Bab 31 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 31

Di kamar Papa Beni dan Mama Diana begitu antusias tidak
sabar mengendong cucu. Mimpi mereka kini hampir tercapai. Tanpa mereka ketahui
hubungan Arka dan Aqila tidak baik, luar nya tampak baik, tapi tidak dengan
dalam begitu hancur dan tersiksa lahir dan batin.
Mereka hanya mengetahui rumah tangga anak dan mantu nya
harmonis. Bahkan tidak tau hal perjalanan rumah tangga yang kini sudah sangat
rapuh. Jika sekali badai besar datang maka runtuh lah pertahanan fondasi
mereka.
"Pa, Mama pengen cucu perempuan, kalau Papa
gimana?" Antusias Mama Diana bertanya kepada sang suami.
"Perempuan atau laki-laki, Papa akan senang. Semua
kembali lagi pada yang kuasa ingin memberi kita cucu berjenis kelamin
apa." Kata nya menjelaskan.
Tidak mungkin Aqila dan Arka bisa mengabulkan keinginan Mama
Diana menginginkan cucu perempuan, Mereka hanya bisa melakukan tanpa bisa
menentukan jenis kelamin apa yang di inginkan, bahkan jika sang kuasa sudah
memutuskan A dan kita menginginkan B, kita tidak berbuat apa selain menerima
dan bersyukur.
"Iya Mama tau, Apa salah nya kalau menyampaikan apa
yang di inginkan, siapa tau Allah mendengar dan mejabah perkataan Mama
ini." Ucap Mama Diana. Tidak ada salah berharap dari para tidak sama
sekali.
🌿🌺🌿
Aqila duduk termenung di taman belakang menggenggam erat
ponsel tanpa berniat untuk kembali ke kamar. Melihat wajah Arka, dia tidak
sudih, sudah cukup selama ini selalu mengalah dengan semua perlakuan Arka
kepada nya, sekarang tidak lagi, dia akan melawan meski akhirnya akan selalu
terluka.
"Ayo Qila bangun jangan seperti ini, dengan kamu
tersiksa dia akan senang." Kata Aqila menyemangati diri
sendiri."Sekarang waktu nya kamu untuk kuat, semangat Qila kamu
bisa."
Setelah berkata menyemangati diri sendiri, Aqila bangkit dan
kembali masuk ke kamar. Kali ini dia sudah siap menghadapi Arka.
Arka duduk di sofa dengan memangku laptop di paha, tangan
lincah mengotak-atik keyboard seperti orang ahli dalam bilang nya.
Arka memandang Aqila masuk ke kamar dengan keadaan yang
berbeda menautkan alis bingung. Tadi berlari seperti pencuri dengan keadaan
menangis, sekarang kembali masuk dengan keadaan seperti tidak ada masalah,
sungguh wanita yang ajaib begitu cepat perubahan mood nya.
Merasa ada yang memandang saat dia menginjakkan kaki masuk
ke dalam, Aqila langsung menoleh dan melihat ternyata Arka yang memandang sejak
tadi.
Aqila malas menegur Arka yang masih setia memandangnya,
memilih meninggalkan nya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Memandang kepergian Aqila begitu saja, tidak membuat Arka
kesal, dia tidak peduli kemana pun Aqila berada, baginya Aqila hanya seorang
benalu tidak lebih. Tidak ada yang spesial dari nya di mata Arka.
Arka kembali mengerjakan pekerjaan kantor yang sengaja dia
tunda untuk di kerjakan di Mansion.
Aqila keluar dari kamar mandi dengan wajah segar setelah
membersihkan diri tadi, dia berjalan menuju lemari mengambil selimut, saat
ingin menjatuhkan diri tidur di lantai, terdengar suara Arka begitu
jelas."Apa yang ingin kamu lakukan disitu?" Bingung Arka dengan tingkah
Aqila.
"Tidur." Singkat Aqila hanya menjawab satu kata
dari bibirnya.
"Kenapa di situ, guna tempat tidur untuk apa? kalau
kamu tidur di bawah lantai."
