Bab 4 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami
yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 4

Lelah menangis dengan nasib nya, Aqila tertidur di lantai
tanpa selimut menutupi dirinya.
Arka melihat tidur nya Aqila dengan mata sembab tidak
perduli tanpa niat menyelimuti Aqila dengan selimut.
Hati Arka seperti batu yang keras tidak ada lembut nya
kecuali sama Siska wanita yang ia cintai. Arka yakin Aqila alasan Siska lari
dari pernikahannya, berpikir buruk perkataan Aqila mengancam Siska dengan
asumsi nya sendiri, Arka semakin membenci Aqila.
Perasaan awal nya membenci Aqila semakin besar dengan asumsi
nya sendiri. Arka berjanji akan membuat hidup Aqila seperti di neraka tanpa
kebahagiaan terlukis di wajah nya.
"Karena kamu kebahagiaan yang harus nya aku rasakan
hari ini menjadi hilang. Wanita seperti kamu tidak pantas menjadi Istri dari
pria mana pun. Meski kita sudah menikah, pernikahan ini hanya sekedar status
yang tertulis di atas kertas kapan saja bisa di robek." Kata Arka
memandang Aqila tidur di lantai.
Setiap perkataan yang ia lontarkan tersirat api amarah
dendam yang besar. Ia tidak akan melepaskan Aqila dengan mudah sebelum
merasakan penderitaan yang besar, seperti yang di rasakan dirinya sekarang.
Tengah malam Aqila terbangun karena dingin nya angin malam
membuat badan nya menggigil. Penderitaan Aqila semakin lengkap, kasih sayang
tidak pernah ia dapatkan sejak kecil bersama orang tua angkat, kini juga ia
dapatkan dari kekasih kakak nya yang kini telah menjadi suami nya.
"Apa dosa ku Tuhan, hingga terus di uji." Tangis
kecil Aqila tidak di dengar Arka. "Aku di lahir kan tapi di buang, apa aku
tidak di ingin kan, jika iya kenapa mereka membuat ku untuk ada."
Melihat pergerakan Arka, Aqila segera menghapus tetesan air
menghiasi pipi nya. Aqila tak ingin Arka melihat ia menangis, bisa-bisa Arka
makin senang dengan keterpurukan nya.
Aqila kembali merentangkan badan untuk tidur. Dingin nya
lantai tidak sepadan dengan kehidupan Aqila selama ini.
Tidur di lantai bukan pertama bagi Aqila tapi
berulang-ulang.
🌠_-_-_🌠
Pagi hari Aqila sudah bangun seperti biasa aktivitas yang ia
lakukan saat berada di rumah lama, sholat, membersihkan rumah dan menyiapkan
makanan untuk semua.
Setelah melaksanakan kewajiban nya sebagai umat muslim, Aqila
tidak lupa berdoa.
Di dapur Aqila sudah siap bertempur dengan alat dan bahan
masakan yang ia sajikan.
"Nyonya sedang apa di sini?" Kata Art mengangetkan
Aqila yang ingin bertempur.
"Astagfirullah, Bibi kagetin aja." Istighfar
Aqila.
"Maaf nyonya." Ucap Art tunduk takut.
"Iya gak apa-apa Bi, tapi jangan di ulangi lagi syukur
saya gak ada penyakit jantung kalau ada gimana nanti? bisa end di tempat
saya." Becanda Aqila melihat Art tunduk ketakutan.
"Nyonya bisa saja." Jawab Art mendengar candaan
Aqila.
"Bukan bisa saja Bi, tapi selalu bisa." Senyum
Aqila.
Mendengar candaan Nyonya muda nya, Art tersebut senang Istri
dari majikan nya ini ternyata sangat baik dan humble kepada bawahan seperti
mereka yang hanya Art.
"Tuan sangat beruntung memiliki istri seperti nyonya
sudah cantik baik pula." Puji Art.
"Bibi bisa saja." Jawab Aqila.
Arka bangun dari tidur, tidak melihat Aqila di setiap sudut
kamar.
"Apa dia kabur dari sini? tidak... itu tidak boleh
terjadi, aku tidak akan membiarkan dia pergi." Marah Arka bangun dari
kasur.
Ia segera keluar dari kamar mencari keberadaan Aqila.
