Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 47 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 47

Di kamar Aqila duduk termenung setelah selesei membersihkan diri. Mengingat kejadian tadi, bahwa dirinya adik Farel membuat nya senyum bahagia. Doanya kini telah terkabul.

Memiliki keluarga utuh adalah impian nya, meski terlambat, tetap bersyukur. Kadang semua yang di impikan tidak pernah terkabul secepatnya karena semua butuh proses, kadang bisa di tunda bahkan tidak sama sekali semua kehendak di atas kita sebagai umat hanya bisa mengikuti saja.

Aqila mengambil ponsel nya mendadak berdering.

Aqila kaget melihat pesan tersebut dari nomor tak dikenal. Pesan tersebut berisi gambar Arka mengunakan pakaian nya. Di sana juga ada foto bercak darah berserakan di seprei kasur.

Aqila menggeleng kepala percaya tidak percaya, ternyata begitu menjijikkan Arka di luar sana. Sempat berpikir jika Arka hanya pria kasar, namun semua diluar dugaan. Arka pria yang suka bermain wanita.

Keyakinan Aqila menjadi kuat untuk menggugat Arka. Dia tidak ingin seatap sama pria yang tak pernah menghargai wanita. Hati nya terasa hancur beraninya Arka melakukan ini disaat masih berstatus suami.

Sadar bahkan sangat sadar, kalau Arka tidak menganggap penting atau adanya pernikahan ini. Bagaimana juga Arka tidak boleh melakukan hubungan badan kepada wanita manapun sebelum ada nya kejelasan perceraian resmi dari pengadilan.

"Dasar pria menjijikkan, Aku sangat membencimu. Ini yang kau bilang pada Papa dan Mama ke luar negeri ada kerjaan ternyata hanya kebohongan. Kau malah bersenang-senang dengan wanita jal*ng mu." Ucap Aqila.

Aqila segera mengetik pesan kepada Farel untuk membantu mempercepat gugatan cerai nya. Dia tidak ingin berlama berada di sini, semakin lama disini akan sesak nafasnya.

Setelah selesei mengirim membalas pesan, Aqila segera keluar menuju ruang makan untuk bergabung bersama Papa dan Mama yang sudah setia menunggu kedatangan Aqila.

Mata Papa dan Mama menatap iba Aqila sejak turun. Aqila bingung apa yang terjadi kenapa mertuanya terus memandang aneh seperti ini.

"Kenapa Papa dan Mama menatap Qila? apa ada yang aneh dengan Qila?" Tanya Aqila penasaran, perasaan sebelum turun dia sudah melihat betul semua yang di kenakan aman tidak ada yang aneh. Terus ini apa sekarang? kenapa tatapannya seakan ada yang aneh.

"Sayang duduklah." Tepuk Mama pada bangku di sebelah nya.

Aqila yang bingung tidak tau kenapa mengikuti perintah Mama. Setelah duduk Aqila kembali bertanya."Ada apa ini?" Tanya ulang Aqila dari tadi tidak ada yang menjawab pertanyaan nya.

"Sayang maafkan anak Mama, jangan tinggalkan Arka apapun terjadi. Berjanjilah sama Mama." Pinta Mama memohon.

"Maksud Mama?" Aqila masih belum peka maksud dari perkataan nya, Apa Mama sudah tau selama ini Arka selalu menyiksanya atau yang lain.

Kesalahan Arka kepadanya terlalu banyak hingga Aqila bingung kesalahan yang mana yang di maksud Mama.

"Berjanjilah terlebih dahulu!" Katanya masih setia meminta Aqila berjanji.

"Maaf Ma, Qila gak bisa berjanji. Kesalahan sekali mungkin bisa di maafkan, tapi jika sudah berulang Qila gak bisa. Qila hanya manusia biasa bukan Malaikat yang muda memaafkan kesalahan orang yang tidak pernah ingin berubah menjadi lebih baik." Jelas Aqila.

"Jadi kamu akan memaafkan Arka jika dia menyadari kesalahan dan ingin berubah menjadi lebih baik?" Mama memastikan maksud perkataan Aqila.

"Iya Ma, jika kesalahan nya sekali bukan berulang-ulang." Tekan Aqila pada perkataannya.

