Bab 55 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 55

Farel sudah memasang serius pendengaran untuk memahami
penjelasan Aqila.
Tanpa mereka sadari Daddy dan Mommy sudah menunggu lama,
bahkan setia menanti kedatangan anak-anaknya.
Farel masih belum menyadari hal tersebut, pikirnya sekarang
mendengarkan apa yang dia inginkan dan penasaran sejak tadi.
Aqila berusaha tenang dalam menceritakan detail masalah awal
hingga akhir berantakan seperti ini. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman dan
makin panjang melebar.
Mengangguk paham, setiap detail penjelasan Aqila. Farel
sudah berusaha sabar betapa kejam orang tua angkat Qila mengungkit balik jasa
mereka membesarkannya.
Farel menyesal tidak berusaha cari keberadaan adiknya, jika
saat itu dia balik cepat ke Indo dan kembali membuka kasus hilangnya Aqila.
Tidak menutup kemungkinan Aqila tidak akan menderita seperti ini menanggung
pernikahan dan malu keluarga.
Meremas jemari tangan mendengar penjelasan Aqila, Farel
berjanji akan membalas mereka yang zolim kepada adiknya dua kali lipat dari apa
yang mereka perbuat, intinya tidak boleh di ketahui Aqila.
Melihat Aqila tidak sanggup menceritakan lagi, Farel
menghentikan perkataan Aqila."Sudah Qila hentikan, jangan di paksa lagi
jika tidak kuat. Maaf Kakak terlalu memaksa kamu." Ujar nya menarik tubuh
Aqila masuk kedalam pelukan.
Mata Aqila sudah berair menahan bendungan yang kapan saja
bisa keluar. Hati Aqila sakit jika mengingat betapa tega takdir menguji hidup
nya.
Aqila membalas memeluk erat Farel, tanpa bisa di tahan lagi
bendungan tersebut runtuh juga.
Tetesan hujan jatuh mengenai baju milik Farel. Namun tidak
di cegah tahan karena sengaja membiarkan Aqila lega melepas kegundahan nya.
Farel yakin saat ini yang dibutuhkan Aqila dukungan dan support dalam melewati
semua ini.
"Kakak akan selalu di sisi mu, Tenanglah tidak akan
Kakak biarkan seorang pun menyakiti kamu lagi." Janji Farel.
Mendengar perkataan Farel, hati nya tambah terharu dan
perlahan melepaskan pelukan.
Aqila menatap kedua bola mata Farel dengan penuh kasih
sayang, bersyukur bertemu dengan nya dan menjadi Kakak terbaik.
Tidak ada kata yang bisa di ucapkan. Aqila kehabisan akal
membalas perkataan bijak Farel.
"Sudah jangan cengeng begini, Kakak gak kenal Qila yang
cengeng dan manja, Yang Kakak kenal Qila yang kuat dan pemberani."
Mendengar perkataan Farel, Aqila memukul lengan kiri
Farel."Siapa yang cengeng sih, Qila bahagia tau." Ketus Menatap
sekilas lalu berbalik menatap arah lain.
"Iya iya Qila gak cengeng, tapi.... " Gantung
Farel sengaja mengerjai nya.
"Tapi apa?" Melotot Aqila pada Farel.
"Kakak lupa." Balas nya lalu tertawa.
"Tau ah, malas Qila bicara sama Kak Farel gaje."
Bangun meninggalkan kamar menuju lantai bawah.
Melihat kepergian adiknya, Farel bangun mengejar langkah
Aqila.
"Sabar Qila, gak usah buru-buru. Mommy dan Daddy gak
bakal kemana." Ejek Farel.
"Siapa juga yang bilang bakal kabur, Qila malas aja
dekat sama Kak Farel." Ketus Aqila tanpa menoleh saat berbicara.
Mendengar pernyataan Aqila tentang dirinya, Farel
mengerutkan kening bingung.
Apa yang di maksud Aqila dirinya tidak jelas atau dia sudah
berasa bosan bersama nya.
Kini mereka sudah tiba di ruang keluarga. Mata Daddy dan
Mommy sudah lekat memandang kedua anaknya, yang sejak tadi membuat mereka
menunggu lama kedatangan nya.
"Kenapa baru tiba, bicara apa saja di atas?"
Selidik Daddy bingung apa yang di bicara hingga selama ini.
"Maaf Dad." Ucap Farel.
