Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 52 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 52

Panggilan tersebut dari Kakak nya Farel menanyai keberadaan karena rasa khawatir memikirkan adik yang baru di temui sampai saat ini belum tiba di kediaman Adijaya.

Setelah mematikan sambungan telpon Aqila kembali diam memandang sekeliling jalan, banyak kendaraan beroda dua, bahkan lebih berlalu lalang.

1 jam kemudian Aqila tiba di kediaman Adijaya.

Rumah bak Istana dengan modif interior tidak kalah keren dari kediaman Dirgantara yang ditinggali.

Aqila turun menatap tabjuk percaya tidak percaya sekarang dirinya akan tinggal di sini, bahkan anak dari keluarga Adijaya. Rasa nya seperti mimpi.

Mendengar bunyi mesin mobil, penghuni keluarga Adijaya langsung keluar menyambut kedatangan princess kesayangan.

"Akhirnya yang di tunggu datang juga, apa kamu tau Qila sejak tadi Daddy dan Mommy gelisah bukan main seperti cacing kepanasan meminta jatah." Kata Farel melirik kedua orang tuanya dengan ekor mata.

"Maaf Dad, Mom, Qila tadi ada urusan yang harus di urus jadi sedikit terlambat." Kata Aqila tidak enak membuat menunggu lama.

"Tapi sekarang bagaimana? apa urusan kamu sudah beres?" Pandang Farel serius.

Aqila bingung harus menjawab apa pertanyaan karena untuk saat ini masalah nya di tolak mentah Arka bahkan surat tersebut di robek menjadi serpihan yang tidak bisa di satukan lagi, jika di urus lagi hasilnya juga akan sama.

Hingga akhirnya Aqila harus memilih jalan terbaik yaitu menunggu sampai semua membaik lebih tenang, baru dia bergerak lagi.

"Kenapa Qila? apa semua beres?" Tanya ulang Farel tidak mendapat balasan melainkan kebingungan dari wajah Aqila.

"Lupakan saja kak, Qila baru tiba kenapa langsung menanyai ini? apa Kakak gak tau Qila cape, bahkan lapar. Bukan di jamu dengan makanan , ini terbalik di jamu dengan tumpukan pertanyaan." Cemberut sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

Untuk saat ini Aqila tidak mood membahas atau mengingat tentang Arka.

"Aduh... ternyata Princess kakak ini lapar, kenapa gak bilang dari tadi, biar kakak gak bikin kamu tambah kelaparan." Ujar Farel mengacak anak rambut Aqila dengan gemas melihat wajah cemberut lucu nya.

"Hish, Kakak apaan sih, rambut Qila jadi berantakan ini. Udah susah payah Qila atur di rumah, dengan enaknya kakak berantakin." Cemberut Aqila memajukan bibir.

"Aduh tuh bibir enak nya di apaan tuh Dad, Mom?" Tanya Arka menggoda Aqila.

"Di apain ya?" Pikir Daddy sengaja ikut berpikir memangku tangan kiri di dahi.

"Ish Daddy apaan sih, kenapa ikut-ikutan Kak Farel! Mom lihat Daddy." Mengadu Aqila manja.

"Dad, kakak, stop menjahili Princess kita. Apa kalian tidak melihat Princess tambah kelaparan terus di ledek begini." Aqila berpikir Mommy akan membela nya, ternyata pikirannya salah Mommy juga sama ikutan mereka meledek nya.

"Ish, kenapa mommy ikutan juga." Cemberut Aqila membalikkan bola mata ngambek memandang mereka.

"Hahahhaha.... ahahha." Tawa ketiga orang tersebut puas membuat hari pertama Aqila masuk di rumah ini menjadi cemberut.

***

Di Amerika Seorang wanita cantik dengan beribuh kepintaran kelicikan di benak nya saat ini sedang mengepak barang ke dalam koper, entah apa yang akan di lakukan setelah ini, masih belum seorang pun mengetahui termasuk Roland. Rencana yang dipikirkan Siska saat ini menjadi pertanyaan teka-teki.

Siska mengepak barang dengan bersiul riang, bernyanyi mengikuti alunan musik yang di putar melalui ponsel genggam nya.

Wajah bahagia dengan senyuman manis tidak hilang dari bibir saat ini, seakan mendapat kontrak kerja sama yang sangat menguntungkan sampai triliun.

