Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 44 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 44

Mendengar semua curahan Arka, Yudha tertawa terpingkal, bahkan tawa nya tak bisa di tahan lagi, kebodohan Arka melebihi anak Tk, tapi jika dipikirkan anak Tk masih jauh lebih pintar. Arka terlalu naif atau asli bodoh soal percintaan.

Bisa nya menyiksa wanita yang jelas sudah memberitahu tidak ada sangkut paut dengan Siska. Yudha berhenti tertawa dan memandang betapa Arka merasa bersalah saat ini. Tidak pernah Yudha melihat ini sebelumnya.

Yudha salut baru sekali ini melihat Arka begitu menyesali apa yang telah di perbuat, bahkan bisa merasa bersalah.

Seumur hidup mengenal Arka, Yudha mengenal Arka yang malas tau tidak pernah menyesal atas semua tindakan yang dilakukan meski sekali pun itu salah atau merugikan orang lain.

Yudha kagum sama sosok wanita yang telah menjadi istri Arka, meski belum pernah bertemu dia yakin wanita tersebut pasti wanita baik hingga bisa membuat pria sadis berubah sedikit berperasaan meski tidak sepenuhnya.

"Sabar bro. Kadang saking cinta nya tidak bisa membedakan mana salah dan benar, jadikan ini sebagai pelajaran yang tidak boleh di ulangi lagi. Setelah balik dari sini segeralah minta maaf atau semua akan terlambat." Nasihat Yudha yang di angguk Arka.

"Jangan seperti ini, ayo semangat. Gue yakin Istri lho gak bakal dendam." Ucap lagi Yudha menyemangati Arka yang masih seperti awal tak semangat dan lesuh.

"Lho ngomong gitu enak, coba berada di posisi sini gimana? semua orang juga bisa nasihat, tapi berada di posisi orang tersebut tidak akan bisa." Protes nya kesal mendengar perkataan sok bijak Yudha seakan membalikkan telapak tangan.

Apa di otaknya sangat dangkal sampai tidak bisa berpikir panjang.

"Kalau tau begitu kenapa nyiksa istri sendiri? nah... kalau udah begini baru nyesal, dasar dodol. Nyesal selalu akhir, kapan awalnya."

"Lho pikir kalau awal namanya penyesalan?" Tanya balik menaikkan alis dengan menyilang kan kedua tangan.

"Gak gitu juga, kan seumpamaan masa gitu doang gak ngerti." Balas nya santai.

"Ngomong sama lho bukan kurangin pikiran, tapi malah nambah." Kesal Arka, bisanya situasi seperti ini sahabat nya masih becanda.

"Sorry niat nya untuk ngehibur biar lho gak tambah kepikiran."

"Terserah, gue mau balik duluan bye." Bangun nya meninggal Yudha sendiri.

Yudha memandang kepergian Arka, dengan wajah murung kesal membiarkan saja, dikejar nanti dia yang kena amukan perubahan mood yang kurang baik. Mending ambil jalan pintas, duduk anteng disini sambil menikmati hidangan yang sudah dipesan. Lumayan gratisan.

***

Di kediaman Dirgantara, Mama Diana bolak balik tidak jelas menunggu kepulangan mantu yang saat ini sudah jam pulang kantor belum juga tiba.

Rasa khawatir semakin besar saat melihat televisi, berita tentang perampokan yang terjadi pada seorang wanita berjalan sendiri.

Melihat berita hati menjadi tak karuan dan menegang tak menentu, hingga akhirnya Menganti chanel TV. Mengotak-atik siaran tak sengaja berhenti di channel tentang artis pendatang baru melakukan hubungan se*x.

Betapa kaget Mama Diana melihat wanita yang di kenal, bahkan wanita itu mantan calon istri anaknya, gagal menikah karena kabur di hari pernikahan tanpa alasan yang jelas.

