Bab 54 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 54

Daddy Rama bukanlah orang bodoh yang mudah di bohongi, gerak
gerik Farel sudah terlihat jelas ada sesuatu.
Pandangan lekat memicing interogasi kepada Farel, membuat
dia tak berkutik lagi, mau tidak mau Farel menceritakan semua yang di ketahui
dari hasil penyelidikan.
Mereka menjadi pendengar setia penjelasan Farel tanpa
mencela. Wajah satu persatu dari mereka menunjukkan reaksi berbeda, kaget,
marah, benci dan lainnya menampilkan ketidaksukaan atas perlakuan buruk kepada
princess mereka.
Farel setia menceritakan dengan sedikit mencuri pandang
melihat reaksi Daddy dan Mommy nya. Ternyata dugaan nya benar amarah Daddy
sudah berada di puncak batas kesabaran.
Tanpa mereka ketahui dan sadari, Aqila menuruni anak tangga
perlahan dan mendengar perbincangan mereka, betapa kaget Mengetahui Farel
menceritakan semua masalah rumah tangga yang tidak sembarang orang ketahui.
Aqila berpikir sejak kapan Farel tau, bukannya tidak
sembarang orang mengetahui selain keluarga Dirgantara dan Art nya. Kenapa juga
Farel harus menceritakan semua ini kepada Daddy dan Mommy.
Rencana awal ingin menghampiri keluarga batal, Aqila
langsung memutar balik dan masuk kembali ke kamar.
Dikamar bernuansa biru langit dengan lebar ruangan 2x lipat
dari kamar tamu yang di tempati keluarga Dirgantara. Aqila duduk di meja rias
menatap wajah nya, mengingat kejadian saat dia mendengar percakapan mereka
mengenai pernikahan nya yang hancur.
Kini yang menjadi pemikiran Aqila sekarang, dari mana Farel
tau, apa dia menyuruh orang suruhan? tapi bagaimana bisa mendapat detail
lengkap cerita.
Aqila bingung apa yang akan di lakukan jika nanti di tanya,
cepat atau lambat mereka akan menanyai hal ini padanya. Tidak mungkin bercerita
bohong atau menghindari pertanyaan mereka.
"Apa yang harus aku lakukan, kenapa semua menjadi
seperti ini." Gumam Aqila menatap lekat wajah nya di pantulan cermin.
Aqila tidak berpikir jika mereka akan tau masa lalu nya,
karena dia tidak ingin membahas atau menceritakan, biarkan semua berlalu
seiring waktu tanpa perlu di cerita ke siapapun. Namun kini semua berbeda dari
ekspetasi nya, nasi telah berubah menjadi bubur, tidak ada yang bisa mengubah
sesuatu yang telah terjadi.
Betah berada di bangku meja rias, Aqila bangun berpindah
tempat duduk. Kini bokong nya telah berada di ujung tepi kasur atas,
menyandarkan kepala dengan mata menatap langit-langit plafon.
Dengan cahaya lampu yang terang Aqila melihat jelas cat
langit plafon berwarna putih, seputih kertas tulis.
Aqila tidak bisa berkata apa selain merenung hal apa yang akan
dilakukan berikut untuk kehidupan baru.
Di ruang keluarga Mereka masih terus berbincang hingga
sadar, sejak tadi tidak ada pergerakan Aqila turun.
"Dimana Princess? kenapa sejak tadi belum turun, bukan
katanya hanya sebentar tidak lama karena barang bawaan nya hanya sedikit."
Ucap Mommy memandang arah atas tangga tidak ada pergerakan Aqila terlihat.
"Apa perlu Aku panggil Mom?" Farel menawarkan
diri.
"Boleh, Suruh turun ada hal yang ingin Mommy
katakan!" Perintah menyetujui tawaran Farel.
Tidak menunggu lagi, Farel segera bangun berlari kecil
menaiki anak tangga menuju kamar Aqila yang berada di lantai atas.
Mereka melihat begitu antusias Farel memanggil Aqila
menggeleng kepala tidak percaya dengan sikap kekanakan nya.
"Lihatlah anak kamu Mom, betapa antusias nya di suruh
panggil princess." Kata Daddy tidak habis pikir, betapa semangat dan
senang Farel bertemu sama Aqila.
"Anak kamu juga Dad bukan anak ku sendiri." Balas
tidak terima dikata anak nya saja.
"Hehehe." Cengegesan nya tanpa dosa.
Di pikir buat anak tidak ada bantuan dari pira hingga di
bilang anak nya saja.
Tok
Tok
Tok
Mendengar ketukan dari luar, Aqila yang berbaring malas
perlahan membuka mata mengumpulkan tenaga yang engan untuk bangun.