"Yah sudah kali ini Daddy maafkan, lain kali tidak
lagi."
"Princess sini duduk dekat Mommy." Panggil menepuk
sofa samping nya.
"Iya Mom." Jawab Aqila berjalan mengikuti perintah
Mommy.
Aqila duduk anteng di sofa yang di tunjuk Mommy. Hatinya
sudah seperti bara api kepanasan, gelisah dengan apa yang akan di katakan
mereka.
"Princess apa kamu baik-baik saja?" Melihat Aqila
tidak tenang seperti sebelumnya.
"Iya Mom Qila baik. Ada apa Mommy panggil Qila?"
"Karena kamu sudah disini, Mommy gak mau
basa-basi." Ucap serius menatap lekat wajah Aqila."Mommy dan Daddy
sudah memutuskan kamu untuk melanjutkan kuliah di USA."
Mendengar keputusan orang tuanya, tanpa ada berunding
terlebih dahulu. Aqila kaget, bagaimana bisa mereka memutuskan sepihak tanpa
bertanya dulu.
"Tapi, kenapa mendadak begini?" Tanya Aqila
bingung apa alasan sebenarnya hingga Daddy dan Mommy memutuskan ini.
"Daddy ingin kamu menjadi wanita yang tangguh dan bisa
membalas mereka yang sudah menyakiti kamu." Ujar nya menjelaskan maksud
tujuan mengambil keputusan ini.
"Tidak perlu Dad, Qila gak mau balas dendam, biarkan
semua berlalu seperti ini gak usah di balas karena Tuhan gak pernah tidur. Jika
alasan Daddy dan Mommy meminta Qila kuliah untuk balas dendam, Maaf Qila gak
bisa." Tolak keras Aqila tidak ingin kuliah dengan alasan tujuan balas
dendam.
Balasan Aqila menolak mentah keinginan mereka untuk tidak
balas denda, membuat mereka bangga ternyata anaknya bukan hanya pintar, tapi
juga berhati malaikat yang tidak dendam meski berulang kali di sakiti.
"Terbuat dari apa kamu princess, kenapa kamu begitu
baik, meski berulang sudah di sakiti masih bisa memaafkan. Mommy bangga
memiliki anak seperti kamu." Batin nya terharu dengan kebaikan hati yang
dimiliki Aqila.
***
Arka masih saja tidak menyerah menghubungi Aqila meski
hasilnya akan tetap sama.
Tekadnya sudah bulat ingin mendapat maaf dan diberi
kesempatan dari Aqila memperbaiki hubungan ini.
Arka mengelus bantal yang biasa di gunakan Aqila untuk
bersandar saat tidur.
Matanya masih belum bisa di pejamkan.
Memori dan ingatan tentang Aqila mendadak datang
bermunculan.
Ternyata seperti ini rasanya menyesali sesuatu yang di
perbuat, bahkan tidak mendapat maaf dari orang tersebut.
Menyesal selalu datang di akhir setelah semua terungkap
barulah datang kalimat ucapan lisan menyesal dan maaf.
Apa gunanya kata lisan menyesal dan maaf jika semua tidak
bisa di perbaiki lagi.
Berubah tidak menjamin seseorang melupakan semua yang
terjadi. Bahkan meski bertahun lama telah berlalu, kenangan memori menyakitkan
tidak akan pernah hilang.
Memori perlakuan Arka perlahan ikut bermunculan satu
persatu. Dinding tembok dekat pintu mengingatkan nya betapa kejam dirinya
memukul dan menampar Aqila meski sudah tak berdaya tetap saja tidak mengampuni.
Arka memukul tangan nya benci." Kenapa aku sangat
kejam, kenapa bisa menyakiti wanita sebaik Aqila." Menyesal Arka mengutuk
kebodohannya.
Arka bangun berjalan mendekat lemari pakaian yang dulu
adalah tempat penyimpanan pakaian Aqila. Membuka dan memandang lekat lemari
kosong tidak ada sehelai pakaian didalam. Ternyata Aqila membawa serta tanpa
menyisakan satu pakaian.
"Kenapa begitu menyakitkan melihat semua ini."
Kata Arka masih berharap ini hanyalah bunga tidur, tapi tidak bisa dipungkiri
saat membuka lemari..……(Bersambung Bab
56 )
Posting Komentar untuk "Bab 55 Pernikahan Di Atas Kertas "