Aqila kaget dan bingung dengan perkataan yang baru di ucapan
Arka barusan. Apa pria sadis itu sedang berakting? kenapa begitu berbeda
sekarang, mendadak melarang untuk tidur di sini, sedangkan tadi mati-matian
menghina tanpa menjaga perasaan orang.
"Apa mau pria ini, kenapa sangat susah ditebak? apa
sudah menjadi kebiasaannya membuat para wanita bingung dengan perkataannya.
Jika semua benar aku tidak ingin menjadi salah satu wanita itu." Batin
Aqila masih diam ditempat tanpa bergerak.
"Hay apa kamu tuli? aku berkata kepadamu, kenapa hanya
diam? kamu bisu?" Ejek Arka.
"Yah aku tuli setiap mendengar perkataan yang keluar
dari mulut mu." Balas Aqila membuka suara lantang.
"Ternyata bisu. Segeralah ke rumah sakit periksa
sebelum semua tambah parah!" Kata Arka menyindir Aqila dengan senyum
mengejek.
"Itu tidak perlu, bisu ku bukan kepada semua orang.
Bisu ku hanya untuk satu nama dan satu orang tak berperasaan." Sindir
balik nya telak membuat Arka terdiam, entah karena kesal atau marah.
Melihat tidak ada balasan dari Arka, Aqila kembali ingin
menidurkan diri ke lantai, namun sekali lagi Arka kembali membuka suara."
Sudah ku ingatkan jangan tidur di situ, bagaimana kalau Papa dan Mama datang
melihat semua ini, bisa jadi masalah." Ucap Arka tegas, betapa keras
kepalanya Aqila jika di jelaskan selalu saja melawan.
Mendengar alasan dari Arka masuk akal, Aqila kembali
berpikir."Perkataan pria ini benar! bagaimana kalau Papa dan Mama mendadak
masuk, Apa yang harus aku dan dia jelaskan? tidak mungkin kita menceritakan
semua yang terjadi sebenarnya." Batin Aqila.
"Di mana aku harus tidur, kalau tidak di sini?"
Tanya Aqila.
"Apa kamu tidak memiliki mata hingga hal sekecil itu
harus di tanyakan?" Ejek Arka.
"Maksud kamu apa aku harus tidur di sini." Tunjuk
Aqila dengan jari telunjuk pada kasur.
"Iya, kamu mau di mana lagi, emang disni ada dua kasur
selain itu?" Tanya balik Arka kesal, kenapa begitu bodoh Aqila hal kecil
saja selalu di pertanyaan kan.
Aqila ragu untuk tidur di kasur, sudah jelas sekarang dia
akan tidur bersebelahan dengan Arka dengan kasur yang sama, tidak ada jaminan
kalau Arka tidak akan menyentuh atau melakukan hal buruk terhadap nya.
"Apa yang kamu pikirkan kan? jangan mengotori otak yang
sudah kotor tambah kotor dengan pikiran buruk kamu sampai kapan tidak akan
terjadi." Kata Arka tau apa yang dipikiran Aqila dengan diamnya dirinya.
"Tau apa kamu tentang jalan pikirku? jangan berlagak
seperti peramal yang bisa menebak jalan pikir orang, kamu bukan dukun, sekali
pun iya kamu dukun, aku juga gak akan percaya sama kamu." Balas Aqila.
Tidak ingin beradu debat makin lebar, Aqila memutuskan untuk
naik dan tidur. Meladeni Arka hanya buang waktu, besok dia harus bekerja dan
bertemu Pak Farel meminta maaf atas ketidak sopan nya karena tidak mengangkat
telpon.
Bukan karena sengaja tidak mengangkat melainkan semua karena
Arka yang suka mencari masalah dengan satu tujuan semata agar Aqila dimarahi
atasan dan akhirnya di pecat dan menjadi pengangguran..……(Bersambung bab 32 )
Posting Komentar untuk "Bab 31 Pernikahan Di Atas Kertas "