Bab 24 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 24

"Kenapa dengan diriku? kenapa bahagia melihat tawa
lepas Aqila? apa aku sudah benar jatuh cinta sama Aqila? bagaimana bisa aku
jatuh hati sama wanita yang jelas sudah bersuami." Gumam Farel duduk di
kursi kebesaran.
Farel sendiri bingung dengan perasaan nya, apa perlu dia
mencari tau kehidupan rumah tangga Aqila. Bagaimana jika dugaan nya salah? apa
dia harus maju merebut paksa Aqila.
Farel menggeleng kuat kepala, membuang jauh otak kotornya
ini. Bagaimana bisa dia berpikir cara kotor. Belum melakukan saja, dia yakin
sudah end duluan sama keluarga besar nya.
Aqila dan Dewi terus saja berbincang riang, sesekali mereka
kembali tertawa. Entah apa yang dibicarakan hingga melupakan jam kerja kini
telah menunjukkan pukul 08:00 Pagi.
Drettt....
Drettt....
Drettt....
Bunyi telpon kantor getar. Dewi dan Aqila langsung
menghentikan perbincangan dan saling pandang. Dewi menaiki dagu pertanda tidak
tau angkat saja siapa tau ada hal penting.
"Hallo dengan saya Aqila sekretaris Pak Farel
disini!" Ucap Aqila secara formal sopan dan lembut.
"Qila ini saya, segera ke ruangan bawah dengan dokumen
meeting hari ini!" Perintah Farel.
Yah, orang yang mengganggu perbincangan Aqila dan Dewi yaitu
Farel, Ceo perusahaan sekaligus anak pemilik kantor Altar William.
Farel bahkan menyadari mereka berdua yang asik ngobrol
hingga tidak melihat jam dialog berada di tangan.
"Astaga." Tepuk Aqila pada dahi merasa sangat
bodoh tidak menyadari sekarang telah masuk jam kerja.
"Kamu kenapa Qila? kenapa kaget begitu? apa terjadi
sesuatu sama kamu?" Khawatir Farel melempar banyak pertanyaan bertubi.
Mendengar hal itu sontak membuat Aqila mengerut kening bingung kenapa Pak Farel
begitu khawatir, apa ini salah satu bentuk perhatian atasan kepada bawahan.
"Tidak Pak, saya baik. Sekarang saya akan menyiapkan
dokumen dan akan langsung mengantar ke ruangan bapak." Sahut Aqila bingung
harus berkata apa selain ini.
"Bagus kalau begitu, oke saya tunggu di ruangan."
Ucap Farel menutup sambung telpon.
"Huft lega akhirnya." Aqila menarik nafas panjang
dan menghembus pelan. Dewi memperhatikan gerak gerik Aqila sejak angkat dan
mematikan telpon.
"Kamu kenapa Qila?"
"Aku gak nyadar kalau sekarang sudah jam kerja,
keasyikan gobrol sama kamu jadi lupa waktu. Syukur saja Pak Farel hubungi kalau
tidak gak tau gimana jadinya."
"Pak Farel hubungi kamu ngapain?"
"Pak Farel minta dokumen untuk pertemuan klien pagi ini
dan harus segera di antar sekarang di ruangannya." Jawab Aqila mencari
dokumen yang sudah di siapkan kemarin sebelum pulang agar lebih mudah saat
diminta dadakan seperti hari ini.
"Mau aku bantu atau gimana?" Dewi menawarkan diri
melihat Aqila belum juga menemukan dokumen yang diminta atasan nya.
"Tidak perlu Wi, kamu kerjakan pekerjaan kamu saja,
sebentar lagi juga bakal ketemu." Sahut Aqila tidak ingin merepotkan Dewi,
dia yakin bisa melakukan sendiri tanpa bantuan orang.
"Oke kalau begitu. Saya keluar dulu." Pamit Dewi
lalu berbalik meninggalkan ruangan Aqila.
🌿🌺🌿
Di Mansion keluarga Dirgantara, Papa Mama Arka telah tiba
dan kini berada di meja makan. Dalam perjalanan dengan jet pribadi mereka belum
sempat mengganjal perut dengan apapun itu, sehingga saat tiba mereka langsung
meminta Art untuk menyediakan sarapan untuk mereka.
