Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 35 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 35

Pesawat di tumpangi Roland dan Siska sudah lepas landas di bandara. Roland segera menyadarkan Siska pelan, menepuk pipi lembut.

"Hay bangunlah kita sudah tiba." Menepuk pelan pipi Siska.

"Hmmm." Deheman Siska belum sepenuhnya sadar.

"Ayo bangun, kita harus segera turun." Kata Roland menatap lekat Siska mengucak kedua mata menghilangkan rasa ngantuk.

"Iya... iya ini udah bangun." Racau Siska mengatur rapi rambut berantakan.

Roland memandang lekat wajah Siska masih belum sepenuhnya sadar, ucapan masih ngelantur.

Sekarang mereka sudah turun dan berada di dalam taksi, kedua nya saling berbincang tentang persiapan pemotretan Siska beberapa pekan kedepan.

🌿🌺🌿

Aqila pagi ini sudah kembali bekerja, dia merias wajah agar terlihat fresh. Mengunakan satu persatu benda kecantikan dengan sekali sentuhan dapat berubah wajah wanita buruk rupa menjadi cantik rupa.

Setelah menyesuaikan dengan benda kecantikan pada wajah bulat telur nya, tidak lupa memakai lipstik di bibir tipis menambah kecerahan berwarna tersendiri di wajahnya.

Berpenampilan seperti biasa, namun berbeda saat ini Aqila menggunakan kalung yang selama ini dia sembunyikan sejak kecil, entah apa alasan dan apa arti kalung tersebut hingga baru sekarang dia kenalan.

"Cantik" Gumam Aqila menatap pantulan kaca pada meja rias betapa cantik nya dia saat ini.

Saat ingin mengambil tas, Mama Diana masuk sontak hal tersebut membuat Aqila kaget, karena tidak ada tanda atau lainnya keberadaan Mama Diana. Keberadaan Mama Diana seperti jelangkung atau lebih tepatnya kunti.

"Astaghfirullah," Istighfar Aqila mengelus dada.

"Kamu kenapa lihat Mama seperti lihat hantu saja?" Bingung Mama Diana melempar pertanyaan melihat reaksi mantunya seperti barusan melihat hal ghaib.

"Tidak Ma, Qila kaget saja mendadak Mama di hadapan Qila." Jelas Aqila.

"Oh itu, maaf Mama gak berniat buat kamu jantungan seperti ini. Mama tadi gak sengaja lewat jadi Mama berpikir untuk menjenguk apa keadaan kamu sudah baikan atau belum." Balas nya." Dan ini lagi kenapa pakaian kamu sudah rapi begini?" Tatap Mama Diana melihat penampilan rapi Aqila.

"Ini Ma, Qila mau berangkat kerja."

"Kamu serius gak lagi becanda kan? Apa kondisi kamu sudah mendingan? kalau belum tidak usah di paksakan nanti tambah sakit."

"Mama tenang saja, Qila sudah mendingan, kalau belum gak mungkin Qila kerja sekarang."

"Kamu lagi gak bohong kan? apa ini ada sangkut paut sama atasan kamu, mungkin atasan kamu marah karena kamu izin." Tebak Mama Diana tak berbukti.

"Tidak ada, atasan Qila baik, gak mungkin berkata seperti itu."

"Mama jadi penasaran selama ini Mama tau nya kamu kerja di sebuah perusahaan, Tapi Mama gak tau apa nama perusahaan kamu berkerja." Kata nya mulai penasaran.

Sejak awal Mama Diana belum sempat meski sudah kepikiran untuk bertanya, selalu saja lupa hingga sekarang dia teringat kembali.

Bukan hanya Mama Diana saja, tapi Papa Beni juga sama penasaran nama perusahaan mantu nya bekerja, berulang kali bersama ingin bertanya selalu saja gagal.

"Kenapa Mama mendadak ingin tau?" Tanya balik Aqila bukan menjawab malah bertanya balik.

"Apa salah Mama pengen tau dimana Mantu Mama bekerja?" Tatap nya menatap Aqila.

"Bukan itu maksud Qila Ma, Maaf belum sempat memberitahu nama perusahaan Qila bekerja." Kata nya tidak enak sama mertuanya.

