Bab 30 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 30

Kepergian Aqila memasuki kamar mandi, membuat Arka tambah
mengoceh sebab dia merasa tak di hiraukan.
Terasa indah saat bersamamu, terasa damai saat di
sampingmu.... " Terdengar sering di handphone Aqila. Ternyata itu
panggilan masuk dari Pak Farel, yang sengaja Aqila namakan di kontak nya Pak
CEO.
Arka mendengar alunan musik dari tas kerja Aqila menjadi
kepo. Rasa penasarannya membawa dia mendekat dan membuka tas kerja Aqila.
Ternyata alunan musik tersebut berasal dari handphone Aqila. Arka melihat nama
yang tertera di layar ponsel Aqila.
"Pak CEO!" Gumam Arka bingung.
Setau Arka, Aqila hanya seorang wanita lulusan SMA tidak
lebih, dia bahkan tidak kuliah. Kenapa bisa bekerja di sebuah perusahaan dan
sekarang atasan nya seorang CEO menghubunginya. Apa Aqila ada main sama
atasannya, sehingga dia bisa diterima kerja di kantoran. Pikir Arka.
Saat ini ponsel Aqila berada di tangan Arka, tidak ada niat
dia untuk menyentuh tombol hijau pada layar ponsel yang menghiasi di benda pipi
tipis milik Aqila.
Arka seakan budak dengan alunan musik milik Aqila, dia hanya
tidak habis pikir dengan alunan musik dering Aqila yang alay seperti anak Abg
yang lagi kasmaran di mabok cinta seperti zaman sekarang, lagu dering apa saja
akan di ganti bahkan setiap hari sesuai perubahan mood seseorang jelek atau
bagus.
Cekrek. Terdengar bunyi pintu kamar mandi terbuka, Aqila
keluar dengan pakaian lengkap yang sudah dia bawah bersama saat masuk kedalam.
Aqila mendengar alunan musik dering ponsel nya berbunyi dan
berada di tangan Arka menjadi melongo kaget. Bagaimana bisa ponsel nya berada
di tangan Arka, seingat dia tadi ponsel nya berada di tas kerja, kenapa
mendadak berpindah posisi di tangan Arka. Hal ini menjadi pertanyaan dibenak
Aqila.
"Kenapa ponsel ku berada di tangan mu?" Tanya
Aqila penasaran.
"Ponselmu menganggu konsentrasi ku. Maka dari itu aku
mengambil dari tas. Siapa Pak CEO yang kamu maksud di layar ponsel ini."
Tunjuk Arka menampilkan tampilan layar ponsel ke wajah Aqila.
"Dia atasan ku, apa kamu tidak bisa membaca nama yang
tertera di layar ponselku!" Jawab Aqila mengatai Arka, segera mengambil
rampas ponselnya, namun Arka tidak memberikan begitu saja.
"Berikan ponselku, jangan menghalangi ku! Apa kamu
tidak memiliki kerjaan selain mengurusi kehidupan ku?" Maki Aqila kesal
pada Arka selalu mencari masalah dengan dirinya.
"Aku memiliki banyak pekerjaan, bahkan aku memiliki apa
yang tidak kamu miliki." Sombong Arka.
"Yah kamu benar aku tidak memiliki banyak apa yang kamu
miliki, tapi satu yang tidak kamu miliki dari apa yang aku miliki." Kata
Aqila balik memutar perkataan Arka.
"Maksud kamu apa? Wanita ular kayak kamu apa yang tidak
aku miliki dari yang kamu punya, bahkan membeli tubuh mu saja aku bisa. Kamu
mau aku bayar berapa untuk tubuh murahan kamu?" Hina Arka seakan Aqila
wanita Jal*ng yang selalu menjual tubuh di banyak pria hidung belang.
Lagi dan lagi hati Aqila kembali teriris sakit seperti
terkena goresan silet, kecil benda tersebut perih rasa sakitnya.
Mulut Arka sekali saja tidak melukai hati nya tidak pernah
bisa. Bagai kehidupan yang tidak lengkap tanpa menyakiti perasaan Aqila.
