Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 42 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 42

Arka kini telah berada di apartemen pribadi yang berada di Amerika. Saat tiba segera menjatuhkan tubuh di atas kasur dengan tangan mengusap rambut kasar.

"Kenapa kau tega lakukan ini Siska, jika kau tidak berkhianat tidak mungkin aku mempermalukan dirimu seperti ini. Tapi semua ini adalah pilihan yang kau inginkan. Aku akan mengikuti mau kau." Ucap Arka.

Merogoh saku celana mengambil ponsel dan menghubungi seseorang di sebrang sana.

📞:"Hay bro tumben telpon, jangan bilang ada sesuatu yang ingin lho minta tolong?" Tebak orang di sebrang sana.

Orang tersebut bernama Jack, dia adalah sahabat Arka yang bekerja di media televisi.

📞:"Iya. Tolong sebar luaskan video yang gue kirim ini, usahan video ini sampai ke media luar jangan hanya di indo." Pesan Arka.

📞: "Video apa? kenapa harus sampai di luar? apa berita ini sangat hot?" Tanya Jack penasaran.

📞:"Tidak perlu banyak tanya, kerjakan saja bayaran akan gue transfer sekarang!" Tegas Arka langsung mematikan sambungan telepon sepihak.

"Lihat saja apa balasan dari yang kau perbuat padaku. Sebulan kau bersenang dengan pria lain, dengan menyiksa diriku di Indo seperti orang tidak waras kehilangan semangat hidup." Arka meremas ponsel ngengam.

Arka mengambil laptop dan menjalin video rekaman nya saat Siska bercumbu sama Roland dan juga saat Siska mencoba menggodanya.

Dengan berbagai macam alat dia mengedit hingga rapi, tidak terlihat wajah nya di goda Siska. Lalu Arka segera mengirim kepada Jack lewat email.

Setelah mengirim Arka kembali terdiam memikirkan betapa kejam dirinya pada Aqila.

Menghukum orang yang tidak ada sangkut paut dengan masalah ini, bahkan berulang kali menyiksa Aqila dengan fisik dan lainnya.

"Kenapa aku tidak bisa percaya sama omongan Qila, kenapa aku sangat bodoh hingga bisa di buta kan dengan cinta." Batin Arka.

"Akkhhass." Teriak Arka frustasi.

Bisanya dia menjadi pria bodoh karena mencintai seorang wanita begitu besar.

Arka berjanji pada dirinya untuk tidak mencintai wanita begitu besar, dia tidak ingin hal ini terjadi untuk kedua kalinya. Sudah cukup menjadi pria bodoh yang bucin sekarang tidak lagi.

Arka kembali berpikir cara meminta maaf kepada Aqila. Bagaimana juga kemarin sudah salah menuduh bahkan menyiksa hingga berulang kali Aqila terluka.

"Apa yang harus aku perbuat, apa dia akan memaafkan ku, setelah aku meminta maaf, apa sebaliknya?"

"Sial kenapa serumit ini, kenapa dari dulu aku tidak percaya sama perkataan Aqila, kalau jadi begini, aku sendiri yang pusing." Mengacak kasar rambut lalu mengusap wajahnya.

Saat ini perasaan Arka berada di persimpangan lampu merah binggung memilih maju atau diam di tempat. Saat berubah hijau malas untuk bergerak hingga kembali merah.

Jika waktu bisa di putar ulang, ingin rasanya dia mempercayai Aqila dari pada Cinta nya tak jelas seperti ini.

Arka menatap gambar yang berada di ponselnya. Di gambar layar terdapat sepasang memplay pria dan wanita. Arka mengusap lembut foto wanita tersebut... Yah wanita itu adalah Aqila dan pasangan pria nya Arka.

"Maaf, selama ini telah menyakiti mu begitu dalam, maaf tidak pernah mempercayai mu, maaf untuk semua keburukan ku kepadamu." Elus Arka menyesal.

***

Aqila dan Farel kini telah berada di Restoran.

Kedua duduk berbincang kecil sambil menunggu kedatangan keluarga Farel.

15 menit kemudian orang tua Farel datang.