"Tidak apa-apa mungkin kemarin kamu sedang sibuk. Papa dan Mama juga ingin menanyai hal ini kepada kamu, tapi selalu gagal, saat ada waktu pasti lupa."

Mendengar perkataan Mertuanya yang dari dulu ingin tau selalu gagal, Aqila tambah tidak

enak. Bagaimana bisa dia melupakan semua ini hingga mertuanya menjadi penasaran.

"Kenapa aku sampai lupa memberitahu ini kepada Papa dan Mama. Qila... Qila... kamu sungguh teledor sekarang." Batin Aqila.

"Iya Ma, Qila bekerja di perusahaan Wil_"

"Mama." Teriak Papa Beni memangil mencari keberadaan sang istri.

Lagi dan sekali lagi gagal, sebelum Aqila menyelesaikan perkataan nya, karena Papa Beni menghentikan dengan teriakan petasan memanggil sang istri.

"Iya Pa, Mama disini." Sahut Mama Diana."Yah sudah kita lanjutkan nanti, Mama keluar dulu temui Papa kamu. Sana lanjutkan nanti terlambat kerja nya. Tapi ingat jaga kesehatan jangan memaksa diri jika belum sehat betul segera pulang atau kamu bisa hubungin Mama, nanti Mama suruh supir jemput kamu." Memperingati Mantu nya.

"Iya Ma." Jawab Aqila senyum.

Ada perasaan terharu kepada Mama Diana begitu baik dan perhatian. Sejak dulu Aqila tidak pernah mendapatkan perhatian atau kasih sayang dari orang tuanya, meski sedikit saja, tidak pernah Aqila dapatkan.

Aqila sadar dia hanya lah anak angkat. Meski mereka sudah merawat dan membesarkan Aqila tidak membuat mereka bersimpati dan sayang.

"Terima Kasih Ya Allah di saat seperti ini masih ada orang yang menyayangi aku." Batin Aqila sedih..

Pernah sekali dia berpikir tidak ada orang yang menyayangi nya, dengan suatu kebenaran dia hanyalah anak angkat, tidak memiliki asal usul yang jelas. Kerena orang tua angkat nya tidak memberi marga keluarga pada nama belakangan Aqila.

Dari situ sudah terlihat jelas, sayang atau tidak nya mereka pada Aqila.

Di meja makan Papa dan Mama sudah menunggu kedatangan Aqila untuk sarapan bersama.

"Dimana Qila kenapa belum turun?" Tanya Papa Beni kepada Mama Diana.

"Bentar lagi juga turun Pa, tadi lagi siap-siap." Jawab nya.

"Pagi Pa, Ma." Sapa Aqila turun menghampiri mertuanya dengan senyum mengembang di wajah cantik.

"Pagi juga sayang." Sahut kompak keduanya.

Mereka sudah menganggap Aqila bukan lah mantu tapi lebih yaitu seorang anak perempuan nya sendiri. Kasih sayang mereka begitu besar dan rata kepada Arka dan Aqila.

"Ayo duduk cepat, Papa kamu dari tadi sudah menunggu. Apa kamu tau Papa seperti cacing kepanasan, Mama saja cape mendengar ocehan yang sama menanyai mana Qila, kenapa belum turun."

"Maaf Pa, sudah membuat menunggu lama, tadi Qila dapat telpon dari teman kantor." Jelas Aqila alasan membuat dirinya telat.

"Yah sudah gak Papa, ayo duduk kita sarapan sekarang." Perintah nya.

Melihat Aqila masih berdiri membuat Papa Beni mengerutkan kening bingung." Kenapa tidak duduk." Tanya nya.

"Maaf Pa, Ma, Qila gak bisa sarapan bareng. Qila harus segera ke kantor hari ini ada meeting penting dengan klien. Jadi sekali lagi maaf." Ucap Aqila tidak enak.

"Meeting? klien penting?" Ucap ulang Papa Beni bingung apa sangkut paut nya dengan Aqila. Sebenarnya apa jabatan Aqila kenapa terdengar begitu penting, hingga harus mengurus meeting..……(Bersambung bab 36)

Posting Komentar untuk "Bab 35 Pernikahan Di Atas Kertas "