Bab 53 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 53

Suasana kurang begitu menyenangkan di tengah pergolakan
batin antara rindu dan benci. Aqila membenci dirinya sendiri yang tak cukup
kuat membenci Arka sepenuhnya. Apakah Tuhan itu sungguh adil? Mengapa harus ada
penderitaan, penindasan, ketidakadilan dan beraneka macam di muka bumi?
Tuhan menurunkan hujan dan memberikan cahaya matahari kepada
semua orang tanpa membeda-bedakan bangsa, agama maupun ras. Mungkin saat ini
masalah yang di hadapi membuat tak bergairah menjalani hidup. Namun percayalah
kalau semua akan mendapatkan kebahagiaan suatu saat nanti.
Orang yang tidak tau bersyukur adalah orang yang memiliki
kekurangan dalam hidupnya.
Malam hari semua keluarga Adijaya berkumpul lengkap di ruang
keluarga dengan sedikit cemilan hidangan ngobrol mereka.
Berbeda dengan situasi yang berada di kediaman keluarga
Dirgantara.
Arka mengurung diri di kamar dengan terus mengontak Aqila.
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di
luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi." Itulah yang selalu terjadi
setiap kali Arka menghubungi Aqila. Mungkin Aqila sudah mengganti nomor
handphone nya, pikir Arka.
Arka berdecak kesal, kenapa di saat dia mulai sadar dan
ingin memperbaiki tidak ada kesempatan untuk nya melakukan.
Uring-uringan seperti orang gila, sungguh membuat hari nya
tak bersemangat setelah kepergian Aqila. Berulang kali pintu kamar di ketuk
dari luar, tetap tidak di respon, Arka tidak mengizinkan siapa pun masuk
kecuali Aqila.
Papa Beni dan Mama Diana sedih melihat kondisi menyedihkan
yang menimpa putra tunggal nya.
"Pa, Mama sedih melihat nasib Arka seperti ini."
Lirih dengan wajah sedih.
"Papa juga sama seperti Mama, Tapi apa yang bisa kita
perbuat sekarang? Semua ini salah Arka tidak pernah menghargai Qila. Papa tidak
kebayang bagaimana berada di posisi Qila saat itu, selalu di caci, di hina dan
juga di siksa tanpa belas kasihan." Termenung mengingat mengandaikan jika
posisi tersebut terbalik.
"Iya Pa, pasti sangat hancur." Membenarkan ucapan
suaminya.
"Sekarang kita sebagai orang tua hanya bisa memberi
dukungan kepada Arka agar kuat menjalani cobaan ini, bahkan untuk seterusnya.
"
"iya Mama setuju, sekarang kita biarkan Arka sendiri
menenangkan pikirannya, mungkin dengan ini pikiran nya akan segera
membaik!"
Setelah berkata di depan pintu kamar Arka, Mereka
meninggalkan tempat tersebut menuju ruang makan. Niat mereka mendatangi Arka
tidak lain mengajak makan bersama. Tapi sayang niat mereka di tolak Arka, tanpa
mengucap sepatah kata.
Di meja makan Mereka berdua duduk, suasana hari ini berbeda
dengan yang mereka rasakan kemarin saat Aqila masih berada di sini.
Suasana hening, sepi tanpa ada perbincangan seperti biasa
sebelum memulai. Memori kenangan Aqila kembali teringat saat duduk di bangku
nya, berbincang riang meski tidak selalu tergelak tawa, Tapi hal tesebut sudah
cukup membuat rumah ini berwarna dan rame.
Melihat wajah sendu Istrinya, Papa Beni menggenggam tangan
menghibur nya. Lalu mengedipkan kedua mata, yang artinya semua akan baik-baik
saja, yakinlah.
Art melihat kedua majikan sedih dan rapuh atas kepergian
Nyonya muda Aqila ikut sedih, mereka juga merasakan kehilangan tersebut.
"Kasihan Tuan Dan Nyonya pasti sangat merindukan Nyonya
mudah Aqila." Ujar Art.
"Iya, Nyonya Aqila bagaikan pelita di rumah ini yang
sangat berarti dan juga dapat menerangkan apapun dengan ketulusan
hatinya." Timpa art tersebut menyetujui perkataan art satu.
"Kita berdoa saja semoga Tuan dan Nyonya tidak berlarut
dalam kesedihan ini, terutama kepada Tuan Muda Arka agar tidak mengurung diri
dikamar." Ucap Art lain sedih melihat kondisi keluarga Dirgantara sedih
berjama'ah dengan kepergian Aqila.