Roland masuk ke kamar Siska, dengan penuh pertanyaan melintasi otak melihat Siska mengemas barang, jika di ingat untuk saat ini Siska masih ada jadwal, meski reputasi nya sudah hancur karena video yang beredar di media ulah Arka. Bagaimana juga pihak tersebut tidak bisa membatalkan secara sepihak kalau tidak ingin rugi besar.

"Siska apa yang kamu lakukan? kenapa mengepak semua barang ke koper?" Tatap Roland tak di gubris Siska terus mengepak masuk.

"Sis, aku bertanya kenapa kamu tidak menjawab?" Menaiki sedikit satu oktaf suara.

"Tidak usah sok peduli kamu sama aku Land!" Balas Siska marah.

"Maksud kamu apa? siapa yang sok peduli, aku benaran peduli sama kamu!" Tegas Roland menatap Siska menuduh asal.

Roland kecewa sama Siska kenapa bisa berubah seperti ini, peduli nya di kata sok peduli. Apa begitu kebaikan yang dilakukan dirinya di anggap Siska.

Setelah kejadian kemarin, Siska berubah seperti bukan Siska yang dulu, bahkan Siska yang sekarang ini tidak dikenal Roland.

"Tidak usah tipu, kebaikan dan sok peduli lho ternyata ada udang dibalik batu. Lho mengambil keuntungan di saat aku gak menyadarkan diri, bahkan lho juga sudah menghancurkan hubungan ku bersama Arka bahkan karier ku!" Marah Siska meninggikan pita suara dari sebelumnya.

"Sis, aku tidak mengambil keuntungan dari ketidakberdayaan kamu, bukan kamu ingat kita sama tidak sadar saat itu. Untuk menghancurkan hubungan mu dan Arka, itu bukan aku, tapi itu Arka yang tidak bisa percaya sama kamu. Karir mu sendiri aku akui salah aku juga, tapi bukan sepenuhnya salah aku seorang tapi juga salah kamu dan Arka, jadi salah kita bertiga." Jelas Roland protes atas tuduhan Siska menyalahkan semua yang bukan sepenuhnya salah nya.

"Bagaimana bukan salah kamu Land, jelas-jelas kamu penyebab kita minum, seandainya kamu tidak memilih minum, semua tidak akan menjadi seperti ini! Sekarang lihat semua hancur tidak ada yang tersisa. Karier? hancur, hubungan ku sama Arka? bahkan juga hancur, dan sekarang lebih parah Arka sangat membenciku, apa lho puas sekarang melihat hidup ku terpuruk." Maki Siska terus menyalahkan Roland, meski kenyataan sudah jelas bukan Roland yang salah.

"Sis sadar, berpikir jernih pakai otak, jangan menggunakan amarah. Aku tau untuk saat ini kamu sedang kacau dengan semua yang menimpa kamu."

"Sudah! keluar, aku tidak ingin melihat wajah lho lagi. Jangan pernah menunjukkan atau menampakan diri di hadapanku, jika tidak ingin aku semakin membenci dirimu." Ancam Siska dengan tatapan tajam menatap Roland.

"Semua itu tidak bisa, Aku manager kamu, bagaimana bisa kamu menyuruh ku menjauh tidak menampakkan wajah di hadapanmu." Protes Roland tidak setuju dengan permintaan Siska.

"Mulai hari ini tidak ada manager! Silakan pergi dari ruangan ku!" Lantang Siska mengusir Roland yang batu di usir tidak mendengar kan nya.

Siska menimpa semua kesalahan yang terjadi kepada Roland, bahkan disini sudah jelas Roland tidak salah.

Berdua bersama Siska itu bukan mau nya sendiri, tapi juga mau Siska karena efek mabok hingga tidak sadar dengan apa yang di perbuat.

Semua masalah menjadi besar juga ulah Siska menggoda Arka, bahkan tidak tau rencana muslihat Arka menjebak nya. Hingga kini Siska di cap wanita penggoda yang melakukan hubungan ranjang dengan dua pria dalam waktu bersamaan.

Tapi kenapa sekarang Roland yang disalahkan. Roland tidak habis pikir dengan jalan otak Siska yang enak menyalahkan dirinya sepihak. Kenapa tidak menyalahkan Arka. Seandainya video tersebut tidak di sebar semua tidak akan seperti ini. Semua akan baik..……(Bersambung  Bab 53 )

Posting Komentar untuk "Bab 52 Pernikahan Di Atas Kertas "