpikir melayang dengan apa yang di dengar dan di
lihat. Tanpa mencari tau yang di dengar hanya penggalan yang tidak lengkap.
"Hmmm." Dehem Dewi.
Aqila melihat kedatangan Dewi segera menormalkan situasi.
"Sudah datang Wi?" Tanya Aqila basa basi.
"Seperti yang dilihat sekarang, gak mungkin roh
kan?" Tanya balik Dewi kesal dengan pertanyaan Aqila.
Aqila mengerutkan kening bingung ada apa dengan Dewi kenapa
mendadak aneh jutek seperti ini, apa salah makan atau gimana?
Farel merasa suasana berubah aneh pamit undur diri.
"Qila, Dewi saya pamit dulu, kalian lanjutkan
perbincangan kalian." Ucap Farel meninggalkan mereka.
Setelah kepergian Farel, Dewi langsung memojokkan Aqila
dengan beribuh pertanyaan.
"Jawab jujur, Kamu dan Pak Farel ada hubungan khusus
kan?" Interogasi Dewi memicingkan mata curiga.
"Apaan sih, gak jelas deh, gak baik su'udzon."
"Siapa yang su'udzon aku sudah melihat bahkan mendengar
semua dengan jelas."
"Dengar apa? dan lihat apa? gak usah sembarang
deh."
"Kenapa sih masih saja mengelak, bukti sudah didepan
mata Qila."
"Bukti apaan sih Wi, aku seriusan gak ngerti, maksud
hubungan spesial kayak gimana?" Bingung Aqila tidak paham.
"Kamu lama-lama bikin kesal deh."
"Yah udah kalau gak mau jelasin gapapa."
"kok gitu situ sih."
"Kan, kamu sendiri gak mau jelasin, yah sudah gapapa.
Aku juga gak masalah kita lupakan saja." Balas Aqila bangun berpindah
tempat duduk.
"Qila maksud aku itu, apa kamu dan Pak Farel sepasang
kekasih?" Tanya serius Dewi menatap Aqila.
"Uhukk... uhukk.... " Aqila batuk mendengar
pertanyaan tuduhan Dewi.
Aqila tidak habis pikir bagaimana Dewi bisa berpikir dirinya
kekasih Farel, sedangkan mereka berdua adalah sepasang kakak beradik.
"Minum dulu." Menyodorkan botol minum dengan
perasaan khawatir.
"Makasih." Ucap Aqila menerima dan meminum botol
minum yang diberikan Dewi.
"Apa sudah mendingan?" Tanya Dewi tak enak membuat
sahabat nya seperti ini.
"Iya udah mendingan." Jawab Aqila dengan
menampilkan senyum cantik nya.
***
Papa Beni dan Mama Diana duduk di bangku taman belakang
dengan cemilan yang di siapkan Art.
"Pa, apa impian Kita ingin memiliki Cucu masih bisa
tergapai?" Lesuh Mama Diana dengan wajah sedih.
"Masih bisa Ma, kita berdoa yang terbaik saja."
"Berdoa sudah pasti, tapi Mama gak yakin dengan Arka
nya."
"Udah kita serahkan semua pada yang kuasa, jika semua
sudah kehendak yang di atas sebesar apapun rintangan pasti bisa di lalui, dan
akan kembali baik pada saat nya."
"Iya Pa."
Tanpa terasa sudah 4 jam mereka berbincang mencurahkan isi
hati.
"Permisi Tuan, Nyonya." Sopan Art tunduk hormat.
"Iya ada apa Bi?" Tanya Mama Diana.
"Di depan ada Nyonya Aqila, katanya ingin bertemu Tuan
dan Nyonya." Jawab Art tersebut dengan wajah bahagia.
Mendengar nama Aqila, Mama Diana langsung bangun
meninggalkan suami dan art. Semangat 45 terpapar jelas di wajah nya sehari
tidak bertemu saja sudah sangat rindu, bagaimana jika lama entah apa yang akan
terjadi Mama Diana juga tidak tau.
Papa Beni tidak bisa berkata apapun selain menggeleng kepala
melihat kelakuan istrinya bahagia mengetahui Aqila datang berkunjung.
"Qila sayang kamu kemari." Ucap Mama Diana
mendekati Aqila dan langsung memeluk erat kangen.
"Iya Ma, Papa mana kok Mama sendiri?" Tanya Aqila
tidak melihat keberadaan Papa Beni.
"Ada di belakang, tunggu aja bentar lagi datang."
"Oh gitu ya Ma."
"Iya sayang, apa kamu tau Mama sangat merindukan mu,
Sehari gak berjumpa rasanya hidup Mama ada yang kurang." Lirih menatap
sendu wajah Aqila.
"Mama jangan bicara begitu, Qila kesini mau pamit
karena Qila gak akan bisa datang berkunjung lagi kesini."
Mendadak wajah Mama Diana berubah, wajah yang awal bahagia
kini berubah setelah mendengar perkataan Aqila tidak akan datang berkunjung
lagi.
"Kenapa sayang? apa ada masalah dengan Arka?"
Tanya nya yakin pasti ada sangkut paut dengan Arka, kalau bukan Arka siapa
lagi.
Aqila menggeleng kepala." Tidak Ma, ini gak ada sangkut
paut sama Arka, ini murni keputusan Qila. Qila janji akan berkunjung lagi
setelah urusan Qila selesai." Janji Aqila memengang erat kedua tangan Mama
Diana.
"Mama akan merindukan kamu sayang."
"Mama jangan sedih, Qila janji setelah urusan Qila
beres, Qila akan sering menemui Papa dan Mama." Janji mengangkat kedua
jari."Ma, Qila bisa minta satu tolong?"
"Minta tolong apa Sayang, Mama akan bantu sebisa Mama
untuk kamu."
Aqila membuka tas kerja mengambil ulang surat gugatan yang
baru."Tolong berikan ini pada Arka, Qila mohon untuk kali ini minta Arka
tanda tangan." Mohon Aqila menyodorkan surat.
Bertepatan dengan itu Arka datang melihat dan mendengar
semua perbincangan Aqila bersama Mama.
"Tidak akan!" Teriak Arka lantang, Kedua nya kaget
dan langsung berbalik mengarah pada Arka..……(Bersambung Bab 59 )
Posting Komentar untuk "Bab 58 Pernikahan Di Atas Kertas "