***
Di keluarga Adijaya, Kini Farel telah mengetahui semua yang
terjadi dengan pernikahan adiknya dari orang suruhan yang dia perintahkan untuk
mencari kebenaran. Ternyata dugaan nya benar pernikahan adiknya sangat aneh.
Farel meremas kuat jemari tangan mendengar laporkan orang suruhan nya.
Farel sungguh tidak Terima perlakuan Arka selama memperlakukan
Aqila sebagai istri sangat kasar. Bahkan sering melakukan KDRT. Wajah tampan
milik Farel mendadak berubah seperti wajah orang psikopat gila.
Menuruni anak tangga satu persatu, Farel hanya menemui Daddy
dan Mommy, entah di mana Aqila sekarang, Farel bersyukur. Dia tidak ingin
keblas-blasan memarahi Aqila yang terus menutupi kelakuan Arka yang di anggap
suami tapi tidak dengan Arka hanya menganggap permainan yang bisa di robek
kapan saja.
Melihat wajah Sulung nya seperti menahan amarah, Daddy
berinisiatif bertanya."Apa yang terjadi Farel? kenapa dengan
wajahmu?"
Farel berjalan mendekati orang tua nya dan menjatuhkan
bokong di sebelah mereka. Pikiran masih berkecamuk kesal, marah dan benci
bercampur menjadi satu kepada Arka berani melakukan hal kasar kepada wanita
terutama kepada adiknya.
"Farel, Daddy bertanya kenapa kamu diam." Tegur
lagi memengang pundak nya.
"Hah, iya dad, ada apa?" Kaget Menatap bingung
Daddy, sebab apa yang dikatakan mereka tadi tidak di dengar.
"Apa yang menganggu pikiran kamu, hingga tidak fokus
seperti ini?" Tanya lagi Daddy.
"Iya sayang, apa yang menganggu pikiran kamu, kenapa
tidak fokus seperti ini. Mommy perhatikan anak ganteng Mommy ini banyak
pikiran, emang apa yang kamu pikirkan sekarang?" Timpa nya menebak raut
wajah Farel.
Farel ragu menceritakan ini kepada orang tuanya, karena dia
tidak ingin Daddy nya bertindak nekat. Biarkan saja dirinya yang mengurus Arka
sialan itu.
"Tidak ada apa-apa Dad, Mom. Dimana Qila? kenapa Aku
tidak melihat nya dari tadi?" Tanya mengalihkan topik pembicaraan.
"Adik kamu lagi beberes di atas, padahal mommy sudah
bilang biarkan saja Art yang melakukan, tapi ngeyel gak mau. Katanya mau
melakukan sendiri tanpa merepotkan mereka." Jelas nya bangga memiliki
Putri yang mandiri dan pentingnya tidak manja.
"Iya Mom, Qila memang seperti ini, jadi Aku gak kaget
mendengar semua ini." Balas Farel mengetahui sikap Aqila yang mandiri
dewasa.
Mommy dan Daddy belum mengetahui tentang Aqila yang bekerja.
"Maksudnya seperti ini? tidak kaget bagaimana?"
Bingung Mommy penasaran, pasalnya mereka belum di ceritakan Farel tentang semua
yang terjadi selama ini.
"Jadi begini Mom, Dad, selama ini Qila bekerja di
perusahaan kita, posisinya sebagai sekretaris." Jelas nya mulai dari awal
melamar tidak memiliki ijasah sarjana hanya bermodal Ijasah SMA hingga di
terima kerja sekarang ini.
Betapa kaget mereka mendengar cerita Farel, betapa sulit
hari yang di lewati Aqila selama ini tanpa mereka. Satu hal yang masih belum di
mengerti mereka kenapa saat sudah menikah, Aqila masih bekerja bukannya
memiliki suami berarti sudah menjadi tanggungjawab nya. Kenapa malah mencari
kerjaan.
Kini mereka lah yang menjadi curiga, Daddy Rama bukanlah
orang bodoh yang tidak bisa membedakan suatu masalah yang sedang di tutupi.
"Farel apa ada yang kamu tutupi dari cerita kamu?"
Tanya mengintrogasi sulung nya ini dengan tatapan serius.
"Tidak Dad." Bohong Farel gelagapan tanpa ingin
menatap lama bola mata Daddy nya..……(Bersambung Bab 54 )
Posting Komentar untuk "Bab 53 Pernikahan Di Atas Kertas "