Berjalan mendekati pintu dan membuka.
Cekrek.
Pintu terbuka Aqila melihat orang yang berdiri tegak di
pintu adalah Farel. Wajah sok cool dengan kedua tangan masuk kedalam saku
celana, mata tajam memandang Aqila hingga merasa tak nyaman dengan pandangan
nya.
Aqila merasa ada yang tidak beres, tapi masih bisa di atasi
dengan berlagak tidak tau apa yang terjadi.
"Ada apa kak?" Tanya Aqila memasang wajah lugu
tidak curiga dengan kedatangan Farel pasti ada sangkut pautnya dengan apa yang
di dengar tadi.
"Boleh kakak masuk dulu, tidak mungkin berbicara begini
terus." Kata Farel langsung terobos masuk. Buat apa izin masuk kalau ujung
nya akan tetap masuk, mending langsung saja.
Aqila gerutu kesal yang bisa menduga pembahasan apa yang
akan di katakan Farel nanti.
"Kak aku sangat lelah hari ini, apa tidak bisa besok
saja?" Kata Aqila mencoba bernegosiasi menunda pembahasan yang dapat
mengingat kan nya dengan masa lalu.
"Tidak bisa, Harus hari ini. Mommy juga ingin membahas
sesuatu sama kamu." Tolak Farel tegas memandang lekat Aqila berusaha
menghindar.
"Jadi Kakak kesini di suruh Mommy, Yah sudah kalau
begitu kita langsung turun saja, biar cepat kelar dan Qila bisa lanjut
istirahat."
"Iya, tapi tunggu sebentar, ada yang ingin kakak
bicarakan sama kamu sebelum bertemu Mommy." Farel menatap lekat membuat
Aqila mendengar menjadi tegang tak karuan.
"Apa yang ingin kakak bicarakan?" Aqila berpura
tidak tau apa yang akan di tanyakan, meski Aqila sudah tau arah pembicaraan
kemana yang akan di bahas.
"Kenapa kamu sering di siksa oleh Arka
Dirgantara?" Tanya serius Farel yang penasaran belum tau apa alasan Arka
membenci Aqila hingga sebulan menjalani kehidupan rumah tangga tidak ada
kebahagiaan meski sebagai tempat persinggahan atau lainnya.
Aqila kikuk tidak tau harus menjawab apa, jawaban dari
pertanyaan Farel sangat gampang dan mudah, tapi mulut Aqila mendadak membeku
hingga tidak bisa berucap sepatah kata. Farel melihat adiknya diam beribuh
bahasa kembali membuka suara.
"Jawab Qila jangan diam, Kamu tau keluarga kita bukan
keluarga sembarangan, jika Kakak mau dengan satu hentakan tangan Kakak bisa
menghancurkan keluarga Dirgantara." Ancam serius Farel tidak becanda.
Mendengar ancaman Farel, Aqila menggeleng kepala jangan, dia
tidak ingin Papa dan Mama kena imbas dari aksi balas denda keluarga nya kepada
Arka. Bagaimana juga di sini yang salah Arka bukan orang tua nya.
"Kalau kamu tidak mau ceritakan sekarang, jangan
diam!" Tegas Farel terus mendesak agar Aqila menceritakan tanpa menutupi
lagi.
"Kak please jangan lakukan apapun kepada keluarga
Dirgantara, biarkan semua seperti ini, Qila gak mau berurusan lagi sama Dia.
Orang tua nya sangat baik sama Qila jadi please jangan membuat mereka
menanggung kesalahan yang tidak mereka perbuat sama sekali, tidak adil jika
mereka yang harus menanggung kesalahan dari anaknya." Mohon Aqila berharap
di dengar permohonan nya ini.
"Kakak tidak janji, ceritakan sekarang jangan berkata
apapun selain penjelasan kamu." Tegas Farel tidak ingin mendengar
perkataan lain lagi selain penjelasan yang di tanya.
Aqila tidak memiliki opsi lain untuk bernegosiasi. Perkataan
nya sudah buntut sekarang, berbohong rasanya percuma saja, Farel pasti bisa
mencari tau ulang dan pasti akan marah jika mengetahui kebohongan nya.
"Baiklah." Singkat Aqila menarik nafas dalam mulai
menceritakan satu persatu pertanyaan yang di tujukan Farel padanya, seperti
seorang polisi sedang mengintrogasi Penjahat dengan pertanyaan bertubi atas
tuduhan mencurigakan..……(Bersambung Bab
55 )
Posting Komentar untuk "Bab 54 Pernikahan Di Atas Kertas "