Menelusuri setiap ruangan yang ada di mansion, Arka masih
saja belum menemukan Aqila. Semakin yakin dan marah Arka pada Aqila.
"Dasar wanita kampungan, berani nya dia kabur sebelum
di mulai. Akan aku pastikan kemana pun kamu lari aku akan menemukan mu meski
itu di lubang semut sekaligus." Janji Arka dengan menggempak kan jemari
nya.
Berjalan menuruni tangga, telinga Arka menangkap suara yang
ia kenali dan suara itu suara wanita yang ia cari sejak tadi.
Menghampiri asal suara, Arka berhenti melihat sosok wanita
yang ia cari.
"Ternyata kamu di sini?" Bariton berat
mengangetkan Aqila dan Bibi yang memasak sesekali berbincang.
"Iya." Singkat Aqila memandang Arka
"Apa ini yang kamu dapatkan dari keluarga? tidak ada
sopan santun." Maki Arka menghina Aqila depan Bibi.
"Sopan santun? apa aku tidak salah dengar tadi, kamu
menanyakan sopan santun ku? terus beda nya kamu apa?" Tanya balik Aqila
tanpa menjawab cacian Arka.
"Jaga ucapan mu!" Bentak Arka maju meremas lengan
Aqila.
Bibi melihat Tuan Arka menyakiti Nyonya Aqila tidak bisa
membantu selain berdoa. Ia tidak berani ikut campur urusan majikan nya.
"Jangan sekali membalikkan perkataan ku, atau kamu tahu
sendiri akibat nya!" Marah Arka menghempas Aqila hingga terpental di
dinding.
Dorongan kuat Arka membuat Aqila terpental keras di dinding.
Badan nya terasa remuk.
"Nyonya tidak apa-apa?" Khawatir Bibi melihat
majikan nya meringis kesakitan.
Setelah kepergian Arka, Bibi mendekati Aqila yang terduduk
meringis kesakitan. Ia kasihan melihat perlakuan Tuan nya yang kasar pada
nyonya Aqila.
"Saya tidak apa-apa, Bibi jangan khawatir." Aqila
berusaha menyakinkan Bibi, meski nyata nya sekarang ia sedang tidak baik.
Aqila tidak ingin membebani Bibi dengan dirinya. Ia yakin
bisa melewati ini meski harus dengan air mata ujung nya.
"Hati kamu sungguh baik nyonya, Tuan Arka sangat bodoh
telah menyakiti wanita seperti kamu." Batin Bibi melihat Aqila yang
berusaha kuat.
"Mari saya bantu nyonya." Bibi mengulurkan tangan
dan Aqila menerima, jujur saat ini Aqila merasa sakit untuk bangun saja
susah."Apa perlu Bibi hubungin dokter?" Sambung nya menawari diri
melihat Aqila kesusahan untuk berjalan.
"Tidak usah Bi, sebentar juga sembuh ini hanya perlu
istirahat." Balas Aqila tidak ingin merepotkan Bibi.
Aqila tidak ingin Arka menjadi marah dengan Bibi menghubungi
Dokter, bisa saja ini akan menjadi masalah baru buat dirinya untuk Arka terus
menyakiti nya.
Aqila belum siap menerima perlakuan Arka dengan badan nya
kurang fit, ia memilih untuk mengalah menuruti apa kemauan Arka.
"Tapi Nyonya...."
"Jangan khawatir saya baik, Bibi lanjutin masak saja,
maaf saya gak bisa bantu." Potong Aqila cepat pada perkataan Bibi.
"Nyonya tidak perlu minta maaf, ini sudah tugas
saya."
"Yah sudah kalau begitu saya ke atas dulu." Pamit
Aqila meninggal kan Bibi.
kepergian Aqila dari dapur membuat Bibi terus terdiam
memikirkan perilaku kasar tanpa sebab Arka pada Aqila.
Memikirkan kejadian yang terjadi di depan mata, Bibi menjadi
yakin dengan tatapan Arka pada Aqila bukanlah cinta melainkan kebencian.
"Bibi berdoa semoga semua baik-baik saja, nyonya
perempuan baik tidak pantas di perlakukan buruk begini." Ucap nya
memandang kepergian Aqila..……(Bersambung bab 5 )
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 5 Novel Pernikahan Di Atas Kertas
Posting Komentar untuk "Bab 4 Pernikahan Di Atas Kertas "