Papa dan Mama saling pandang tidak mengerti maksud Aqila. Berulang-ulang? apa Arka melakukan kesalahan yang tidak mereka ketahui. Pikir Papa dan Mama lewat tatapan mereka.

Mama Diana tidak ingin kehilangan menantu seperti Aqila yang baik, sopan dan lembut kepada semua orang, bahkan tidak pernah dia membedakan kalangan bawah dan atas.

"Sayang Apa pernah terlintas dibenak untuk tinggalkan Arka?" Tanya lagi Mama membuat Aqila bungkam.

Aqila terdiam bagaimana bisa sekarang mertuanya bertanya seperti ini, dari mana mereka tau dirinya berniat menggugat Arka, bahkan gugatan nya akan masuk di pengadilan besok dengan bukti visum yang sejak lama sudah di simpan saat pertama Arka memukul nya dan juga ditambah bukti foto yang baru dia dapat dari nomor tak di kenal.

Dengan semua bukti yang sudah di kumpulkan ini, Aqila yakin bisa terbebas dari pernikahan neraka.

"Kenapa diam? apa benar kamu berniat bercerai dengan Arka?" Ulang Mama belum mendapat jawaban dari Aqila.

"Maaf Ma, jika suatu saat Qila bukan lagi istri Arka. Mama dan Papa akan tetap Qila anggap Orang tua Qila sendiri sampai kapanpun." Kata Aqila meski berat dia harus berkata sekarang, bagaimana juga cepat atau lambat mereka juga akan tau.

Aqila sudah merencanakan sejak lama mencoba bertahan selama sebulan, jika semua masih sama, dia akan memilih mundur. Dan kembali melanjutkan hidup tanpa bergandeng tangan bersama orang yang tidak ingin mencoba menerima kehidupan takdir.

Perkataan Aqila seakan menjadi keputusan yang tidak bisa di nganggu gugat. Papa dan Mama tidak bisa berkata lagi, meski belum mengetahui kesalahan apa yang dilakukan Arka berulang, sehingga Aqila tidak dapat memaafkan.

Selama tinggal bersama, mereka tidak pernah melihat hal aneh atau keretakan tidak beres dari hubungan Aqila dan Arka. Semua terlihat baik seperti tidak ada masalah. Bahkan sempat berpikir jika rumah tangga anak mantunya bahagia harmonis.

Raut Wajah Papa dan Mama seketika berubah hal tersebut membuat Aqila tidak enak bagaimana juga mereka sangat baik. Aqila tidak bermaksud menolak atau menyinggung, tapi semua sudah keputusan tidak bisa di ubah semua sudah terlambat.

Sakit hati dan kecewa kini sudah mendominasi lebih kuat di dirinya sendiri.

"Maafkan Qila." Ucap nya memandang mertuanya.

"Tidak perlu minta maaf, semua ini salah Arka sebenarnya Mama dan Papa yang harus maaf. Kami sudah menjadi orang tua yang gagal dalam mengurus anak." Lirih Mama.

"Tidak. Mama dan Papa tidak salah, ini sudah kehendak yang kuasa. Qila dan Arka mungkin tidak berjodoh jadi di pertemukan seperti ini agar bisa mengenal Papa dan Mama orang yang baik." Kata Aqila, lalu di sambut pelukan hangat dari Mama.

"Kamu menantu yang baik, siapa saja yang mendapat menantu seperti kamu pasti akan sangat bersyukur bahagia. Mama berdoa agar kamu menemukan pasangan yang baik lebih dari Arka anak Mama." Doa nya tulus.

"Amin. Qila juga berdoa agar Arka segera menemukan wanita yang di cintai dan juga dapat segera memberi momongan sesuai impian Papa dan Mama selama ini."

"Iya sayang, amin semoga mantu Mama nanti seperti kamu, jika tidak Mama tidak akan merestui. Kapan kamu akan menggugat Arka?" Tanya penasaran sejak tadi sudah membahas perpisahan dan lain, seperti hampir dekat saja perpisahan mereka.

"Besok." Jawab Aqila yakin meski tidak enak berkata seperti ini secara mendadak..……(Bersambung  Bab 48 )

Posting Komentar untuk "Bab 47 Pernikahan Di Atas Kertas "