Ibu Farel sangat anggun meski usia nya sudah tidak mudah kecantikannya masih setia melekat di wajah. Begitu dengan Papa Farel sangat wibawa dan tegas terlihat dari raut wajah sang pemimpin. Tidak salah dengan semua yang dimiliki, di lihat dari tampang wajah sudah terlihat pemimpin pastinya orang kaya.

Aqila membatin tabjuk melihat kedatangan orang tua Farel. Entah kenapa hati nya merasa aneh.

"Assalamu'alaikum." Salam Orang tua Farel bersamaan.

"Walaikumsalam," Sahut kedua bersamaan juga.

Mata Mama Farel langsung tertuju menatap aneh kepada Aqila, entah kenapa merasa pernah kenal, kenapa sekali melihat merasa begitu dekat.

Melihat reaksi Istrinya terus memandang Aqila dari ujung kaki hingga atas seperti sedang merendahkan gaya penampilan. Suami nya langsung menegur."Sayang." Tepuk Sang suami menyadarkan.

"Eih... iya ada Pa." Kaget nya karena tepukan kuat dari sang Suami.

"Mommy kenapa menatap Aqila seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilan nya?" Tanya Farel yang tidak suka dengan cara pandang Ibunya seolah merendahkan Aqila.

"Jadi Namanya Aqila."

"Iya Mom namanya Aqila." Jawab Farel.

Setelah mengetahui namanya Ibu Farel tidak berkata lagi, mata nya tak sengaja tertuju pada kalung yang dikenakan Aqila di leher.

"Kalung itu? bagaimana ada di gadis ini? siapa sebenarnya dia? kenapa memiliki kalung yang tidak mungkin di miliki orang lain di luar sana." Batin Ibu Farel.

Ibu Farel bernama Kharisma Permata sari, dan suami nya bernama Rama Julio Adijaya.

Tidak ingin semakin penasaran Mommy sari membuka suara." Qila apa tanta bisa bertanya sama kamu?"

"Silakan Bu, saya akan menjawab sebisa saya." Jawab Aqila sopan.

"Kalung itu kamu dapatkan dari mana? dan apa boleh Tanta lihat?" Ucap nya.

Aqila binggung untuk apa Ibu Farel bertanya seperti itu, kenapa sampai meminta lihat segala, apa sangkut pautnya pertemuan ini dengan kalung yang di pakai. Pikir Aqila.

"Tapi untuk Apa Bu?" Tanya balik Aqila sebelum mengiyakan permintaan Ibu Sari.

"Tidak, saya hanya ingin melihat, apa boleh?"

"Iya boleh Bu." Balas Aqila segera melepaskan perekat pada kalung nya. Lalu diterima Ibu Sari.

Mata Ibu Sari menatap lekat kalung tersebut dengan mata berbinar-binar, tanpa sadar tetesan bening terjatuh.

"Sayang kamu kenapa menangis?" Panik Daddy Rama.

"Dad lihat ini." Tunjuk Mommy kepada sang suami memberikan kalung Qila.

Reaksinya nya juga sama seperti istrinya melihat kalung tersebut.

"Kenapa melihat kalung Aqila reaksi mommy dan Daddy seperti ini?" Binggung Farel menggaruk rambut yang tidak gatal.

Kedua tidak menjawab mereka saling pandang tersenyum bahagia.

"Qila apa boleh Tanta tanya sesuatu sama kamu?"

"Tanya apa Bu?" Binggung Aqila melihat reaksi aneh orang tua Farel melihat kalungnya.

"Kalung ini milik kamu dari bayi?" Tanya nya berharap mendapat jawaban iya.

"Iya Bu, Kata Ibu kalung nya sudah ada saat Qila di temukan di tong sampah." Jawab Aqila.

Mendengar penuturan bahwa aqila di pilih di Tong sampah wajah sepasang suami istri mendadak menjadi lesuh.

Aqila binggung dengan perubahan mendadak orang di hadapan nya ini, tadi senyum sekarang lesuh.

"Maaf." Lirih Mommy Sari sendu.

"Maaf? maaf untuk apa?" Binggung Aqila..……(Bersambung  bab 43 )

Posting Komentar untuk "Bab 42 Pernikahan Di Atas Kertas "