"Astaghfirullah, ternyata ini kelakuan buruk wanita pilihan Arka, syukur kemarin gak jadi nikah, kalau iya gimana nama baik keluarga bisa hancur. Wanita itu sungguh tidak bisa menjaga martabat keluarga, siapa pria yang di goda itu? kenapa wajah nya tidak jelas?" Pikir Mama Diana merasa kenal dengan postur tubuh tersebut meski wajah sudah di blur ketat, namun perasaan hati merasa kenal.

"Kenapa aku merasa kenal sama pria itu? apa semua hanya perasaan ku atau gimana yah." Bingung nya menatap lekat gambar layar pada televisi.

Papa Beni menghampiri istri nya serius tanpa sadar kedatangannya, menatap bingung penasaran, hal apa yang membuat istri cantik nya tak bergeming dari layar televisi.

Mata nya juga ikut arah pandang Diana, betapa kaget melihat berita hubungan ranjang."Astaghfirullah Mama kenapa nonton berita seperti ini, kalau mau kita bisa lakukan tidak usah nonton milik orang."

"Papa apaan sih, ingat umur jangan Macam-macam." Ketus nya, lalu mengarah kembali ke layar televisi.

"Ini juga lagi serius siapa juga becanda."

"Udah deh Pa, mending Papa perhatikan saja wanita yang berada di situ." Ucap nya menyuruh suami untuk memperhatikan dari pada banyak ngelantur.

"Emang kenapa dengan wanita nya? apa Papa kenal harus lihat?"

"Iya, bahkan sangat kenal dan justru dulu hampir jadi mantu kita!" Tegas nya greget melihat aksi menjijikkan Siska.

Papa Beni kaget, mendengar perkataan istrinya

"Mama serius?" Memasang wajah tak biasa dari sebelum nya.

"Iya dua rius, makangnya hadap sana lihat sendiri, gak usah tanya lagi!" Ketus nya kesal kenapa tidak hadap sana masih saja tanya.

Melihat jawaban tak bersahabat dengan wajah sang istri, akhirnya dia memilih diam memandang arah televisi, apa benar wanita itu mantan calon istri Arka.

Mama Diana kembali bangun, merasa cukup melihat berita dan kebenaran tentang sosok wanita yang gagal nikah dengan putra nya, terus memanjat rasa syukur berlimpah karena tidak jadi memiliki menantu menjijikkan seperti Siska yang rela memberi tubuh ke dua pria sekali gus dalam sehari.

Menghubungi Aqila nomor ponsel nya nyambung, tapi tidak di angkat. Mama Diana semakin khawatir takut terjadi hal buruk dengan Aqila. Papa Beni bosan melihat mondar mandir tidak jelas Sang istri membuat kepala nya pusing.

"Mama kenapa tidak bisa diam, kenapa bolak balik seperti roda saja. Papa pusing lihat nya!" Bingung nya melihat bolak balik Sang istri seperti cacing kepanasan.

"Aduh Pa, Mama khawatir kenapa sudah jam begini Qila belum pulang, biasanya jam segini Qila sudah tiba, tapi hari ini terlalu telat Pa, Mama takut terjadi hal buruk." Khawatir nya cemas.

"Kita tunggu sebentar lagi siapa tau Qila terjebak macet, Mama ingat ini kota Jakarta apalagi jam pulang kantor jalan pasti macet." Nasihat nya menenangkan Sang istri agar tidak berlebihan berpikir buruk.

"Tapi Pa, Mama gak bisa tenang." Protes nya.

"Yah sudah kita tunggu 30 menit lagi, dalam waktu tersebut belum datang kita cari Qila... oke." Saran nya.

"Oke Mama setuju."

***

Di rumah sakit Aqila sudah melakukan tes DNA, sekarang lagi menunggu hasil. Entah positif atau negatif, Aqila tidak ingin banyak berharap. Dia tidak ingin kecewa jadi semua dia pasrahkan yang kuasa.

"Ya Allah aku serahkan apa pun hasil nya kepadamu. Aku tidak ingin banyak berharap jika semua tidak sesuai yang aku harapkan." Batin Aqila berdoa..……(Bersambung  bab 45 )

Posting Komentar untuk "Bab 44 Pernikahan Di Atas Kertas "