Mulut nya engan membuka suara, rasanya sakit mendengar
perkataan Arka mengatai hal yang tidak pernah Aqila lakukan, bahkan tidak
pernah terpikir sedikit dibenak Aqila. Namun dengan mudah mulut Arka berkata
seperti itu, seperti sudah melihat semua hal yang dilakukan Aqila secara jelas.
"Kenapa diam? apa betul semua yang aku katakan
tadi?" Tanya Arka memastikan dengan diamnya Aqila sudah menjawab semua
pertanyaannya.
Aqila diam, air mata yang sudah susah payah dia tahan
akhirnya jatuh juga, dia sudah berusaha tidak cengeng di depan Arka, namun apa
yang bisa dia lakukan mendengar perkataan Arka seperti boom petasan kapan saja
bisa meledak dimana itu tempat nya.
Arka melihat Aqila tidak Menjawab, melainkan menangis
menjadi bingung sendiri."Kenapa kamu menangis?" Aqila tidak menjawab,
dia maju mendekati Arka dan langsung merebut paksa ponselnya dan berlari keluar
dari kamar.
"Dasar wanita ular, gak ada sopan santun!" Teriak
Arka kesal pada Aqila seperti pencuri tidak ada aba-aba mengambil ponsel dari
genggam tangannya.
"Wanita itu seperti pencuri saja, apa dia masuk di
kehidupan ku berniat untuk mencuri juga?" Gumam Arka memandang kepergian
Aqila semakin menjauh dari pandangannya.
"Tapi, apa aku gak berlebihan berkata kasar sama dia?
bagaimana juga dia perempuan, kepekaan dia pasti ada." Kata Arka bingung
dengan perasaannya, di satu sisi dia kasihan, tapi di sisi lain dia merasa ini
sepadan dengan semua yang di lakukan Aqila.
Aqila berlari ke taman belakang dengan tetesan bening masih
bercucuran di matanya, dia tidak habis pikir apa begitu rendah nya dirinya
sampai di bilang ******.
Kata yang paling menyakitkan tidak sanggup untuk dia dengar
dari mulut orang adalah sebutan kata jal*ng. Kata jal*ng bagi Aqila adalah
sebuah kata paling menyakitkan dari apapun.
"Hikss... hikss... apa aku begitu rendah sampai di kata
******, apa dia melihat aku menjual tubuh pada pria lain. Kenapa begitu sadis
perkataan nya, kenapa dia begitu berbeda dengan Papa, Mama. Mulut nya seakan
petasan boom yang bisa menghancurkan banyak orang dengan mulut sadis nya."
Ucap Aqila masih setia menangis terisak.
Art tidak sengaja melihat sedihnya Aqila terisak di taman
belakang dengan ocehan keluh kesah masalah yang dia alami.
Art tersebut menjadi iba kepada majikannya. Sungguh malang
nasib nyonya muda selalu di siksa Tuan Muda dengan perlakuan dan juga
perkataan. Mereka sempat berpikir kehidupan nyonya Aqila lagi diuji sama yang
kuasa.
"Kasihan yah Nyonya Aqila selalu di siksa Tuan Arka.
Padahal nyonya Aqila orangnya baik, gak suka membantah, tapi kenapa selalu
dikasari Tuan Arka tanpa ampun. Seandainya aku berada di posisi Nyonya muda,
aku tidak akan sanggup bertahan di posisi ini, aku akan memilih mundur daripada
terus bertahan, jika ujungnya terluka lebih dalam." Kata Art tersebut,
kepada teman art lainnya.
Di kamar Papa Beni dan Mama Diana, kedua saling berbincang
membahas cucu yang akan mereka timang dari anak dan mantu nya.
"Pa, Mama sudah gak sabar menggendong cucu kita."
Kata Mama Diana penuh semangat.
"Papa juga, tapi kira-kira kapan kita mendengar kabar
baik dari Arka dan Aqila?" Tanya Papa Beni kepada sang istri sama juga
antusias nya..……(Bersambung bab 31 )
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 31 Novel Pernikahan Di Atas Kertas
Posting Komentar untuk "Bab 30 Pernikahan Di Atas Kertas "