Papa Beni dan Mama Diana, masih diam tanpa merasa ke
ganjalan pada isi mansion, entah apa yang mereka pikirkan hingga tidak
mengingat Aqila saat ini tidak berada di sini.
Art semakin bingung kenapa sampai sekarang Tuan dan nyonya
besar belum juga bertanya. Apa arahan dari Tuan Muda salah.
"Bi, apa Den Arka menitip pesan sebelum berangkat
kerja?" Tanya Mama Diana.
"Tidak ada Nyonya. Tuan muda hanya berkata jika hari
ini Tuan dan Nyonya besar balik dari luar Negeri." Jawab Art tersebut, dia
tidak berani berkata jujur, bisa saja ini hari terakhir berada di sini, jika
berterus terang sebenar yang terjadi selama Tuan dan Nyonya besar tidak berada
disini.
"Begitu." Singkat Mama Diana kembali menyantap
makan.
Di sisi lain Arka kini sedang bersiap-siap untuk menemui
klien di sebuah cafe. Awal nya dia ingin menyuruh Yudha mewakili, tapi semua
tidak jadi. Bagaimana nanti jika mereka menilai perusahaan Dirgantara tidak
profesional asal lempar tanggung jawab pada bawahan, nama perusahaan bisa jatuh
dan dia yakin berita nya akan cepat beredar di kalangan pembisnis, Perusahaan
William bukan perusahaan sembarangan karena di asal Negara keluarga William
Adijaya terkaya no 1, jika di banding dengan seluruh kekayaan keluarga
Dirgantara, Keluarga Adijaya di atas, namun jika berkaitan perusahaan di Indo,
Keluarga Dirgantara di atas.
"Hay Bro." Sapa Yudha menghampiri Arka masih belum
bergerak menuju lokasi meeting.
"Hmmm." Dehem Arka malas berkata.
"Sariawan bro?" Ejek Yudha.
"Lho gak usah bikin mood gue jadi berantakan deh."
Tegur Arka kesal bukan di hibur malah di buat makin kesal.
"Sabar napa gak usah ngegas bro, santai seperti di
pantai, slow." Ucap Yudha masih bersikap tenang tidak ada rasa takut
terpancar di wajah nya, meski Arka memasang wajah 45.
Farel kini telah berada di cafe tempat janjian meeting
mereka, namun belum ada pertanda kedatangan Arka saat ini. Setia menunggu dan
mencoba berpikir positif bisa saja saat ini Arka terjebak macet, tidak ada
tutup kemungkinan semua bisa terjadi, kota jakarta terkenal dengan macet setiap
saat.
Farel datang sendiri, jika kemarin tidak ada problem saat
ini Aqila bersama nya menemui klien.
30 Menit duduk ditemani secangkir jus naga, Arka belum juga
datang, Farel tidak bisa terus berpikir positif lagi, pikiran nya mulai
bercabang berpikir perusahaan Dirgantara tidak berniat bekerja sama dengan
perusahaan Adijaya. Tidak menutup kemungkinan saat ini perusahaan Dirgantara
sedang mempermainkan mereka.
"Cih apa mereka berpikir karena perusahaan mereka no 1
di Indo bisa semena-mena." Gumam Farel kesal menunggu mereka, semua itu
seperti membuang waktu karena tidak ada hasil, jika tau ujung nya kayak gini
Farel tidak akan datang.
Farel bangun dari kursi dan pergi meninggalkan ruangan
tersebut kembali ke kantor. Perasaan nya tercampur aduk kesal, marah dan
kecewa, bisa nya mereka di permainkan oleh Perusahaan Dirgantara, apa mereka
berpikir perusahaan dan kekayaan mereka di atas, hingga berani mempermainkan
perusahaan William.
Perusahaan Altar William baru beberapa tahun di bangun dan
di buka di Negara Indo, bukan berarti perusahaan mereka miskin hingga sangat
berharap atau mengemis klien. Terutama seperti klien dari perusahaan
Dirgantara, kini terlihat dan terpandang buruk bagi perusahaan Farel yang sudah
terlanjur kecewa..……(Bersambung bab 25 )
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 25 Novel Pernikahan Di Atas Kertas
Posting Komentar untuk "Bab 24 Pernikahan Di Atas Kertas "